Seorang pria bertubuh besar dan berkulit gelap kini tengah berjalan menuju ruang kelas, ini adalah hari pertama ia memulai kembali semester baru sebagai siswa kelas 11. Menurut informasi di mading tadi dia jadi penghuni kelas 11 IPS 1 yang kelasnya ada di paling ujung. Ia berjalan masuk ketempat tujuan nya, alangkah terkejut dirinya ketika melihat bidadari di pagi hari yang tengah terhanyut dalam novel yang ia baca.
"Masyaallah, demi apa gue sekelas sama Mina. Fiks jodoh ini mah gasalah lagi bisa sekelas sama mbak crush, rezeki anakmu ini bun"ucapnya dalam batin yang terdalam.
"Selamat pagi tuan putrii"sapa pria bertubuh bongsor yang tak lain adalah Mirza.
"Pagii juga Mirza"balas Mina dengan senyum yang semanis gula membuat mata Mirza terpana.
"Bangku kamu masih kosong boleh aku-"belum selesai ia melanjutkan kalimatnya seseorang tiba - tiba duduk di bangku kosong di sebelah Mina, mencuri kesempatannya yang telah terpantri di depan mata.
"Eh apaan lo main duduk - duduk aja, kursi gue itu"tegas Mirza yang merasa kesempatan nya di curi oleh makhluk tak tahu diri itu.
"Anda berbicara kepada saya?"tanya gadis yang mencuri kesempatan emas Mirza.
"Iya gue ngomong sama lo, ini tempat GUE jadi lo pindah sekarang! ga punya sopan santun banget sih main duduk di sini, orang yang punya aja belum ngijinin"balas Mirza yang sudah naik pitam.
Tanpa menghiraukan ucapan Mirza tadi gadis itu malah menghadap ke arah Mina dengan menjulurkan tangan serta memasang muka ramah nya kepada calon teman sebangku nya.
"Hallo nama hamba Cahaya, apakah anda berkenan duduk bersama diriku ini wahai permaisuri?"tanya gadis itu pada Mina.
Mina tersenyum geli mendengar penuturan gadis itu"Hhh iya, boleh kok"jawab Mina.
Mendengar hal itu Mirza makin ada di puncak kesabarannya.
"Gue bagindanya! makanya gue harus duduk di samping permaisuri. Jadi lo rakyat jelata minggat dari sini lo sana"perintah Mirza pada Cahaya, yang sama sekali tak dihiraukan oleh nya."Sejak kapan kalangan sudra bisa jadi raja?"tanya Cahaya dengan wajah datarnya.
"Eh lo-"belum lagi dia menyampaikan emosinya yang tersulut, Mina menengahi pertikaian dua insan tersebut.
"Udah Mirza kamu bisa duduk di depan meja kita kok gausah diributin"usul Mina yang membuat Mirza mendengus pasrah dengan muka penuh kekecewaan.
"Hus huss"perintah Cahaya dengan menarik turunkan kedua telapak tangannya. Fiks Mirza bete mood nya yang cerah hancur lebur dalam sekejap oleh gadis aneh itu, dengan berat hati ia duduk di kursi samping tepat di depan gadis aneh itu.
Meninggal kan pertikaian mereka tadi, siswa lain mulai berdatangan seperti siswa laki - laki bernama Dika yang datang dengan suara menggelegarnya.
"Hallo euyyy sampurasun everybody"teriak Dika ketika memasuki kelas barunya.
(Sampurasun = bentuk sapaan orang sunda yang bisa berarti juga hallo)"Berisik jir lo pikir di gua apa"bentak Jovan yang ada di belakangnya.
"Eh ya ampun ya ampun demi apa gue sekelas sama kalian lagi omoooo seneng banget bisa dipersatukan dengan kalian lovyuh"histeris Dika yang terkesan lebay.
"Alay banget sih"sindir Julinar yang sedang duduk di bangku nya.
"Hah neng Ujull seneng banget deh kita sekelas, sebangku sama aa yuu"ajak Dika dengan muka minta di gaplok.
"Najis, jauh - jauh lu"balas Julinar yang tak terima dengan penawaran Dika.
Karena gak mau bikin pujaan hatinya itu emosi di pagi hari, ia pun menghampiri Mirza yang kursinya masih kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahid Bin Ajib | 97L
Fiksi Remaja"Engga wahid engga like". "No Wahid No Ajibb".