"...artinya, bulan depan kalian sudah PAT¹, ya, anak-anak." senyuman terpatri indah di wajah guru itu, padahal ini sudah siang ditambah cuaca sedang begitu panas dan matahari sedang bersinar terik di luar tapi wanita muda yang berdiri di depan kelas itu masih terlihat berenergi dan fresh. Berbanding terbalik dengan makhluk-makhluk yang ia ajar di depannya, hanya terdengar desahan kecewa dari mulut mereka.
"Atuh, Bu. Da PTS² nya juga baru beres, meuni udah bahas PAT lagi." keluh cewek berpenampilan serampangan, Eka. Ia menyematkan beberapa helai rambut pendeknya ke belakang telinga memperjelas bagian rambutnya yang diwarnai biru tua, nyaris tidak terlihat karena warnanya cukup gelap. Jika dilihat dari penampilannya, Eka pastinya langsung memenuhi syarat seorang kakak kelas sinis dan tukang labrak jika ia mengikuti casting sebuah film. Lihat saja makeup yang menempel di wajahnya.
Bu Dessy, guru Bahasa Indonesia ini tidak menggubris protes yang dilayangkan oleh siswi berpenampilan urakan di depannya itu, melainkan hanya tersenyum. Kemudian ia melanjutkan ke topik yang wajib dibahas oleh semua guru-guru tingkat SMA sederajat.
"Tingkatkan lagi belajarnya, ya. Siapa tau nilainya bisa untuk mendaftar kuliah nanti. Kalian pada mau kuliah kan?" Bu Dessy berkata lembut, tapi jelas banyak diantara anak muridnya yang merasa tersentil. Kesempatan seseorang untuk mendapat hak menjadi murid eligible hanya datang sekali, setidaknya mereka bisa mengusahakan posisi itu. Dengan suara malas dan rendah seisi kelas menjawab 'mau' dengan serempak. Setelah kata-kata penyemangat lainnya, Bu Dessy akhirnya memulai pembelajarannya hari ini.
Semua siswa-siswi di Indonesia tahu betul ujung dari sekolah menengah ini adalah kelulusan, bukan sekedar kelulusan dan naik kelas ke kelas menengah berikutnya, tetapi kelulusan dan penentuan hidup baru siswa tersebut. Seorang siswa yang sudah lulus dapat dinyatakan sebagai orang dewasa dan bukan lagi anak-anak, pilihan hidupnya adalah tanggung jawabnya.
Sebagian besar tentunya ingin menuntut ilmu setinggi tingginya. Sesuai dengan minat dan bakatnya, mereka akan dihadapkan dengan pilihan hidupnya. Sebagian lagi akan memilih mencari nafkah, kebanyakan atas alasan tidak adanya biaya untuk pendidikan sedangkan ada banyak mulut yang perlu diberi makan. Sebuah ironi dimana mereka yang miskin justru harus mengubur mimpinya mengubah status sosialnya dalam dalam.
"Kamu tuh beneran pintar ya, Yuna!" senggol seorang cewek bertubuh mungil setelah bel istirahat berbunyi. Ia memuji teman sebangku Eka, seorang anak pindahan dari Yogyakarta.
"Eh, Fanny. Hehe, makasih! Kebetulan materi yang diujikan di PTS kemarin udah aku pelajari di sekolahku sebelumnya." Yuna tersipu malu mendengar pujian keluar dari mulut Fanny.
"Kamu sedih ya peringkat kamu kegeser sama Yuna?" ejek Azra, tipikal anak rebel super usil yang tidak pernah kehabisan akal, dia bertanggung jawab atas segala masalah yang menimpa reputasi kelas 10 IPS 1. Pecicilan, serampangan, lalai dalam mengerjakan tugas, selalu terlambat, tidak bisa diam barang sedetik. Benar-benar definisi IPS menurut sebuah stereotip kuno.
"Nggak, lah! Aku gak begitu peduli sama peringkat kelas, yang penting nilai-nilaiku selalu stabil!" sanggah Fanny angkuh sambil mengibaskan rambutnya yang selalu diikat menjadi twin tail itu.
"Wah? Iya gitu?" Azra terus-terusan menggoda Fanny. Ia sukses membuat Fanny melayangkan tangan kecilnya ke wajah Azra membuatnya mengaduh karena jari kecil itu menyolok matanya. Semuanya tertawa akibat ulah Azra.
Yuna akui ia tidak benar-benar belajar di PTS kali ini, ia masih mengingat materi serupa yang ia dapat di sekolah lamanya dulu, di Yogyakarta. Namun, ia tidak menyangka akan langsung menduduki peringkat 12 dari 30 siswa di kelas. Awalan yang bagus!
Eka yang pertama kali mengusulkan agar mereka ke kantin dengan suara perutnya. Jadi anak-anak sma itu secara serempak berjalan ke kantin yang jaraknya tidak jauh dari kelas dengan memenuhi koridor membuat atensi siswa-siswi lain mengarah pada mereka. Seolah mereka adalah karakter protagonis dari drama korea yang berparas cantik dan tampan membuat seantero sekolah menjerit histeris. Namun, tentunya bukan cah ndeso berwajah pas-pasan seperti mereka.
Tanpa banyak basa-basi, mereka berpencar. Rela berdesak-desakan hingga mengalirkan peluh demi mendapat sesuap makanan untuk dimasukkan ke mulut.
"Udah aku duga. Langganan banget di sini." Eka muncul dari balik tembok. Mendengus begitu melihat teman sekelasnya berjajar di balik gedung IPS, tepat di samping kantin. Menjauh dari pengapnya kantin yang sebenarnya tidak terlalu tertutup. Kami semua tertawa lagi setelah sejak tadi diam.
"Kamu juga udah refleks ke sini tuh." tukas Yuna melihat beberapa keping gorengan yang terbungkus plastik dan es cekek di tangannya.
"Karna aku tau, kalian juga pasti ke sini." Eka bergabung mengambil tempat duduk di sebelah Yuna, di tembok yang memiliki undakan setinggi paha yang cukup untuk diduduki. Beberapa yang lainnya memilih duduk di tumpukan kayu bekas konstruksi yang berserakan di sana.
Tiba-tiba bel pertanda pengumuman berbunyi, seluruh sekolah jadi terasa hening, mendengarkan pengumuman yang sebenarnya tidak terdengar jelas. Mendengar beberapa siswa bersorak memancing Azra bertanya pada seorang teman yang dikenalnya.
"Seluruh guru dipanggil ke ruang guru, ceunah. Kayaknya ada rapat deh." ujarnya dengan senyuman begitu ia kembali.
"Aya naon kitu?"
"Teuing, aya kasus anyar mereun."
"Atuh mun aya kasus mah arurang gé geus nyaho ti jaman iraha. Lain sigana mah."
"Nya sugan atuh, manéh pikir urang cenayang?" Azra menyentak pada akhir kalimatnya, entah apa yang ia katakan dalam bahasa daerah yang tidak Yuna pahami.
Lengan Yuna disikut Eka, membuat cewek beretnis Jawa itu menoleh ke arahnya yang tersenyum penuh makna. Keduanya bertatap mata selama sepersekian detik, Eka mengangkat alisnya beberapa kali hingga Yuna mengerti apa yang ia maksud.
"Mabal³, yuk!" ajaknya penuh semangat.
—————————————————————————
¹) PAT: Penilaian Akhir Tahun=UAS=UKK
²) PTS: Penilaian Tengah Semester
³) Mabal: Bolos/cabut
KAMU SEDANG MEMBACA
Roda Gigi Terkecil Sekalipun
Fiksi RemajaR-15 Masa remaja khususnya SMA, adalah waktu dimana mereka dihadapkan dengan pilihan sulit, soal-soal sulit, bahkan penyesalan terbesar terkadang dimulai dari sini. Namun, faktanya banyak kisah pilu yang disembunyikan dibalik senyuman manis anak-ana...