Bab 4

271 22 3
                                    

Klik!

Layar televisi hologram seketika dimatikan. Pria berambut kuning yang mematikan televisi lalu menatap rekannya dengan sebelah alis terangkat.

"Harusnya jika kau ingin bertemu dengan Ghost bawalah salah satu dari kami, Sasuke," kata Naruto sambil menghentakkan kakinya yang dibalut sepatu beraksen neon. Pria yang berusia 32 tahun itu bersedekap dada. Dia menatap Sasuke tajam di balik topeng yang dia kenakan.

Ruangan itu penuh dengan teknologi canggih. Dinding-dinding berlapis layar sentuh menampilkan data real-time, sementara hologram berputar di tengah ruangan, memproyeksikan peta digital kota dengan berbagai titik merah yang berkedip, menunjukkan lokasi-lokasi penting yang harus mereka pantau. Panel-panel kontrol dengan cahaya neon berkedip-kedip, menambah kesan futuristik dan hi-tech.

"Bagaimana kalau ada sesuatu yang buruk terjadi padamu?" lanjut Naruto, menyuarakan kekhawatirannya.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," balas Sasuke sambil merogoh saku jaketnya.

"Lagi pula, tidak sulit melawan anak buah Shadow Syndicate. Kalau hanya beberapa orang saja, itu mudah." Naruto menghela napas, lalu berjalan mendekati Sasuke.

"Kau selalu saja meremehkan mereka, tapi ini bukan permainan, Sasuke. Mereka bisa saja menjebakmu," kata Naruto serius, suaranya penuh kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. Namun Sasuke hanya mengabaikannya, wajahnya tetap tenang dan tak tergoyahkan.

Tang!

Sedetik kemudian, Sasuke melempar flash drive ke atas meja yang terapung di udara tepat di depannya. Meja tersebut adalah sebuah perangkat canggih dengan teknologi gravitasi nol, membuat benda-benda yang diletakkan di atasnya tampak melayang.

"Ini adalah informasi yang diberikan oleh Ghost. Beberapa informasi penting sudah dia laporkan padaku. Cek lagi flash drive ini, di situ semua informasi sudah ada," jelas Sasuke. Cahaya biru dari layar-layar di sekitar mereka memantul pada permukaan flash drive, menciptakan efek yang hampir magis.

"Ghost juga melaporkan bahwa ketua Shadow Syndicate, The Phantom, berusaha untuk menguasai pasar gelap di Neo, yang berarti mereka berniat mengambil alih posisi Black Raven," lanjut Sasuke. Tampangnya tampak begitu dingin saat dia menjelaskan sedetail mungkin apa yang dia tahu. Matanya menatap lurus ke depan, mencerminkan keteguhan dan kecerdasan yang membuatnya begitu berbahaya bagi musuh-musuhnya.

Naruto mengangguk perlahan, menyerap informasi tersebut. "Ini lebih serius dari yang kita duga. Kita harus segera merencanakan langkah selanjutnya," katanya, suaranya kini dipenuhi tekad. Di balik topeng yang dia kenakan, matanya berkilat dengan semangat juang.

"The Phantom juga tampaknya ingin melakukan pertemuan dengan beberapa petinggi Shadow Syndicate. Itu berarti ada sesuatu yang penting—"

Ucapan Sasuke terpotong begitu pintu ruangan yang berupa besi canggih terbuka dengan desisan halus. Pintu tersebut dilapisi dengan sensor biometrik dan LED biru yang menyala saat mendeteksi kehadiran seseorang, memunculkan Shikamaru di baliknya.

Pintu itu berdesain futuristik, dengan pola sirkuit bercahaya yang merambat di sepanjang permukaannya setiap kali dibuka atau ditutup. Sistem penguncinya menggunakan teknologi sidik jari dan retina yang terintegrasi, memastikan hanya anggota Black Raven yang bisa mengakses ruangan tersebut. Saat pintu terbuka, suara mekanis yang nyaris tidak terdengar menambah kesan canggih dan aman dari teknologi tersebut.

Shikamaru melangkah masuk, pintu menutup kembali dengan bunyi klik yang lembut, menyegel ruangan itu kembali dengan kedap. Ruangan itu penuh dengan cahaya biru dan hijau dari layar-layar yang memproyeksikan informasi penting, menambah kesan dramatis pada kehadiran Shikamaru.

Secret Love CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang