Bagian 3

16 7 0
                                    

WHITE SHADOW
BAGIAN 3
©2024 Seishunira
____________

“Hubungan spesial?” Mata birunya memandang ponsel dengan telepon yang menyambung di atas meja belajar.

Matanya menyipit disusul tawa kecil mendengar ocehan dari lawan bicaranya dari telepon.

Elise menyandarkan punggung ke kursi. “Itu, tidak mungkin Marie.” Dia meraih pensilnya dan kembali menulis.

Really?” Suara perempuan menyahut ragu dari ponsel.

“Begitulah..” Elise bergumam kecil.

Pikirannya berkelana membayangkan ‘kehidupan remaja’ yang ingin dia rasa. Elise tidak pernah merasakan jatuh cinta seumur hidupnya. Satu-satunya hal yang dilakukan adalah belajar.

Ini bukan hal yang asing, bagi Elise, maupun siswa lain dari Agrilus School.

Di setiap keberuntungan ada harga sepadan yang harus dibayarkan. Begitulah pepatah berbunyi.

Sama seperti Elise dan anak lain yang terlahir dikeluarga yang sangat baik. Mereka juga dituntut menjadi yang lebih baik dari yang lain.

Plak. Elise menyadarkan dirinya, mengabaikan pipinya yang sakit.

Elise meletakkan pensilnya dan memegang ponselnya. “Marie, aku matikan ya. Sampai jumpa.” Katanya tak menunggu respon balasan.

Hembusan nafas menjadi suara penutup di tengah keheningan malam hari.

Aku harus fokus. Pikir Elise.

. . . . .

“Yang benar saja..” Lelaki dengan jaket biru itu menghentakkan kakinya sambil berjalan.

Arahnya lurus memasuki sebuah minimarket. Dia melirik tajam ke belakang saat mendengar suara cekikikan orang tertawa. “Sial.” Dia bergumam kecil.

Julius mengambil beberapa botol ion drink dari mesin pendingin.

Saat dia berjalan ke kasir, salah satu botol minuman itu jatuh dan menggelinding. “Hah..” Eluhnya. Segera dia mengejarnya.

Matanya teralihkan saat sebotol ion drink itu diambil oleh sebuah tangan putih dan kurus.

Matanya berkedip dua kali.

Julius tidak percaya. Takdir mempermainkannya.

“Eh- Thankyou El.” Julius mengambilnya setelah beberapa saat.

Your welcome! Dan Halo lagi, Julius.”

Benar, dia Elise.

Perempuan yang belakangan membuat Julius seperti orang linglung.

Citranya sebagai small forward yang tenang dan tidak tersentuh dari klub basket hilang saat berhadapan dengan Elise.

Seperti saat ini, jantungnya berdegup kencang. Bibirnya terasa berat hingga dia tidak bisa bersuara.

“Ternyata, kita cukup sering bertemu.” Elise berjalan beriringan dengan Julius menuju kasir. “Apa rumahmu di sekitar sini?” Imbuhnya lagi.

“Ah- aku, hanya, bermain, basket?” Sialan! Julius membuang muka malu.

Gadis itu berhenti melangkah.

Julius melirik bingung, sampai semburat merah datang menghiasi wajahnya.

Elise tertawa.

“Maaf. Aku tidak bermaksud menertawakanmu, pfft!” Elise tidak percaya, dia mendengar suara gagap dari lelaki yang selama ini tampak paling tenang di antara para kucing lainnya dari klub basket.

Tch.” Julius merasa malu.

Elise meletakkan barang belanjaannya di meja kasir, mendahului lelaki itu. Dia menoleh dan mengulurkan tangan, “Mari berteman dan bertemu lebih sering.”

Malam itu, terangnya bulan menjadi saksi awal perjalanan mereka.

Juga dengan mas mas kasir.

____________

Jangan lupa bantu vote dan komentar
untuk bagian selanjutnya ya

Terimakasih!

WHITE SHADOW (On-going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang