Bab 5

47 6 0
                                    

Kapan ya gadis itu masuk sekolah? Aku ingin sekali bertemu dia. Minimal melihat wajahnya sedetik saja.’

Halim bergumam dalam hati, ketika dirinya sedang duduk pada bangku yang terbuat dari beton dan dilapisi keramik dekat dengan aula guru.

Di depannya, sedang ramai murid-murid yang heboh berlatih bola voli di lapangan. Sesekali mereka-murid perempuan tebar pesona pada Halim yang duduk tampak termenung itu.

“Pak Halim! Pak Halim!” panggil mereka.

Halim tersentak dan menatap lurus ke depan, di mana anak-anak itu tengah memanggil dirinya sambil melambaikan tangan genit.

Halim menghela nafas. Begini resikonya jadi guru tampan. Dan jadilah dia hanya menganggukkan kepalanya sekilas saja.

Padahal hanya begitu tanggapan Halim, tapi mereka langsung histeris tidak karuan.

“Pak Halim! Pak Halim! I love you, Pak!” jerit mereka lagi.

Halim geleng-geleng kepala. Rasa hatinya sedang tidak karuan sekarang ini karena gadis itu. Ditambah lagi tingkah gatal anak muridnya.

CK!

Halim beranjak pergi dari tempat dia duduk. Dia memilih untuk pergi ke mushola. Sebentar lagi akan masuk waktu dzuhur, mungkin Halim akan menenangkan diri di sana.

......****.....

“Na, lu gak sholat? Gue mau sholat dulu, nih?”

Medina dan Nona baru saja tiba di sekolah. Bel masuk kelas sekitar pukul 13:30. Dan seperti biasa, sebelum masuk kelas, Medina akan menunaikan sholat dzuhur terlebih dahulu.

“Gue lagi dapet, Me.”

Medina mengangguk. “Ya sudah. Gue ke mushola dulu kalau gitu. Tolong bawain tas gue, ya, Na?” Medina menurunkan tas ranselnya untuk diserahkan pada Nona.

“Oke, Me. Gue langsung ke kelas, ya?”

“Oke.”

Medina berjalan seorang diri ke mushola. Sesampainya, dia sempat menoleh pada sepatu pantofel hitam mahal yang terletak di tangga.

Medina menghela nafas. Mushola ini terbilang cukup luas untuk menampung separuh siswa untuk sholat berjamaah di sini. Tapi sayang sekali, hanya segelintir orang saja yang ingin sholat.

Sudahlah. Medina tidak mau memusingkan hal itu.

Medina langsung pergi ke bilik wudhu. Setelah selesai, dia kemudian masuk dan memakai mukenah.

Di saat bersamaan, Medina kembali mendengar suara lirih orang yang sedang membaca ayat Alquran di shaf depan. Ini kedua kalinya dia mendengar suara merdu itu.

Medina memejamkan matanya. Menikmati suara merdu itu mengalun lembut di telinganya. Setelah sadar dengan yang dilakukannya, Medina tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Sebelum sholat, Medina sempat menatap ke arah shaf depan yang terhalang tirai setinggi dada.

Ternyata suara merdu itu berasal dari pria yang sedang sholat dengan khusyuk.

Pria tinggi tegap itu memakai kemeja panjang berwarna coklat. Mungkin karena ini hari sabtu, jadi pria itu mengenakan baju bebas.

Apakah itu Pak guru? Ah, mungkin aja guru senior di sekolah.’

Medina kembali menggelengkan kepalanya. Karena mendengar suara merdu dari pria yang sholat di shaf depan, malah membuatnya tidak fokus begini.

Medina kemudian melafalkan niat sholat, lalu memulai sholatnya dengan khusyuk.

My Murid My Jodoh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang