Seminggu sudah waktu berlalu. Aciel sudah sehat. Dia sudah masuk kuliah seperti biasanya dan beraktivitas seperti biasa. Hanya saja Karan jadi sedikit lebih overprotektif pada Aciel.
Aciel di haruskan bawa bekal. Itu peraturan Karan yang sempat di tentang oleh Aciel. Tapi akhirnya Aciel menyerah dan mematuhi sang Abang. Meskipun sedikit kesal di awal, tapi Aciel bisa mengerti mengapa Karan memberikan aturan itu.
Dan meskipun di awal-awal Aciel di ceng-cengin oleh Bayu dan Malik, tapi akhirnya kedua sahabatnya itu selalu ikut membantu menghabiskan bekal Aciel.
Malam ini Aciel sedang duduk lesehan di lantai sambil merakit legonya. Menunggu kedatangan Malik dan Bayu yang katanya akan berkunjung.
Suara ketukan pintu membuat Aciel langsung bangun pergi untuk membuka pintu rumah.
"Lama banget kalian, ngap..." Aciel langsung terdiam, terkejut. Ternyata bukan Malik dan Bayu. Melainkan mantan sang Abang.
"Ngapain nih perempuan ke sini" batin Aciel tidak senang.
Raut wajah males Aciel langsung di suguhkan di hadapan wanita itu. Meskipun tidak senang, Aciel masih punya rasa kesopanan yang tinggi. Mempersilahkan wanita itu masuk.
"Ada apa tiba-tiba ke sini?" Tanya Aciel saat wanita itu sudah duduk di sofa.
"Aku dengar kamu sakit, jadi aku datang untuk menjenguk" wanita itu memberikan bingkisan kepada Aciel, sepertinya bingkisan itu berisi makanan. Aciel menerima dengan sopan.
"Terimakasih, tapi gue udah gak papa"
"Syukurlah. Eum, Karan dimana?, sudah lama tidak melihat dia"
"Tuh kan, tau gue, ini orang pasti tujuan utamanya cuma mau ketemu bang io" pikir Aciel
"Ada di kamarnya, lagi istirahat"
Perempuan itu mengangguk "bisa panggilkan sebentar, ada yang ingin aku bicarakan"
"Anjinglah, gak rela gue, Abang io ketemu Lo lagi"
"Aciel, please, aku boleh ketemu abangmu sebentar saja?" Perempuan itu memelas.
"Muak banget gue lihat muka Lo"
"Yaudah, sebentar tapi jangan lama-lama, gue masih muak lihat Lo" ucap Aciel tidak tau kenapa kata-kata itu lolos begitu saja.
"Iya gak papa, makasih ya" sedikit terpaksa senyum wanita itu berikan. Begitu Aciel sudah pergi memanggil Karan. Wanita itu langsung merubah ekspresinya jadi begitu kesal. Dia kesal pada Aciel.
...
Aciel memasuki kamar karan. Wajahnya merengut. Aciel sangat malas memberitahu perihal kehadiran mantan abangnya.
"Abang, di bawah ada mantan Abang tuh, mau ketemu katanya"
Karan melihat ke arah Aciel. Terlihat sedikit kerutan di keningnya.
"Dara?"
"Iya siapa lagi, tumben banget tu cewe datang, alasannya mau jenguk aku, kesempatan banget tu bisa ketemu Abang" ucap aciel, dia memutar bola matanya. Terlihat sangat tidak senang membicarakan mantan sang abang. Sedangkan karan terlalu biasa saja. Dia langsung bangun dan berjalan keluar.
"Abang beneran mau samperin dia?" Aciel mengekori di belakang.
"Eum" angguk karan singkat
"Iisshh, awas aja ya abang jangan lama-lama, aku gak sudi abang ketemu lagi sama lampir itu, maunya tadi aku usir aja ya, atau aku bohong aja abang gak ada di rumah"
Karan terkekeh, kemudian berbalik menghadap ke aciel. Lalu mengetuk lembut jidat aciel. Karan tersenyum simpul.
"Abang udah move on dari dara"
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Brother
FanfictionDemi adek kesayangannya, Karan rela jika harus memberikan seluruh dunianya pada sang adek Daffin Aciel. SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA GUYS.