Paginya, seusai sarapan. Karan langsung mengintruksikan Aciel untuk mengikutinya. Aciel langsung merungut, melirik ke arah bunda memohon belas kasih agar wanita paruh baya itu menolongnya, tapi Aciel hanya mendapatkan bisikan penyemangat dari sang bunda.
"Inikan salah adek sendiri, jadi harus bertanggung jawab karena udah melanggar peraturan Abang, semangat sayang nya bunda"
Aciel duduk di sofa tepat berhadapan dengan Karan, menyadari sang Abang menatapnya intens, Aciel jadi ciut, anak itu menunduk dan menggigit bibir dalam nya berulang kali, Aciel gugup. Dan Karan jelas tau itu, dia hapal betul bagaimana adiknya itu.
5 menit menunggu, tapi Karan tidak berbicara apapun, dia sedang menunggu Aciel untuk memulai lebih dulu. Anak itu harus sadar untuk apa dia duduk di sini sekarang, pikir Karan.
"Abang, adek minta maaf udah minum-minum, padahal Abang udah bilang gak boleh" Aciel akhirnya mengeluarkan suaranya walaupun terdengar seperti gumaman.
"Kenapa ngomong nya gitu?, Masih mabok?"
"Enggak, udah enggak mabok" Aciel menggeleng kuat
"Adek minta maaf Abang, adek bener-bener minta maaf, adek udah salah" kali ini Aciel berbicara lebih jelas.
"Abang mau tanya, Ini udah keberapa kali minta maaf karena hal yang sama?" Tanya Karan
"Udah sering "
"Daffin Aciel, kamu sebenarnya tau gak kenapa Abang selalu bersikeras larang kamu mabuk-mabukan? Tau gak?"
"Tau" angguk Aciel masih menunduk
"Lihat Abang sekarang" tegas Karan
Aciel dengan ragu-ragu melihat mata Karan.
Serem amat ya tuhan, ini bisa di skip aja gak sih.😭
"Abang tu sebenarnya gak mau marah-marah sama kamu, tapi kamu selalu bikin Abang pusing, ada aja kelakuan kamu yang bikin Abang harus ekstra merhatiin kamu tau gak?"
"Abang, aku udah besar, aku udah 21 tahun, aku bisa ngurus diri aku sendiri, Abang jangan khawatir "
"Emang kapan Abang bilang kamu masih kecil?, Abang kayak gini karena takut kamu kenapa-kenapa, kamu bilang kamu udah gede?, Terus yang semalam apa?, Kamu mabuk saat Abang bilang gak boleh minum Aciel, kalo kamu cukup dewasa, kamu bakalan dengerin Abang, bukannya malah kayak anak ABG "
"Memangnya apa yang salah sih aku minum-minum, Abang takut kejadian dulu keulang lagi?, Aku aja udah gak apa-apa, aku aja gak trauma sama kejadian itu, kenapa Abang yang pusing?, Aku juga pengen kayak orang-orang melakukan sesuatu sesuai umur mereka, tapi aku malah kayak anak kecil apa-apa di atur terus sama Abang" Aciel menatap mata Karan telak di sana, mengutarakan isi hatinya.
Untuk sesaat Karan termangu dengan ucapan adiknya. Hatinya mencolos. terasa sakit.
"Kamu gak trauma?, Tapi Abang yang trauma Aciel. Kamu tanya kenapa Abang yg pusing mikirin kamu?, Itu karena Abang sayang sama kamu!. Kamu bilang mau kayak anak-anak lain?, Kamu mau kayak anak-anak lain Aciel?" Intonasi Karan semangkin meninggi di akhir.
Aciel memalingkan wajahnya, menggigit bibirnya keras. Setelah itu terdengar suara tawa hambar Karan.
"Yaudah, jadilah seperti anak-anak lain, hidup bebas, suka-suka kamu mau bagaimana, Abang minta maaf kalau selama ini sudah menyulitkan kamu" setelah mengatakan itu Karan bangkit dan beranjak pergi.
"A..Abang..." Aciel langsung bangun, dia panik saat melihat mendengar perkataan Karan.
"Abang, Abang io" Aciel mencoba mengejar, tapi karan keburu masuk ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Brother
FanficDemi adek kesayangannya, Karan rela jika harus memberikan seluruh dunianya pada sang adek Daffin Aciel. SEBELUM BACA FOLLOW DULU YA GUYS.