WBI_01 pertemuan

59 11 2
                                    

Dia Sugawara Koushi, harusnya begitu sampai dirinya bertemu dengan gadis lain yang sangat mirip bahkan mereka seumuran, Semi Eita.

Disinilah Suga berada, pesantren. Bertukar posisi dengan Semi hanya untuk menghindari sebuah perjodohan.

"Aduhh Semi, otak lu terbuat dari apa sih. Manalah ngerti gua bahasa gini." jujur sejujurnya Suga adalah seorang yang manja dan mana pernah dirinya membaca al quran.
Selama sembilan belas tahun hidupnya, dia merupakan gadis yang taat namun tergantung pada dunia.
Dia bisa solat namun tak paham dengan apa yang dia lakukan.
"Huruf kriting semua." monolog nya.

"Semi, baca surah selanjutnya." Suga lekas menoleh kala uatadzah yang mengajar mengatakan hal tersebut. Sedikit celingukan namun tak menemukan sesuatu untuk dijadikan alasan yang tepat.
Gadis lain bermata sayu menatapnya lalu mengangkat tanganya.

"Ustadzah, Semi lagi sakit katanya tadi." ucapnya, Suga merasa tertolong dia menatap perempuan itu dengan lekat.

"Dia Kitta Shinsuke teman sekamarku." Sugawara menoleh menatap satu gadis yang asik tertidur di pojokan. "Dia juga, Nishinoya Yuu."

"Jadi tolong ustadzah jangan hukum Semi lagi hari ini." gadis lain menimpali.

"Dia juga teman sekamarku. Moniwa kamane. Kitta adik beda ibu dari gus Daichi, Nishinoya dia gadis yang baik dan ceria sedangkan Moniwa dia cinta mati sama gus pesantren ini."

"Ngapain natap gua gitu, utang budi lu sama gua." Suga sontak saja kaget kala mendengar suara sarkas dari Kitta. Ini minusnya seorang Kitta, dia pemarah dan sedikit nyebelin.

"Hehhe Semi jangan lama lama ngobrol sama Kitta ya, gua gak mau kalian ribut ustadzah bisa ngamuk nanti." Moniwa nimbrung gitu aja dalam percakapan mereka.
"Btw, lu sakit beneran ya Sem. Soalnya biasa juga lu paling semangat kalau disuruh tadarus."

"Gak apa kok." balas Sugawara lalu pokus pada al quran miliknya. Nampak sekali Kitta terus menatapnya, Suga pun sadar dia sedikit tidak nyaman dengan tatapan intimidasi milik Kitta Shinsuke ini.

Disisi lain Semi menatap sengit Iwaizumi, yang kata Sugawara adalah teman sekaligus pacar dari sepupunya.

"Buset, tomboy banget nih anak. Gile gile beda jauh puoll sama si Suga. Bisa bisanya mereka temenan." batin Semi.

"DOR!" Semi sedikit terkejut kala mahluk astral muncul di belakangnya. "Dih katanya mau lari, cus sana lari dari pada dijodohin sama sepi lu." ya, dia adalah Oikawa.
Kelasnya mulai lebih awal, makanya dia bisa keluar lebih awal juga.

"Tau nih, gila ya lu Sug. Waka semalem udah kerumah, gua nyari alasan biar lu bebas dari hukuman." ucap Iwa gemes. Gimana gak gemes coba, dia sahabatan sama Sugawara dah lama manalah sepupunya pacar dia lagi jadinya kan seluruh keluarga Suga percaya sama dia.

"Yee maaf Wak." sedikit ragu sih buat ngobrol sok akrab. Ya gimana enggak, di pesantren yang sekamar sama dia aja anak gak jelas semua.

"Udah ahh kelas kita mau mulai nih." tangan Semi ditarik oleh Iwaizumi.

"Yahh baru juga gua nyampek, gini nih kalau pacar gak sefakultas. Iwa-chan aku tunggu di cafe ya." pekik Oikawa.

"Berisik sampahkawa." balas Iwaizumi.

Asli Semi ampe tercengang melihat interaksi dua pasangan itu. Ini mah lebih buruk ketimbang dia kejebak sama orang orang gak jelas yang ada di pesantren.

"Btw Sug, tahi lalat lu kemana kok ilang?" tanya Iwa menatap mata kanan Semi dimana Sugawara menpunyai tahi lalat dibawah mata.

"Kagak ada ya."

Wana Bein Ideik (HQ Religi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang