WBI_05 surah al mulk

42 7 0
                                    

Daichi ngetuk ngetuk penghapus papan tulis yang ada dimasjid. Jadi kadangan kalau anak anak kuliahan disana gak kebagian kelas mereka belajar di teras masjid.
Inget kan gedung ijo cuma ada tiga kelas dan dua leb.

Sambil nungguin mbak Sugawara ngelesaiin hukumanya. Suga baru saja keluar dari tempat wudhu dengan wajah tertekan, gimana enggak tuh tempat wudhu luas nya masya allah melebihi ruang makan asrama mereka.

"Udah mbak?" serasa gus ini aja yang ngehukum.

"Udah." Daichi berdiri lalu memberikan sorban pada Sugawara. Sorban dengan warna gradasi hitam putih itu ada di lemari masjid, itu milik Daichi.

"Untuk apa?" tanya Sugawara.

"Pakai saja." Daichi mengatakanya sambil mengalihkan pandangan, enggan menatap perempuan dihadapanya ini. "Masih gerimis, payung saya bawa saja." lanjutnya.

"Lalu gus bagaimana?" tanya Suga.

"Saya menginap di masjid, sekalian menunggu waktu tahajud." balas Daichi dengan santai.
Suga tak mau banyak bicara lagi, balik ke asrama dia mau mandi. Asli badanya kedinginan banget.
"Satu lagi mbak, saya gak akan ngehancurin handpone mbak dengan satu hukuman."

Suga menghela napas, lagi lagi hukuman?

"Hapalin surah al mulk udah itu aja." Suga menoleh. Surah al mulk yang mana coy, Suga mana paham, mana lah ngerti dia!
"Saya kasih waktu tiga hari.."

"Bentar gus!" ucapan Suga membuat Daichi berhenti bicara.
"Tiga hari, manalah cukup gus. Saya baca al fatiha aja gak lancar lancar."

"Tiga hari, tenang mbak hanya tiga puluh ayat kok."

Mata Suga melotot gak tenang. Hanya katanya.

HANYA?

Ingin rasanya Suga mengumpat, tapi tidak akan berhasil.

"Oke." balasnya singkat lalu pergi dari masjid.

"Kalau Semi pasti sudah hapal." monolog Daichi lalu masuk kedalam masjid.
Daichi menatap Sugawara yang mulai menjauh dari pandanganya. "Astagfirullah, syahwat Daichi!"

Suga sampai di kamar asrama miliknya. Menatap para penghuni kamar yang masih terbangun.

"Semi astogeee!!!" Noya lari duluan terus ngecek bolak balik badan Sugawara.

Plak!!!

Bantal melayang sampe kena kepala si Noya.

"Ngomong yang bener." ucap Moniwa membuat Noya ngusap ngusap kepalanya. "Lu dari mana sih Sem, dari tadi kita tungguin juga." ucap Moniwa kesal.

"Masjid, udah yee gua kuyub nih mandi dulu." balas Suga lalu jalan ke arah lemarinya. Kitta menatapnya namun tak lama dia langsung merebahkan dirinya untuk tidur.
Suga melihat, sebenarnya didalam kamar itu ada lima kasur tapi penghuni kamar hanya empat orang.
"Mon, gua boleh nanya kagak. Lupa soalnya." Suga buat alasan duluan biar Moniwa kagak curiga.

"Apaan Sem?"

"Kamar kita kok punya lima kasur?" lanjut Suga.

"Ohh itu kasurnya si botol yakult. Kamu gak lupa kan?" tanya Moniwa nampak memastikan.
Kitta bangun dari tidurnya, lalu menyentuh lengan Sugawara.

"Ohh enggak kok." ucap Suga. "Tadi lupa dikit doang, heheh."

"Biasalah si Semi." untunglah ada Noya yang terlihat polos.

Suga berjalan keluar diikuti oleh Kitta tentunya, keduanya jalan menuju kamar mandi santri putri. Kitta juga mesen buat Moni dan Noya langsung tidur aja soalnya dah larut banget.

Wana Bein Ideik (HQ Religi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang