06.00

5 0 0
                                    


Piknik

"Kalian kok duduk disini, itu ada kursi" mendengar itu kompak mereka menoleh ke sumber suara berasal.

Namanya Shaka, adik Sabrina yang sekarang berumur 13 tahun. Shaka lebih memilih bersekolah di lingkungan pesantren dibandingkan Sabrina yang sejak SMP memilih menuntut ilmu di Jakarta. Ada juga Syakir kakak mereka berdua kini sudah semester tujuh dan melanjutkan pendidikannya di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur.

Ehh ngomong-ngomong tadi setelah sholat subuh mereka sudah bertemu Shaka jadi mungkin dia kesini mau nyusul.

"Assalamualaikum nya mana" ucap Sabrina menegur Shaka.

"Hehehe bentar, mau replay dulu" setelah berucap demikian, Shaka berlari ke tempat dia datang dan kembali berjalan menuju mereka.

"Assalamualaikum kakak-kakak cantik" Shaka tersenyum manis. Walau begitu dimata mereka bertiga Shaka tetap Shaka bocil pecicilan yang nggk bisa diem. Sabrina sampai heran sendiri loh umi dan abinya itu kalem banget apalagi kakaknya, Syakir. Terus bocil satu ini niru siapa? Nggk usah dikipirin tambah pusing sepuluh keliling.

"Waalaikum salam" jawab Sabrina dan Reta berbarengan.

"Kalian piknik disini kok te bawa makanan, kumaha sih?" Ia mendudukkan badan di sebelah Sabrina dan Senja, karena posisi mereka duduk melingkar.

"Yang piknik eta Saha ganteng" Shaka mematung, tidak menyangka Reta akan menjawabnya. Huaaa tolong Shaka baperr dibilang ganteng.

Reta yang dikenal banyak orang jarang berbicara dengan tatapan tajam, berbeda jika sudah berada di sini. Inilah sifat aslinya ceria pada siapapun tanpa membohongi diri sendiri.

"Heh kenapa Lo bengong" suara Senja membuat Shaka menerjabkan mata lalu bertepuk tangan heboh.

"Woahh teh berbie bilang aku ganteng, makasih loh teh emang sih banyak kok yang bilang" ucapan Shaka yang kelewat narsis ples kepedean itu mendapat reaksi berbeda dari tiga perempuan didepannya.

Sabrina terkekeh geli, berbeda dengan Senja memasang muka ingin muntah.

"Salah ngomong, gw tarik omongan gw" Reta memutar bola mata malas.

"Astaghfirullah teh berbie nggk boleh gitu perkataan yang udah keluar nggk bisa di tarik lagi" teh berbie adalah panggilan dari Shaka ke Reta dari saat pertama kali bertemu, karena bagi Shaka bola mata warna biru safir milik Reta seperti berbie di film-film. Jadilah panggilan khusus itu 'teh berbie'.

"Terserah lo cil sebahagia Lo beneran deh nggk boong"

"Apaan sih sun kecebur nggk diajak wlek" ejek Shaka.

Kelakuan Shaka yang seperti biasa ngeselin apalagi kalau sama Senja membuat dia greget sendiri. Tanpa aba-aba menjambak rambut belakang Shaka kencang.

"Awss, kak sakit rambut abdi" sambil mengusap kepala belakang yang tadi dijambak teman kakaknya Shaka menatap Senja penuh permusuhan.

Melihat itu bukannya merasa bersalah Senja malah ketawa cekikikan, huh puass banget ayangnya Gara satu ini.

"Astaghfirullahal adhim KAKK BUKAN MAHRAM" Mendengar pekikan Shaka kayak tikus kecebur got. Sabrina, Senja, dan Reta menutup telinga bersamaan. Hadeh lama-lama mereka bisa budek ini. Sabar orang sabar pahalanya banyak.

"Ya sorry kelepasan, Lo sih mangkanya jadi bocil itu sopan sama yang lebih tua"

"Emang ya para perempuan selalu nggk mau disalahin" gumam Shaka.

"APA LO BILANG?"

"Eng-enggak aku nggk bilang apa-apa" jawab Shaka terbata-bata. Gimana nggk takut, Senjanya ngegas terus matanya itu loh melotot kayak vampir, ehh emang vampir gimana sih matanya? tauu ah terang.

Nata Twins -Aku RetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang