07.00

4 0 0
                                    

 
  Kembali ke habitat


   Sore ini cuaca cerah, tapi tetap saja hawa dingin menyelimuti mereka walau tak separah pagi hari. Empat orang itu yang tak lain dan tidak bukan adalah tiga sahabat  juga bocil reog seperti lem saja dari pagi nempel terus kalau nggk ada kegiatan pesantren, alias gabut. Mereka berempat kini berada di taman belakang, ada banyak pohon buah yang ditanam disini dan itu juga membuat mereka sering menghabiskan waktu kalau lagi senggang berada di taman ini.

Sabrina mengayunkan ayunan yang di duduki nya. Kalau di video pasti langsung efyepe dengan gerakan yang di slow motion dan ditambah lagu yale yalee.
Berbeda lain dengan senja yang sedang duduk beralas tanah bersandar pada pohon sambil memakan apel digenggamannya. Disamping senja ada Shaka duduk sila, tangannya memegang ranting pohon dan menggambar abstrak di tanah.
Kalau tanya Reta ada dimana? Readers bisa mendongak ke atas pohon yang sama dibuat senderan Senja. Tuh ada Reta yang sedang duduk tenang di batang pohon memakan apel tinggal setengah dengan cekatan ia memetik apel lalu menjatuhkannya ke arah senja. Senja juga dengan sigap menangkap apel dan memberikan pada Shaka, kasian kayak bocil nggk ada kerjaan mainnya tanah, kan mending makan buah biar sehat otaknya.

"Teteh semua nanti balik jam berapa?" Shaka bertanya. Pasalnya sekarang  hari Minggu dan besok tiga perempuan cantik itu sudah harus sekolah.

"Habis Isyak" jawab Reta singkat.

Mendengar itu wajah Shaka terlihat murung. Setelahnya semua hening hanya ada suara sapuan angin menabrak dedaunan. Senja menyadari ada yang aneh, ia melihat Shaka dan terkejutnya Shaka menangis dalam diam.

"Lahh ngapain nangis?" Bingung senja.

Seketika Shaka menghapus air mata yang menetes itu menggunakan punggung tangannya. Sabrina yang mengerti pun langsung turun dari ayunan dan berpindah duduk tepat disebelah Shaka.

"Kunaon?" Tanya nya lembut, mengusap rambut halus Shaka.

"Shaka sendirian lagi teh" jawabnya terisak.

Shaka menatap wajah kakaknya hanya menunjukkan senyum teduh. Ia pun ikut tersenyum walau airmata masih beberapa kali menetes.

"Sabar yaa sebentar lagi aa' juga pulang, maafin teteh yaa ninggalin kamu sendiri"

"Teteh nggk salah, kan di Jakarta teh Sabi belajar" Shaka hanya merasa sendirian karena ditinggal jauh oleh kakak-kakaknya. Disisi lain dia juga mengerti karena ini untuk masa depan keduanya.

"Udah jangan nangis lagi atuh" bukannya berhenti, tangisan Shaka semakin kencang. Sabrina memeluk adiknya itu dari samping, tangan nya mengusap punggung Shaka agar tenang.

Dari atas pohon Reta melihat sepasang adik kakak itu dalam diam. Dirinya juga pernah diposisi mereka berdua, yang selalu setiap saat saling menjaga, menasehati, dan bertukar cerita. Jujur Reta merindukan kebersamaan yang sudah hilang termakan waktu. Butiran kristal yang tanpa sengaja dijatuhkan membuat ia mengedipkan mata beberapa kali guna untuk menghilangkannya.

"Katanya ngerti teteh di Jakarta sekolah kok malah kenceng nangisnya"

"I-Ini lagi u-saha berhentiin na-nangisnya." ujarnya dengan sesenggukan.

"Udah cil nggk usah sedih gitu, toh Sabrina juga sering pulang kan sekarang juga zaman udah canggih ada hp kalo kangen tinggal video call" entah jin apa yang merasuki, sehingga Senja bisa bicara sebijak itu. Sedangkan yang dilakukan Shaka hanyalah mengangguk-anggukkan kepalanya. Butuh beberapa menit sehingga Shaka benar-benar tenang dan saat itu juga hanya ada keheningan.

"Lagian ya mau nggk mau kita harus kembali ke habitat." Senja berbicara setelah ada keheningan menyelimuti.

"Habitat, emang kambing apa?." Shaka menimpali omongan Senja pelan.

Nata Twins -Aku RetaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang