05 : Lyien

588 93 2
                                    

"Tin, ngerasa ga akhir-akhir ini geng Kraton jadi sering keliatan lagi?" Arsha memperhatikan jalan, melihat iring-iringan kumpulan pemuda naik motor.

"Ngerasa, tapi aman lah, gue kenal ketuanya kok, mereka anak baik-baik" ucap Atin santai "Yang kita harus khawatir itu kalau geng Mermaid Killer yang lewat, mereka hobinya bikin rusuh, gosipnya ketuanya dari sekolah kita tau" jelas Atin.

"Lu tertarik banget ya sama geng-gengan dan tawuran ini?" Arsha terkekeh, dirinya yang introvert dan lebih suka menghabiskan waktu di kamar untuk membaca komik, nonton anime dan bermain, tidak relate dengan kisah sepupunya.

"Gue tertarik, tapi gue lebih suka tawuran lewat Valorant, ga ada korban jiwa, ga ada kasus kayak waktu itu" suara Atin perlahan menjadi lirih.

Arsha langsung mengelus-elus punggung Martin, memberikan ketenangan kepada sepupunya.

===

"Kalian ga disamperin sama cowok yang waktu itu kan?" tanya Gita khawatir pada Rava dan Atin, siang itu sepulang sekolah mereka diminta untuk ke ruang OSIS sebentar. Di dalam Ruang Osis sudah Gracia yang mereka kenal, Shine, Gita dan Satu sosok gadis berwajah chinese dengan badan mungil.

"Belom pernah sih, tapi emang tiap lewat gedung anak-anak kelas 2 kayak ada yang ngeliatin" ucap Rava jujur.

"Cowok tidak terlalu tinggi yang kemarin kalian itu namanya Jesslyien Elliot" ucap Gita "Sebenarnya gue udah mau ngelarang kalian ikut campur sore itu, tapi ngeliat skill beladiri kalian rasanya kekhawatiran gue jadi percuma" kekeh Gita.

"Sekolah Rotasi Berat terkenal akan prestasinya, tapi dibalik itu, ga sedikit banyak anak-anak bermasalah, nah dalam 2 tahun terakhir, anak-anak bermasalah di Rotasi Berat berkumpul jadi satu geng" ucap Gracia tiba-tiba ikut bergabung. "Namanya Apocalypse"

"Setiap Apocalypse, selalu punya the Four Horsemen of Apocalypse, sama seperti di geng ini" jelas Shine "Termasuk Lyien, dia adalah salahsatu the 4 Horsemen"

"Wah, keren banget, kayak di Now You See Me" komentar Atin polos.

"Mirip X-Men : The Apocalypse ya" komentar Rava, sedikit menahan tawa.

"Mungkin inspirasinya dari situ, namanya juga anak muda" ucap Shine.

"Selain Lyien, ada 3 orang lain yang harus kalian waspadai, mereka itu . . ." Gita pun mulai menjelaskan tentang Geng Apocalypse "... dan mereka semua di ketuai oleh ..." Gita lagi-lagi menjelaskan dengan titik-titik agar pembaca penasaran.

"Wah, ternyata Jakarta seseru itu" Rava berkomentar "Tapi, kenapa kalian ngasih tau info ini?"

"Mmm kami mau ngasih penawaran, Gita sebagai komdis, saat ini cuma bergerak berdua sama anggotanya yang bernama Muthe, sama-sama cewek tapi mereka berdua bahkan lebih kuat dari Shine ini" ucap Gracia dengan nada mengejek. Shine memang tampan dan otaknya encer, sayang fisiknya sangat so-so, cenderung lemah bahkan.
"Kalian mau ga jadi anggota rahasia tim Komdis, sebagai pasukan tempur kalau suatu saat dibutuhkan?" bisik Gracia pada Rava dan Atin "Kami tentu menghindari kontak fisik, tapi hal-hal kayak yang terjadi sama kalian dan Gita kemarin, bisa aja terjadi lagi" tambahnya.

"Ga perlu dijawab sekarang, kalian pasti masih bingung, pikir-pikir dulu aja" Shine paham akan wajah adik-adik kelasnya. Perlahan Rava dan Atin pun pamit dari ruangan itu. Gadis Chinese yang daritadi diam hanya bisa tersenyum kecil saja melihat punggung Rava dan Atin menjauh dari ruangan itu.

===

Rava termenung, saat ini ia sudah berada di depan rumah Christy, Flora belum sempat menjelaskan alamat dimana Bossnya itu tinggal, kebetulan ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan langsung. Ia tidak menyangka rumah Christy sebesar ini. Ada sedikit rasa keraguan untuk masuk, sampai tiba-tia.

"Woy, malah bengong!" Teriak Christy dari balkon "Sini masuk!" ucapnya.

"Wah, kita baka mengkonon ning umah, bisa-bisa digebuki Mimi, haha" batin Sholeh.
(Wah kalau aku kayak gitu di rumah (manggil orang dari balkon) bisa-bisa dipukulin Ibu)

Rava pun akhirnya perlahan masuk, hari itu ia mengenakan kaos dengan outer kemeja Flannel berwarana abu-abu disertai celana Chino berwarna hitam. Christy cukup tertegun melihat penampilan Rava diluar seragamnya, baru pertama kali. Pesonanya sungguh berbeda.

"Hi Christ, Hi Flo" sapa Rava ramah.

"Ini Rav, alamat yang elu minta, mau buat apa emang?" tanya Flora, menyerahkan alamat kantor Teh-nya.

"Kita nyari cara biar bos lu bisa hapus foto-foto dan gambar senonoh kamu Flo, kalau bisa bahkan masukin dia ke penjara sih" ucap Rava.

"Aku juga mau dia begitu, tapi dia orang berduit, susah kali" ucap Flora pasrah "Asal foto-foto dan video itu kehapus aja, aku udah bersyukur Rav" ucap Flora matanya sedikit berkaca-kaca.

"Ada yang bisa gue bantu ga Rav?" tanya Christy.

"Sekarang belum ada, titip Flora dulu ya" ucap Rava sembari tersenyum.

"Tumben rame Njel" tiba-tiba Jessi datang dengan pakaian cukup glamour "Lah ada kalian, pada mau ikut juga?" tanya Jessi.

Muka Christy merah padam, ia belum bilang ke Jessi kalau malam ini agenda biasa mereka tiap malam minggu dibatalkan saja, karena ada tamu-tamu, tapi Jessi malah datang lebih dulu.

"Ikut kemana Jess?" tanya Rava heran.

"Ke Klub depan, nonton live music" ucap Jessi santai karena mengira Christy sudah cerita.

"Jessiiii" ah sudahlah, kalau teman-temannya menganggap dirinya buruk karena sering ke tempat seperti itu padahal masih dibawah umur, secara otomatis dia mefilter teman-teman yang ia anggap dekat.

"Heh, serius?" tanya Flora "tapi aku ga ada uang, belum kerja lagi, ini aja makan sehari-hari numpang Christy"

"Aku juga penasaran sih, tapi nonton live music doang kan, ga mabok?" Rava juga antusias, kehidupan anak Jakarta selalu menarik bagi dirinya.

"Kalian ga ilfeel tau gue sering main kesitu?" tanya Christy. Rava dan FLora saling pandang lalu refleks geleng-geleng.

Jessi terkekeh, kenapa juga mereka harus ilfeel. Bahkan anak seumuran mereka ada yang sudah mencicipi hal-hal yang lebih parah. Christy memang cukup menyebalkan karena sampai sana pasti akan ngevape, namun Jessi sendiri cukup menikmati Live musiknya, selama tidak ada om-om mesum yang menganggu mereka.

"Yaudah Flora, sini dandan dulu" Christy antusias.

Jessi dan Rava pun ditinggal berduaan di ruang tamu.

"Jess" Panggil Rava.

"Kenape?" tanya Jessi santai, ia menyenderkan kepalanya di bahu Rava. Tangannya sibuk bermain gawai.

"Kamu Suka Febrian ya?" tanya Rava.

"Hah" Muka Jessi tiba-tiba memerah "Mana ada gue suka sama jamet kampung gitu, idih" Mata sipit Jessi langsung menghindari tatapan Rava.

Rava terkekeh "Hahaha, sayang ya, aku kira kamu suka, soalnya kemaren dia curhat soal--, mmm gajadi deh" ucap Rava jahil.

Jessi ingin bertanya namun suaranya tertelan gengsi, Jika ia bertanya curhat Febrian ke Rava soal apa, bisa-bisa jadi jelas soal perasaannya yang mulai tumbuh pada ketua kelompok masa MPLSnya itu. Rava Sialan! Batin Jessi.

To be Continued

RAMAI SEPI BERSAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang