"Roy, gue bingung deh kenapa elu masih ngikutin Fiony terus, elu naksir dia?" tanya Ara. Saat itu mereka dalam perjalan pulang dari pesta di rumah Lulu.
Roy menggeleng, enggan berkomentar, fokus pada motor yang ia kendarai.
"Tapi kenapa ngikutin dia mulu, apa cuma karena sahabat?" tanya Ara lagi.
Motor Iroy berhentikan di minimarket dekat rumah Fiony, seperti permintaan Ara, karena ingin membeli rokok terlebih dahulu. Pelajar yang baik tidak merokok ya! Saat di dalam, tubuh Ara yang jangkung membuat kasir mengira pria itu bukan pelajar, sehingga Ara dengan mudah melenggang masuk dan membeli benda itu, beda dengan Iroy, baby face-nya pasti membuat dia selalu diminta ktp setiap ingin membeli rokok.
Iroy menggeleng saat Ara menyodorkan sekotak rokok twizz berwarna ungu. Rokoknya, cewek banget, untuk orang sesangar Ara. Itu isi pikiran Iroy. Tak lama mereka berjalan menuju rumah Fiony, aneh, kenapa gadis itu belum pulang. Tak lama Feni, Kherisma dan Siska datang, membawa mobil pick-up milik Kherisma, mobil berkebun milik sekolah mereka sebenarnya, kekuatan anak pemilik yayasan.
"Fiony mana?" tanya Feni.
"Harusnya udah pulang sih kak" ucap Iroy.
"Kalian jadi pesta sama anak-anak itu?" tanya Kherisma dingin.
Ara dan Iroy mengangguk. Kherisma geleng-geleng, tertawa meremehkan.
Tak lama Jaya, Martin, Windah, Gracia, Gita, Oniel dan Lulu datang dengan Mobil Milik Martin. Gracia turun dengan wajah galak.
"Lia mana? Katanya mau ketemu Lyien, tapi ga balik-balik" ucap Gracia mencengkram kerah Feni.
"Rombongan darimana itu?" Feni malah balik bertanya.
"Pamannya Rava nanyain kenapa Rava belum balik" ucap Gracia "Gue pikir ini ada hubungannya sama kalian"
Feni melepas cengkraman pada tangan gracia dengan mudahnya. "Gue bahkan sekarang ga tau Lyien dimana" ucap Feni.
"Kayaknya disini deh!" seru Ara tiba-tiba, menunjukan pesan yang Fiony kirim.
"Gas kesana!" ucap Feni
"Kita ikut!" ucap Gracia, siap naik ke belakang pick-up.
"Kenapa ga naik mobil gue aja kak?" tanya Martin heran.
"Takut mereka aneh-aneh kalau ga diawasin, buruan yang mau ikut!" ucap Gracia.
"Woi mobil gue ini!" Kherisma geleng-geleng kepala.
"Gre, Lu di depan bareng gue sini, Ara setirin, Eri sama Siska jaga belakang, yang lain kalau mau pada ikut ke belakang!" perintah Feni, semua menurut. Martin masih geleng-geleng kepala, kenapa juga dia harus masuk angin, padahal mobilnya muat banyak.
"Seru ya Niel, kayak Domba garut!" komentar Lulu sumringah.
"Enak aje!" Kherisma tidak terima "Lebih mirip sapi boyolali kita mah"
Lulu sontak tertawa, tidak menyadari yang mengajaknya bercanda orang paling kuat di apocalypse. Gita memandang interaksi Eri dan Lulu dengan nanar, berharap ia bisa bercanda dengan santai lagi dengan remaja tampan itu, tapi akhirnya dia hanya bisa mengenggam erat bajunya, menahan diri.
=-=
Semua sudah pulih dan sembuh dari pingsannya, anehnya tinggal Rava yang belum. Semua dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat, Rava sendiri yang mendapat penanganan khusus. Callie, Rai, Amanda dan Indra saling pandang. Rasa-rasanya pertarungan mereka tidak segitunya, Callie bahkan sudah menangis panik, takut gara-gara dia Rava kenapa-kenapa.
"Preman kok cengeng!" ejek Martin.
"Jaga omongan lu ye, kita cuma suka berantem, bukan berari mau ngebunuh orang!" ucap Rai, membela kakaknya. Sedang Manda dan Indra hanya bisa diam, nanar, dia paham siapa Martin. Adik dari sosok yang mereka cintai. Pria itu pasti masih trauma kehilangan seseorang yang ia sayang, makanya, dia yang nampak paling gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMAI SEPI BERSAMA
FanfictionRava Fadel Kuncoro tidak pernah menyangka kepindahannya ke salah satu sekolah swasta di Jakarta akan mempertemukannya dengan kisah-kisah yang akan membentuk masa remajanya. Kisah ini hadir dalam balutan Aksi-Komedi, Slice of Life dan pastinya Romans...