"Aku benci banget sama author Wattpad yang make istilah POV daripada sudut pandang" decak Rava.
Siang itu Rava sedang santai membaca wattpad di ruang rawatnya di rumah sakit, di kursi besuk ada Christy dan Lia yang sedang asyik makan rujak. Banyaknya buah yang di bawa oleh rombongan pembesuk, membuat Rava mengide untuk merujak saja, dan Ide gila itu entah mengapa disambut baik oleh Christy yang datang memabawa cobek, cabe dan gula merah. Tinggal nunggu diusir satpam rumah sakit.
"Biarin aja sih, rata-rata penulis wattpadkan pemula, bahkan banyak yang tata bahasanya belum bagus, lu baca pelan-pelan aja, yang penting maksud cerita si penulis sampe" ucap Christy.
"Tetep aja, aku selaku penikmat sastra karya-karya Tere-Liye, Pramoedya, Sapardi, Es Ito, Ahmad Tohari, Yulia Putri, Ziggy Zagga--"
"Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie" Ralat Lia.
"Iya dia itu, ngebaca wattpad jadi kesel sendiri" tukas Rava sebal "Bagi Rujaknyaa--" pinta Rava pada Christy.
"Digebok pake stestoskop sama dokter tau rasa luh, makan aja tuh risol bayem dari dokter" ucap Christy sembari menujuk Snack dan Teh Hangat yang sudah disediakan pihak rumah sakit. Rava mengkerut, lalu mulai kembali membaca wattpad yang dari tadi ia kritik.
"Lagian POV kan, istilah genre film bo-" Rava tak melanjutkan.
"Film apa?" tanya Christy.
"Film aja" jawab Rava singkat.
"Emang kamu baca apaan Rav?" tanya Lia.
"Ini Ci, Delshel fanfic 18+ Vulgar Getar Menggelegar" jelas Rava.
"Mending lu hapus akun wattpad aja Rav" ucap Christy kesal.
=-=
POV Christy
Rava, bocah aneh yang ku pikir tidak bisa sakit, ternyata hari ini aku lihat dia sedang menyunggingkan senyum menyebalkannya di brangkar rumah sakit. Dia bilang hanya ISPA, kebanyakan menghirup asap, tapi wajah aneh dia sebelum aku pulang rumah sakit setelah kami serombongan pingsan karena asap kebakaran, terlihat berbeda. Aku yakin ada ia sembunyikan.
Aku sedikit khawatir padanya, bukan, bukan karena debar aneh yang aku rasakan saat terlalu dekat dengannya, bukan ih, bilangin bukan! Ini khawatir karena aku sudah menganggap dia sebagai teman terdekat, bahkan mungkin sahabat (?), dia satu-satunya yang aku ceritakan soal masalaluku selain Jessi. Bukan, aku bukan berani curhat dan terbuka karena dia membuat aku merasa nyaman dan aman, dan bukan juga karena membuatku bisa lebih menjadi diriku, bukan ya! Bukan juga karena ribuan cangcorang yang seperti menari-menari diperutku. Bukan, pokoknya bukan!
Intinya aku khawatir.
Saat siang hari disaat detik-detik akhir masa besuk, dia masih tetap berusaha menujukkan wajah cerianya, seolah-olah berkata bahwa ia baik-baik saja. Hhh, kenapa laki-laki harus lahir dengan ego maskulinitas yang besar sih, seolah-olah ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapapun, menyebalkan. Sesaat sebelum pamit, aku meletakkan figure Paimon, dewa aneh dari game Impek Genshin di nakas sebelah mejanya.
"Biar kamu ga kesepian" ucapku selembut mungkin.
Dia tersenyum, sial, kenapa senyumnya akhir-akhir ini terlihat begitu manis. Stop, pikiranku, kamu pikir aku telah jatuh cinta bukan? Salahhhh ini hanya--perasaan kagum, akan sahabat, iya, sahabat. Tapi kata Zigaz, sahabat jadi cinta. Ah, apalah.
Intinya, aku berharap kamu cepat sembuh.
=-=
"Mpen" kekeh Kherisma.
Feni menatap pria itu galak, kekehan Kherisma langsung berhenti.
"emang kenapa dengan Mpen?" tanya Fiony "Gemesin tau, Kak Mpen"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMAI SEPI BERSAMA
FanfictionRava Fadel Kuncoro tidak pernah menyangka kepindahannya ke salah satu sekolah swasta di Jakarta akan mempertemukannya dengan kisah-kisah yang akan membentuk masa remajanya. Kisah ini hadir dalam balutan Aksi-Komedi, Slice of Life dan pastinya Romans...