Zarot marah besar, bagaimana tidak, paket yang nilainya lebih dari 50 juta itu, (lebih banyak dari hitungan kasar Ara) bisa hilang begitu saja. Bangsatnya, puluhan anak buahnya yang mengejar satu wanita itu, malah kalah oleh segerombolan orang-orang yang sedang pacaran.
"Mereka bukan orang sembarangan bang, diantara mereka ada Kherisma" ucap salahsatu diantara mereka.
"ANJING!" Zarot membentak, ia menyesap rokoknya, lantas ia sundutkan ke leher orang yang baru saja berbicara "TUGAS LU, BUAT JAGA BARANG, BUKAN PACARAN SAMA SELEBGRAM BANGSAT, KALAU DARI AWAL ELU GA PERGI PACARAN DULU SAMA SELEBGRAM ANJING ITU, BARANG GA BAKAL ILANG!!!"
Diluar gudang markas Bronx, Rava, Jaya dan Martin baru saja menyembunyikan mobil martin di sebelah salahsatu gudang kosong dekat situ.
"Elu berlima, yang kemaren gue kasih tanggung jawab bawa barang, besok sore, harus udah bawa masing-masing 10 juta buat gantiin barang yang ilang, paham?" ucap Zarot sayup-sayup terdengar sampai keluar. "Ga peduli, pinjol, judi, pokoknya 10juta besok sore harus udah di kumpulin, kalau kalian masih sayang nyawa"
"Jahat banget itu bocah, padahal cuma setahun diatas kita" ucap Martin, menyiapkan keling di tangannya.
"Bentar, kita mau masuk dengan spekstakuler apa diem-diem aja?" tanya Rava.
"Apa pentingnya?" tanya Jaya heran.
"Kita jelas kalah jumlah, ini motor yang diparkir depan aja ada 40an lebih, kalau mereka boncengan seenggaknya ada 80, belum kata kak Eri, Zarot punya dua tangan kanan yang hampir sama kuatnya sama dia" jelas Rava.
"Si M-Punk dan Little D" jelas Jaya "Menurut mereka nama itu keren kali ya?" Jaya heran.
"Gimana kalau--" Rava membisikan sesuatu ke kedua temannya. Idenya gila, tapi sepertinya akan berhasil.
Setelah menjalankan rencananya, Rava, Jaya dan Martin pun masuk kembali ke mobil milik martin. Lalu Martin yang suaranya paling keras langsung berteriak "BRONX ANJING, MAJU SINI!"
Hening, namun tiba-tiba suara teriakan bergemuruh, pintu gudang terbuka, menampilkan wajah-wajah marah Kroco-kroco bronx yang terlihat marah. Martin menatap mereka dengan tatapan mengejek. Perlahan Martin mengeluarkan jari tengahnya. Anak-anak bronx yang dasarnya emosian dan mudah tersulut langsung berlari mengejar.
"Kejar sini!" Martin langsung tancap gas dan kabur, sebenarnya tidak jauh, hanya bersembunyi diantara gang-gang gelap di sektiar gudang disana.'
Saat motor-motor anggota Bronx dinyalakan, mereka tidak tahu bahwa sekitara mereka sudah dilapisi oli bekas yang licin. Benar saja, tak sampai 20 meter berjalan, satu persatu motor mereka terpeleset dan membuat mereka jatuh, setidaknya 20an orang sudah luka-luka karena jatuh, cukup mengurangi jumlah lawan yang harus dihadapi.
"Anjing, goblok semua, susah banget kalau punya anak buah pada kaga sekolah" Zarot mendengus kesal "Itu mereka kira-kira siapa?" tanya Zarot pada M-Punk.
"Ga tau boss, tapi wajahnya kaga asing, kayak atlit kick boxing gitu" jelas M-Punk yang sedikit punya ketertarikan pada martial arts.
"Bisa jadi dari anak-anak Northblue" jelas Little D.
"Kaga, anggota mereka cuma 10, gue kenal semua" ucap Zarot sembari menyesap rokoknya. "Kalian mending masuk, jaga-jaga, gue yakin mereka ga lama balik lagi" perintah Zarot.
"Itu yang pada tepar di depan gimana?" tanya M-Punk.
"Biarin aja, udah gede, nanti pas sadar juga bangun sendiri" ucap Zarot, pikirannya lelah, supplier mereka pasti tidak akan tinggal diam mengetahui narkoba yang mereka percayakan pada Bronx hilang begitu saja.
Saat mereka semua di dalam, mereka kaget, di kursi tempat Zarot biasa duduk, ada seseorang dengan topeng Jabbawockez sedang memainkan keling di buku-buku tangannya. Sampai memercikan api. Di sampingnya ada orang dengan topeng Kinetsune sedang mengayunkan tongkat baton. Sedangkan di sebelah kirinya ada orang dengan topeng yang biasa digunakan oleh penari topeng khas indramayu, berdiri tegap dengan tongkat baseball sebagai tumpuan.
"Siapa kalian?" Zarot berusaha tenang.
Di belakang Zarot, setidaknya masih ada 30an kroco, belum lagi M-Punk yang kabarnya ahli menggunakan cutter sedang Little D yang biasa bertarung dengan Gear. Kenapa mereka bertiga berani? Karena mereka memang sekuat itu. Sebenarnya Kherisma, Amanda dan Indra memantau mereka dari salahsatu atap gudang, berjaga-jaga kalau harus melakukan penyelamatan. Pesan dari Feni, takut kalau mereka benar kalah dan hampir mati.
"Your Nightmare" ucap Martin dingin.
"Anjing, dikira ini anime apa, serang!" Zarot menyuruh anak-anak buahnya menyerang mereka bertiga.
Seperti yang terkenal dari Bronx, mereka biasa memakai cara apapun untung menang. Pisau Dapur, Cutter, Clurit besar, golok, tongkat, baton, keling, gear, pemecah es, intinya apapun yang bisa jadi senjata akan mereka gunakan.
"Tipe yang ga ragu buat ngebunuh mereka itu" bisik Rava "No mercy?" tanya Rava.
Martin dan Jaya mengangguk. Mereka bertiga memasang kuda-kuda. Rava maju duluan, pria itu langsung tanpa ampun menghantam 3 orang yang maju dengan tongkat besaball tepat di paha mereka, membuat mereka langsung roboh menghantam lantai. Jaya juga dengan batonnya, cekatan menghajar kepala anak-anak bronx. Sedang, dalam jarak dua meter, tidak ada yang bisa mendekati Martin, tendangnnya terlalu cepat diikuti oleh anak-anak yang hanya bermoda senjata seadanya dan nekat. Siapapun yang mendekat pasti langsung dihantam kepala atau perutnya oleh tendangan Martin.
Rava saat ini sudah menghabisi 9 kroco menurut Rava, dibanding pasukan SMA milik Lyien, anak-anak ini jauuuh sekali kekuatannya, Martin sudah menghabisi 7 dan Jaya sudah menghabisi 6. Sudah sisa sedikit. M-Punk dan Little D yang menyadari bahwa 3 orang di depannya bukan orang sembarangan langsung maju menerjang.
"Tin Zarot kita kasih buat Lu!" ucap Jaya.
Jaya pun berlari ke kanan sembari menghalau Little D, sedang Rava ke Kiri untuk menerjang M-Punk. Rava dengan lihai menghindari tusukan pisau M-Punk, sayangnya memang topeng mereka cukup mengurangi jarak pandang.
Stashhh! Lengan Rava tergores cukup panjang.
"Sekuat apapun tinju lu, kalau di depan benda tajam, tetep ga guna!" ejek M-Punk.
"Kirik!" Rava mengatur nafasnya, mencoba menenangkan Adrenalin yang keluar berlebihan bersamaan dengan darah yang mengalir di lengan. Setelah Di rasa cukup Tenang, Rava pun menerjang, dia menyabetkan tongkat baseballnya ke arah rusuk M-Punk, Pria itu menahannya dengan bahu lengan, sayang, tenaga Rava lebih kuat. M-Punk terdorong cukup kuat, keseimbangannya runtuh.
Tak menyianyiakan itu, Rava langsung memberi tendangan memutar dan menghantam M-Punk telat di perutnya. Setelah itu Rava juga menghantam paha M-Punk dengan tongkat baseballnya, memastikan pria itu tidak berdiri lagi.
Di sisi lain, Little D terlihat lebih unggul. Pria itu dengan lihai memainkan Gear yang terikat dengan gesper. Menjadi senjata yang mematikan, tadi bahu Jaya sempat kena serempet sedikit, rasanya perih sekali. Seperti digigit macan. Jaya lantas mengambil celah saat Gear-nya dilempar ke arahnya, Jaya menunduk dan berguling sedikit untuk mengubah arah serang, setelah dia bisa memperpendek jarak dengan Little D, Jaya langsung memukuli kedua tangan Little D dengan baton secara cepat, setelah itu Jaya pun menyelengkat (apalah bahasa baku-nya) kaki Little D dan menyikut dadanya hingga terhempas Jatuh di lantai.
2 Sidekick sudah pingsan, bagaimana dengan Zarot?
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMAI SEPI BERSAMA
FanfictionRava Fadel Kuncoro tidak pernah menyangka kepindahannya ke salah satu sekolah swasta di Jakarta akan mempertemukannya dengan kisah-kisah yang akan membentuk masa remajanya. Kisah ini hadir dalam balutan Aksi-Komedi, Slice of Life dan pastinya Romans...