"Hasil tidak akan pernah mengingkari prosesnya ..."
Perkenalkan nama gue Laskar ... Laskar Ibnu Sina. Seseorang yang sudah sangat keren sejak lahir. Banyak orang meyakini dan mengatakan kalau gue adalah yang paling laki - laki di antara laki - laki. Memang nggak bisa dipungkiri kalo gue juga anak yang berbakat dalam segala bidang sekaligus calon dokter bedah jenius.
Yap ... dokter. Seperti nama belakang gue yaitu Ibnu Sina yang merupakan Bapak dari ilmu kedokteran, gue pun ingin menjadi dokter yang legendaris seperti beliau. Didukung nilai akademis yang mumpuni dengan indeks rata - rata A+, tak sulit bagi gue menjadi seorang dokter handal sekaligus tokoh publik selevel selebritis.
Oh iya gue juga terkenal di antara cewek - cewek karena setiap hari gonta - ganti jenis dan merek motor karena gue cepet bosen kalau hanya satu motor yang sama. Dan ternyata itu malah menjadikan gue kian digandrungi cewek - cewek yang rela pagi - pagi buta udah berjejalan merapat di parkiran hanya untuk menunggu gue buka balaclava saat turun dari motor.
"Yeah ... this is my damn lucky life, brooo!" Aku memekik.
"AAAWWWHHH ... LASKAAARRR ..." Teriak cewek-cewek itu dengan sangat heboh.
Aku pun tersenyum menebar pesona bendera merah. Entah mengapa mereka lebih menyukai aura bad boy dari pada citra cowok baik - baik.
Mereka pun kian menjerit mengelu - elukan namaku.
"Aaaawww ..." teriak mereka lagi.
Kulemparkan balaclava-ku kepada para gadis rimbun itu. Dan mereka pun heboh memperebutkannya.
"Laskaaaaaaaarrr ..." gadis - gadis centil itu makin berteriak.
Ctak - ctak - tak.
Suara papan ketik beradu syahdu dengan jemariku.
"LASKAAARRR !!!!" Terdengar sebuah suara berteriak memanggil namaku. Namun kali ini warna suaranya berbeda. Ini bukan suara jerit manja abege centil melainkan suara emak - emak yang kebanyakan gaul di pasar kaget (baca : nyokap gue)
"Iye maaak ... Laskar turun ke bawah. Hadeuh si emak nih." Sahutku dengan perasaan masam sembari menuruni anak tetangga ... eh anak tangga.
Duk - duk - duk ... suara kaki berdebam dengan lantai.
Mimpi nan indah ... Imajinasi nan sempurna.
Aku menuangkan semua imaji itu sebaik-baiknya dalam dalam prosa sastra, akan tetapi entah mengapa itu semua berjalan dengan tidak bersesuaian di realita kehidupanku yang sebenarnya.
Baiklah ...
Izinkan aku memulai semuanya sekali lagi dengan lebih jujur.
Namaku Laskar Ibnu Sina. Iya ... ini beneran nama asli kok.
Aku tinggal di salah satu unit rumah susun yang terletak di tengah - tengah ibu kota dan di umurku yang menginjak sembilan belas tahun ini, aku belum kuliah dan masih tinggal bersama orang tua. Ibuku bekerja sebagai asisten rumah tangga dan memiliki usaha sampingan berjualan nasi uduk di pagi hari, sedangkan ayahku dulu bekerja di salah satu perusahaan reparasi swasta bagian teknik alias montir bengkel namun dia sekarang jadi pekerja serabutan.
Aku sendiri hanyalah pecundang. Tak banyak yang mengenaliku karena wajahku tidak memenuhi syarat menjadi tokoh sorotan publik yang memukau, juga bukan orang kaya yang dengan mudah bisa menentukan gaya dan menarik perhatian. Saat masih bersekolah dulu, hampir semua murid membawa kendaraan mewah dan memakai barang yang bermerek nan kelas atas yang menjadikan hargaku kian rendah diri.
Aku sangat sering mendapat hinaan karena keadaan ekonomi keluargaku yang pas - pasan namun diterima sebagai satu - satunya siswa di sekolah elit dengan beasiswa pengabdian sekolah untuk anak kurang mampu yang berprestasi. Mungkin juga aku kurang asupan gizi yang cukup, pertumbuhan otakku pun tak seoptimal mereka, sehingga selain di pelajaran seni aku sangat kesusahan mengimbangi kecerdasan dan kemampuan fisik mereka. Semua itu membuatku semakin lunak untuk diinjak, meski begitu aku sering bermunajat dalam hati untuk memenangkan semua penghinaan itu serta bisa mengejar segala kekuranganku.
Menjadi sukses adalah cara balas dendam yang paling baik dan aku tak mau menjadi seperti peribahasa menang yang jadi arang, kalah yang jadi abu. Segala sesuatu memiliki proses dan jalan keluar agar kita tahu betapa nikmatnya keberhasilan yang kita hasilkan.
Yah ... meski saat menghadapi situasi dalam realita sering kali membuat semangat itu surut.
Namun pun begitu, di sekolahku ada seorang gadis yang sangat cantik dan selalu bersedia membantu kapanpun aku merasa jatuh. Dia selalu ada dan menemani dalam setiap kesedihan ini.
Gadis itu bernama Viona Ratu Silama, dan dia sering dipanggil dengan sebutan 'The Wonder Girl of School' oleh semua murid di sekolah. Akan tetapi aku menjulukinya sebagai 'Wanita Sejuta Sahaja'.
Pesonanya sangatlah jelita ... terutama saat dia memainkan alat musik kesukaannya: violin.
Pada setiap nada yang digesek pada lima senar violin itu, Viona seakan menebar kisah sendu bagi yang mendengarnya. Setiap birama itu terangkai menjadi puisi-puisi ... Viona tahu betul cara menghipnotis siapapun yang memandang dan mendengarnya, sementara aku adalah laki-laki lusuh yang terpaku mengagumi sanubarinya dan merasa sehanyut senja hanya dengan melihat penampilan anggun seorang Viona.
Aaah ... Apa aku boleh jatuh cinta padanya? Tetapi Viona terlalu sempurna untuk seorang laki-laki tak berkelas sepertiku. Walau banyak orang bijak sudah lama berkata jika cinta selalu erat dengan perjuangan, namun sebenarnya cinta tidak semata-mata bisa terjalin hanya dengan perjuangan.
"Oh mungkin aku bermimpi ... menginginkan dirimu untuk ada disini menemaniku.
Oh mungkin kah kau yang jadi ... kekasih sejatiku? Semoga ... tak sekedar harapku."
(Kekasih Sejati - Monita)
"Violin As Viona"
Irama ... Aku jelmaan bahasa jiwa.
Dekat terasa jika mendengar menjadi alasannya ...
Aku semuda yang tercipta.
Maka ajarkan aku rasa dalam sebilah petikan birama nya,
Aku jua adalah mereka yang menyadari rasa.
Ketika jatuh tempo akhir, maka terkenanglah aku di hatinya.
(Violin Raksasa, Jakarta 2010)
*Hallo ... ini adalah chapter pertama dari Kalkulus Minus. Sebuah novel fantasi karya adik dan kakak bernama pena DirhamMDR dan Intanaaammy.
Novel ini sudah selesai sejak tahun 2018 namun direvisi ulang di tahun 2024. Dan mencoba peruntungan di Platform digital Wattpad.
Kalkulus Minus berkisah tentang seorang anak lelaki SMA bernama Laskar Ibnu Sina yang mencintai seorang perempuan bernama Viona yang sempurna di matanya namun mustahil dia miliki.
Suatu hari ia menemukan dua benda aneh yang membawanya memasuki alam tanpa logika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalkulus Minus
FantasyJam Kegelapan yang Dalam Di sekolahku, ada seorang gadis yang sangat cantik dan selalu bersedia membantu kapanpun aku merasa jatuh. Dia selalu ada dan menemani dalam setiap kesedihan ini. Gadis itu bernama Viona Ratu Silama, ia sering dipanggil deng...