Dea, Si Gadis Tomboy (Bagian Satu)

20 2 0
                                    

Dea Diarisma,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dea Diarisma,

Lahir di Kwitang dan sejak sekolah dasar sudah sangat menyukai sastra khususnya klasik.

Dea sebenarnya juga anak yang manja dan penuh tawa. Namun perubahan kadar rasa kasih sayang, tentu bisa mengubah siapapun.

Gadis itu memiliki mata berwarna coklat alami, tetapi sangat suka pakai kontak lensa warna merah atau kuning. Bintang zodiaknya Leo, dan memiliki postur tinggi badan seratus enam puluh dua sentimeter dan berat badan lima puluh kilogram.

Dea juga orang yang sangat hobi membaca novel lawas dan bernyanyi.

Seperti yang kuceritakan sebelumnya, Dea kecil terpaksa harus tinggal di rumah neneknya setelah ia mendengar bahwa ibunya telah meninggal dunia. Di sanalah gadis ramah dan murah senyum itu berubah drastis, apalagi ditambah perilaku ayahnya yang suka keluar malam dan jarang pulang membuat Dea tak tahu jika seorang ayah hadir untuk menjadi cinta pertama anak gadisnya.

Dea pernah bercerita dirinya sering mendapatkan perundungan dan tidak ada satupun teman yang mau membelanya. Aku menyadari jika nasib Dea bahkan lebih buruk dari nasibkku, namun Dea tidak pernah menyerah karena ia begitu kuat dan tangguh.

Dea adalah gugusan keberanian yang purna pesona.

*****

- Tiga tahun yang lalu saat kelas satu SMA, Jakarta 2010

Seorang gadis berambut hitam lembut berlari dengan penuh cemas menuju ruang UKS karena mendapat laporan dari salah satu Kader Kesehatan Remaja bahwa ada seorang siswi mendadak pingsan saat upacara bendera.

Siswi pingsan itu adalah ... Dea, 15 tahun.

"Kamu baik-baik saja kan? Kamu tenang ya ... aku akan merawatmu." Ujar si gadis berambut hitam itu sambil memapah Dea yang baru siuman dari pingsan.

Dengan seksama dan penuh perhatian, gadis berambut hitam lembut itu memberikan sebutir obat juga segelas minuman hangat kepada Dea.

Gadis itu adalah ... Viona, 15 tahun.

Viona selaku ketua Palang Merah Remaja yang baru dilantik begitu sigap menolong Dea yang pingsan. Selain memberikan obat dan pertolongan pertama, Viona juga memberikan sepotong roti untuk dimakan oleh Dea.

Aku sendiri belum mengenal mereka berdua saat itu karena aku masih seorang pemuda kurus dan culun dengan wajah dibalik topi tertekuk ke bawah, sibuk dengan nuansa hatinya sendiri yang merasa asing namun ingin diterima di lingkungan pertemanan sekolah elit tersebut.

"Wah gile baik banget sih lu. Makasih banget untuk semua." Ucap Dea setelah kondisinya membaik.

Dea pun menepuk pundak Viona dengan gaya tomboy nan maskulin.

"Iya sama-sama. Ah iya, aku kembali ke lapangan yaaa ... kamu di sini aja sampai selesai upacara." Sahut Viona dengan senyuman ramahnya yang mempesona.

"Duhhh ... lo cakep banget sih? Baik banget pula. Boleh kenalan ngga?" Dea mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Kalkulus MinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang