Bukan Sang Pemimpi (Bagian Dua)

50 7 19
                                    

Yang pertama berkata :

Aku ingin dirimu ... Tetap jadi milikku

Bersama ku mulai hari baru ... Hilang ruang untuk cinta yang lain


Sementara lainnya berkata : 

Aku ingin dirimu ... Yang menjadi milikku

Bersamaku mulai hari ini ... Hilang ruang untuk cinta yang lain


- Adu Rayu -

***** 

Dea menunduk lemah ... dan saat itulah kulihat sisi lain Dea yang mungkin adalah sisi dirinya yang sebenarnya. Bahwa gadis ini tidak setomboy dan sekeras yang orang saksikan. Dia juga memiliki sisi halus dan perasa dalam dirinya. Sejujurnya pada kali ini aku melihat Dea sebagai seorang wanita lemah dan butuh seseorang yang bisa  melindungi dan menjadi sandaran hatinya ...

Ya ... dia sama seperti mawar lainnya. Membutuhkan perlindungan daun duri kokoh tangguh. Aku mencoba berpikir menggunakan alam rasa Dea yang tak ubahnya dia pun sama dengan aku yang mendamba Viona.

Haruskah aku memeluk Dea saja dan melupakan hasrat ini? Agar sampai di sini akhir seorang Viona dalam hatiku? Berhenti dari Viona dan meraih Dea yang sudah pasti? Atau mempertahankan apa yang kumiliki untuk Viona agar tak menyesal di kemudian hari?

"Bisa kah Laskar?" Tanya Dea yang sedang menatapku dengan sangat dalam saat ini.

"Gue sadar kalo gue emang cewek yang buruk banget. Walaupun gue berharap, tapi pasti ngga akan ada lelaki yang mau menyayangi cewe tomboy, keras, ketus nyebelin kek gue ini." Dea merendahkan dirinya.

"Ish ngomong apa sih Dey? Semua perempuan itu indah dan layak dicintai. Kalian dikagumi dan dikejar oleh kaum Adam. Kalo ngga ada kalian mau jadi apa kami? Seorang Ibu harus disayang tiga kali sedang ayah hanya sekali, itu artinya perempuan itu sangat berharga." Ujarku.

"Alah elo bisa sok bijak juga ya. Gue kira elu tuh cuman cowok kerupuk yang sok keras tapi dicelupin air langsung letoy." Kata Dea kembali menyebalkan.

"Hahaha. Kalo gue kerupuk lu bubur ayamnya ya?" Kataku menimpali.

"Elo tuh bubur ayam basi." Balasnya.

"Gapapa basi, sebelas dua belas lah sama susu yogurt. Biar basi tetep bermanfaat." Kataku.

"Oh salah deng kalo gitu. Elu bukan bubur basi tapi kutu buku yang ngga pinter - pinter." Ejek Dea.

"Suka - suka elu Dey ... yang penting jangan ngerendahin diri lagi ya." Ucapku kemudian. 

Dea pun terdiam kembali.

"Les ..." Dea seperti ingin mengungkapkan sesuatu.

"Iya Dey?"

"Hmm ... Clupppp." Bibir Dea tiba - tiba mendarat mendadak ke pipiku.

 Dia pun tersenyum genit sambil mengigit ujung jarinya.

"Ini apaan maksudnya?" Tanyaku sangat kaget.

Aku memegang pipiku yang terasa panas dan pasti berwarna merah setelah baru saja dirampok oleh preman teri jengki bernama Dea.

Dia menggelengkan kepalanya.

"Gue sayang sama lo, Laskar." Ucap Dea sambil menatapku.

Aku benar - benar terkejut sekaligus bingung karena ini di luar perkiraan dan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika.

Kalkulus MinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang