Bukan Sang Pemimpi (Bagian Lima)

34 3 10
                                        


"Laskaar ... BANGUN!!!" Suara teriakan Ibu dari dapur yang menggelegar membangunkanku dari mimpi.

"Iyeee maak." Sahutku yang kemudian berjalan menghampirinya.

"Ada apa mak? Bantuin angkat nasi ke meja depan?" Tanyaku.

Namun betapa terkejutnya aku setelah memperhatikan bahwa Ibu kembali bersikap mematung di depan baju yang sedang ia cuci dan bukan memasak seperti biasanya. 

Melihat itu aku lekas menghampiri Ibuku dan menyentuh pundaknya lagi seperti kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat itu aku lekas menghampiri Ibuku dan menyentuh pundaknya lagi seperti kemarin.

"Oh Les, Mak suruh kamu cepet bangun katanya masuk pagi?" Kata Ibu setelah akhirnya kembali tersadar.

Aku merasakan adanya sebuah kejanggalan namun berupaya memungkiri dan fokus bersiap berangkat ke sekolah. Namun ketika di jalan aku terus mengingat sikap-sikap Bapak Ibu dan membandingkannya dengan keadaan beberapa minggu terakhir.

*****

Sesampainya di sekolah, Viona dan Dea sudah menunggu di depan gerbang.

"Haiii Les." Viona melambaikan tangannya dengan semangat.

"Oh hai Vi ... hai Dey. Tumben nih pada berdiri disini. Ada apa?" Tanyaku.

"Kamu ngga tau ya kalo Tommy ulang tahun?" Viona malah balik bertanya.

"Ngga." Jawabku singkat.

"Payah banget si lesu, ulang tahun Tommy aja ngga tau apalagi ulang tahun gue." Dea tiba - tiba menyambar.

"Gue tau kapan ulang tahun elo, Dey." Jawabku langsung.

"Apa sih kutu busuk? Itu ngga bikin gue seneng tau!" Dea memalingkan wajah memerahnya.

"Mang enak kena gombal." Timpalku.

"Kalo ulang tahunku? Kamu tau ngga Dea?" Tanya Viona kepada Dea dengan memasang wajah polos.

"Ah damn you sial. Fix elo bikin gue pingin sesat. Gak, gue gak les biola." Gumam Dea menyesal memalingkan wajahnya ke arah Viona tadi.

"Maju kena mundur kena ya? Hihihihi ..." Aku mengejek Dea.

"Hahaha sudah - sudah gak usah dilanjutin makin ngaco yang ada. Jadi gini, kita mau bikin acara kejutan buat Tommy pas tampil di grandmall nanti. Yaitu kita bawain kue ke atas panggung." Jelas Viona penuh semangat.

"Vi ... Kok kamu bisa sih tersenyum kayak begitu kalau membahas Tommy. Sesenang dan antusias begini ya kamu memberikan kejutan untuk Tommy. Kalau saat ulang tahunku akan begitu juga tidak, Vi?" Begitu tanya dalam hatiku.

Tapi urung aku mengatakannya pada Viona karena tak lama Audrey menyusul datang dengan mengendarai motor Vespa warna toska macaroon. Sebuah kardus berwarna putih terikat di bagian belakang jok motornya.

Kalkulus MinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang