18

255 16 0
                                    

dengan secara kekeluargaan dan tanpa kekerasan, Asta berusaha berbicara dengan tenang dan tanpa emosi dengan di temani istrinya dan tanpa sepengetahuan anaknya

di restoran dengan bergaya Jepang, dua pasutri dan 1 anak dari salah satunya sudah berkumpul dengan suasana hening dan tegang.

"ada hal yang kamu mau omongin Asta?"tanya Liam yang memandang Asta dengan wajah penasaran

Asta menghela nafas, "sebelumnya, saya mau bicara sama kamu dulu, boleh?"tanya Asta menatap raga

raga mengangguk, "boleh, Om"

"tolong jujur ya nak....

om mau nanya sama kamu, apa sebelumnya kamu pernah berhubungan badan–"

"apa maksudmu ta? kenapa membahas hal seperti itu?"tanya Resfya yang memang tak nyaman jika membicarakan hubungan seksual

"bukan, apa-apa, tolong beri saya kesempatan, saya ga mau ada kekerasan"

keadaan kembali hening, Asta menatap serius wajah raga yang tenang tapi ada rasa gugup sekalipun.

Asta mana tau kalo aslinya si raga deg-degan parah

"nak raga tolong jawab pertanyaan tadi"ucap Asta dengan senyum tipis

"...iya om, tentu saja pernah"

"dengan anak saya?."

Liam dan Resfya juga raga menahan nafasnya beberapa detik karena terkejut

Liam menoleh menatap anaknya, "kamu?.."

raga mengangguk, "maaf untuk kelakuan bejat saya, maafin raga dad mom karena udah kecewa in kalian, dan untuk om serta Tante saya benar-benar minta maaf telah merusak anak kalian"

Asta menutup matanya berusaha untuk merendam emosinya

Nindy peka dan langsung mengelus lengan suaminya, "tenang.. mas, jangan pake kekerasan"

Asta membalas elusan itu dengan tangan lainya.

"raga, tolong jelasin sama daddy"

raga mengangguk dan membicarakan nya sejujurnya-jujurnya, tidak di tambah dan tidak kurang

"kamu tau perbuatan kamu itu salah raga, dimana fikiran kamu hah? dia masih kecil raga, DADDY GA PERNAH AJARIN KAMU SEPERTI ITU!"marah Liam

"sayang.. sudahlah kita bicarakan dengan kepala dingin"ucap Resfya dengan tersenyum

"sudah-sudah, ini hasil pemeriksaan anak saya, dan ini hasil bahwa dia positif hamil."

ucapan Asta membuat semua bungkam, terkejut? ofc, siapa yang tidak terkejut?

"tapi anak mu laki-laki bukan?"tanya Liam tak percaya

Asta mengangguk, "memang benar, dia anak istimewa saya yang sudah di rengut masa depannya."ucapnya penuh penekanan

raga mengambil surat itu dan membacanya.

di surat tersebut menjelaskan bahwa kehamilan Haikal sudah memasuki 4 minggu

hati raga berdesir, rasa bahagia tak bisa ia hindari

kembali raga menyimpan surat itu dan menatap mereka, "saya bakal tanggung jawab sama Haikal"

.

.

.

Haikal menatap marah kedua orang tuanya "UDAH HAIKAL BILANG HAIKAL GAMAU NIKAH! KALIAN JAHAT! GAMAU DENGERIN KATA HAIKAL! hiks.."

asta menatap datar anaknya, "jangan egois Haikal, ini kesalahan kalian, mau tidak mau harus mau. Jangan berfikir layaknya anak kecil"

setelah berucap seperti itu, Asta berlalu dari sana dan memasuki kamarnya yang memang berada di lantai bawah

Haikal mengusap air matanya dan menatap sendu ibu nya

Nindy tersenyum, dan merentangkan tangannya yang langsung membuat Haikal masuk ke dalam pelukan hangat itu

"dengerin kata ayah kamu ya dek, ibu tau kok adek belum siap, tapi gimana lagi? kamu mau anak kamu di ejek anak haram?"

"dia udah jadi anak haram–

"heh, jangan kaya gitu, dia anak kamu dek,"

"... maaf.."

Nindy menghela nafas lelah, "ibu mohon ya dek jangan kekanakan saat situasi seperti ini, anak yang kamu kandung itu bukan semata-mata buat kalian jadi egois apalagi kalo kalian berfikiran buat bunuh bayi ini"

"tapi Haikal ga siap bu.. Haikal takut.."

Nindy menepuk-nepuk kepala Haikal dengan lembut, "gapapa, coba dulu"

"ibu juga yakin raga akan menjagamu dan anak kalian berdua, raga juga pria pekerja keras, ibu sangat yakin dia pria yang baik untuk mu"

"baik? yang tega ngerusak aku, ibu bilang baik?"

Nindy terkekeh, "ibu tidak membela siapapun di sini karena kalian sama-sama salah. Kalian terpengaruh dengan alkohol, tidak ada yang brengsek di antara kalian "

"ibu udah tau sifat nak raga gimana.. ibu udah kenal keluarga nya dari dulu, ibu jamin kamu pasti bahagia"

"engga, aku.. tetep gamau bu.."

Nindy menghela nafas panjang, "sayang nya ibu, denger ya, kalo kamu ga nikah gimana nasib bayi ini hm? ga mungkin kan dia punya keluarga yang ga lengkap? dia pasti sedih.."

Haikal menatap Nindy dengan mata berkaca-kaca, "hiks.. kan masih ada adek, ga mungkin adek bayi sedii cuman gara² gaada pak raga.. iyakan bayi?"Haikal mengelus lembut perutnya

"bukan begitu.........

setelah berjam-jam Haikal di ceramahi, Haikal akhirnya setuju untuk menikah walau terpaksa.

AlragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang