"Kami sudah meletakkan Dimitroula Lillopoulou di dalam kolam. Kalian berpasangan dua orang setiap demigod, lalu mencari mahkota itu di dalam kolam dengan kompak. Lima menit dari sekarang, digunakan untuk persiapan." Seorang Naiad — nymph laut menghampiri kami, lalu menyampaikan kabar yang sangat tidak mengenakkan bagiku.
Aku, pasti bersama Kenneth. Kenn mengajak diriku untuk maju ke tempat Naiad dan Nereid berkumpul — mempersiapkan segala alat. Jaga-jaga jika nanti ada yang tidak bisa berenang.
Tantangan kali ini cukup sulit. Tangan kananku dan tangan kiri Kenn harus diikat agar kami tidak berpisah, dan dapat melaksanakan tantangan dengan baik. Ikatan ini dibuat dari serat eichhornia crassipes, yang dirakit langsung oleh para dryad.
"Dimitroula Lillo — ah, itu apa?" tanyaku pada Kenn, semenit sebelum kita diutus untuk menceburkan diri ke dalam kolam yang kedalamannya tiga meter, berwarna hijau lumut, dan seperti jarang dirawat. Aku meragukan keamanannya.
"Mahkota dari Artemis untuk Nyonya Dynn." Dia menjelaskan.
Saat peluit milik Tuan Darren si Satir berbunyi, Kenneth dengan teganya segera menarik diriku untuk menceburkan diri ke dalam kolam.
Rupanya, kami berenang melawan arus. Menjadikan tubuhku semakin berat, sedangkan Kenn tampak lebih terlatih. Ia sesekali menoleh ke arahku — memastikan bahwa diriku baik-baik saja.
Sesekali mengambil nafas dengan menyembulkan kepala dari dalam air, aku melihat Alaric bersama Selena — yang juga keturunan Poseidon, berenang dengan sangat hebatnya.
Aku merasakan perih di area mata. Paru-paru seakan terbakar tatkala arus air semakin lama semakin cepat ketika kami hampir sampai pada ujung. Jarak antara ujung kolam dan diriku memang cukup dekat, jika dilihat dari daratan.
"Kwau twidwak twahwan?" tanya Kenn ketika ia masih di dalam kolam, menyebabkan suaranya hampir tidak terdengar.
Aku tidak menjawab apa-apa. Jujur saja, kepalaku berdenyut semakin ngilu, mata perih, telinga sakit akibat terlalu banyak kemasukan air, nafas juga sudah tidak teratur lagi. Sementara demigod-demigod yang cukup terlatih sedang berusaha dengan senang, bahkan terlihat sambil terbahak-bahak dan melakukan sedikit atraksi sembari berenang.
Aku hampir pingsan ketika Kenneth tiba-tiba menarik lenganku untuk menyelam. Kolam dengan kedalaman tiga meter tersebut, memang tidak dihuni oleh buaya, tetapi tetap berbahaya.
"Maaf, Car." Setelah berkata seperti itu, Kenn menyuruhku untuk menyembulkan kepala lagi. Aku dapat berdiri dengan terombang-ambing, karena rupanya, kolam di sisi yang kupijak tidak lebih dalam dari bagian lain. Kenn sendiri kembali menyelam, mencari sesuatu.
"Apakah kau menemukannya?" tanyaku dengan volume suara agak keras, berharap semoga Kenn mendengarnya.
Beberapa saat kemudian, Kenn berdiri, ia agak tinggi lima senti dari diriku. Raut mukanya memancarkan kekecewaan, menyebabkan diriku bertanya-tanya penuh.
Mukanya hijau, pucat. Apalagi, dia memanglah keturunan Demeter. Tetapi, aku berspekulasi bahwa ia menyukai tampilan hijaunya itu.
"Aku tadi sempat melihat mahkota itu, di sisi ini. Tetapi, aku tidak menemukan apa-apa di sini. Secepat itu hilangnya?" Kenneth menatapku dengan linglung — berusaha mencari jawaban dari raut yang sama-sama kebingungan ini.
Kami akhirnya mengedarkan pandangan ke berbagai penjuru. Dapat menyaksikan para demigod yang malah keasyikan berenang. Tetapi, ada pula yang merasa kesal. Barangkali sama kesalnya dengan diriku: sudah tidak bisa berenang, disuruh menyelam pula!
Saat mataku tak sengaja menatap Alaric di depan seorang dryad, aku melihat Alaric bersama Selena sedang menyerahkan mahkota yang selama setengah jam ini kami cari. Kenn mengikuti arah pandang diriku. "Putra-putri Poseidon memang jago berenang. Tapi mereka terlalu cepat!" katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANAH AJAIB IBU
FantasiTumbuh di dalam dekapan tanda tanya besar, kiranya menyebabkan Carmelo Zephyr kebingungan mengulik asal-usul dirinya. Apa lagi, kala itu orang-orang menggunakan Oracle sebagai juru kunci atas kebimbangannya dalam memaknai kehidupan. Oracle Delphi, a...