Aroma Demigod

10 4 0
                                        

Kembalinya kita ke akademi tidaklah diikuti oleh Artemis. Setelah menyerahkan mahkota dari bunga kepada Nyonya Dynn — mahkota itu diberikan langsung dari Demter ke Artemis — Dewi Perburuan itu kembali ke Olympus, seperti Apollo kemarin, dia berjalan jauh memasuki hutan, lalu menghilang begitu saja.

Athanasía membuat jadwal berlatih para demigod. Kenn meminta izin kepada mereka, ia ingin berlatih memanah bersamaku. Athanasía mengizinkannya, tentunya diberi syarat; dia menyuruh Kenn untuk keluar dari lingkungan akademi, lalu memburu setidaknya satu hewan liar. Akhirnya, aku mengajak Kenn untuk keluar. Kita berdua berjalan menuju hutan di samping bangunan akademi,  Kenn sudah memastikan bahwa kita akan aman.

Aku memberikan busur panah milikku dan beberapa anak panah yang sengaja kubawa untuk Kenn, pemuda yang jarak usianya cukup jauh dari diriku itu tampak bersemangat.

Awalnya, aku menargetkan sebatang pohon untuk dipanah oleh Kenn. Keterampilan memanahnya memang belum terlalu bagus, tetapi tekadnya yang kuat, mampu membuat diriku salut!

Mengingat kejadian kemarin — Kenn memanah Basilisk dengan asal-asalan, aku jadi bersemangat untuk mengajarinya. Barangkali setelah ini, dia lebih bisa melindungi diri dengan cara memanah. Selain itu, memanah juga termasuk ke dalam olahraga. Kenn sangat antusias untuk hal ini.

"Kau memang sering berlatih ya, Car?" tanya Kenn saat kita baru sampai di tempat ini. Aku menggeleng.

"Aku hampir jarang berlatih. Tetapi, sebelum pindah ke Stelis ini, aku pergi ke ακαδημία τοξοβολίας (Akadimía Toxovolías) pada setiap harinya. Meski di sana aku hanya bermain-main saja. Entahlah, waktu itu aku tidak terlalu menyukai olahraga memanah ini. Sebelum datang ke sini, aku masih berpikir jika apa yang kumiliki ini merupakan sebuah bencana terbesar. Aku selalu mengutuk pada siapapun tentang mata anehku ini, aku juga masih selalu heran, mengapa aku pandai memanah?" jelasku. Aku memosisikan anak panah di busur agar Kenn tidak kesusahan.

"Barangkali orang tuamu Apollo — dia bisa memanah! Ataukah ... Artemis? Atau mungkin, Eros? Atau siapa?" tanya Kenn.

Awal mula Kenn bertanya tentang orang tua dewataku, aku masih enggan menjawab karena bingung dan benar-benar tidak tahu. Sekarang pun juga begitu, aku masih tidak tahu siapa dia. Kecuali Nyonya Illiana Zaphire Jace — wanita dengan hobi memanah. Kemungkinan besar, keterampilanku turunan dari dia.

"Mana ada? Apollo terlihat tidak menyukaiku — pada awal pertemuan kami di kemarin hari. Artemis juga — kelihatannya biasa-biasa saja. Kalau Eros, aku rasa tidak. Dia malah belum pernah muncul sekalipun ke dalam kehidupanku. Asal kau tahu, Ibuku merupakan wanita dengan hobi memanah. Di usia mudanya, dia memanah banyak sekali hewan liar, dia juga sering memenangkan perlombaan memanah," ungkapku panjang.

Kenn justru tertawa kecil, lalu menatap diriku dengan memelas. "Lalu, apa yang kau harapkan dengan orang tua dewatamu? Menjadi dewa — orang yang paling ramah? Menjadi dewa yang selalu ada untukmu? Atau apa? Kau jangan banyak berharap. Asal tahu saja, ya! Banyak kaum kekal yang lupa dengan anaknya sendiri, lupa dengan demigod yang dilahirkannya sendiri. Kecuali demigod yang benar-benar kuat, seperti Hercules contohnya. Para kaum kekal hobi bergonta-ganti pasangan. Jadi, jangan harap kau akan dianggap, sebelum kau benar-benar mengenalnya." Aku terenyuh atas perkataan lebar dari Kenn. Dia menjelaskan sebuah fakta yang selama ini tidak pernah dapat kutelan.

Napasku tercekat, paru-paru menjadi agak memanas, aku selayaknya tenggelam dalam gelombang tsunami yang terjadi atas banyaknya fakta laksana air di lautan.

"Kau pernah mendapat pengalaman itu, Bung?" tanyaku pelan.

"Tentu saja, pernah! Aku dan Petter — Ayahku, kami tinggal di Laconia, Ayah memilih tempat itu karena masih banyak hutan di sekitar sana. Aku dahulunya berteman dengan — apa, ya? Dryad? Mungkin iya! Ya, intinya Ayahku meninggal karena sakit, jadi Dryad itu yang mengirimku ke sini. Apalagi, ketika usiaku menginjak sepuluh tahun, para monster sudah mengincar demigod muda seperti itu. Dalam beberapa tahun terakhir, aku baru menyadari bahwa Ibundaku adalah Demeter, setelah aku berkali-kali bertemu dengannya ketika aku berkebun dan merawat tanaman," jelas Kenn.

Kenn memilih untuk melupakan pembahasan barusan, ia mendesakku agar cepat melatih dia memanah. Aku menurut saja, lalu segera mengajarkannya langkah awal yang harus dilakukan ketika akan memanah.

Aku menyuruh Kenn untuk berdiri dengan ujung kaki lurus dengan tengahnya target, kaki dibuka selebar bahu dan badan agak tegak. Selanjutnya memasang anak panah, tetapi karena anak panah sudah kupasang sejak tadi, Kenn tidak perlu melakukannya.

Teknik yang ketiga adalah cara memegang busur. Pertama, tekanan busur harus pas pada bawah ibu jari. Melakukan variasi, hal yang perlu dilakukan adalah memegang busur 45°. Busur tidak boleh asal dipegang, ia hanya bisa dipegang di antara ibu jari dan jari telunjuk (yang menekuk)/tidak boleh digenggam.

Memegang busur juga tidak boleh terlalu dalam dan juga terlalu luar, tangan harus dalam keadaan rileks. Cara memegang string/tali busur adalah dengan meletakkannya di garis teratas pada jari, kecuali jari kelingking. Posisi jari kelingking harus menjauhi 4 jari yang lainnya. Lalu, sangkutkan ketiga jari (telunjuk, manis, dan tengah) ke string/tali busur. Setelah itu, ada yang namanya teknik split finger, yaitu telunjuk di atas anak panah, jari tengah dan manis di bawah, anak panah berada di tengah. Sampai pada tahap ini, busur masih menghadap ke bawah.

Langkah selanjutnya yaitu menatap lurus ke arah target, sedikit menarik string/tali, lalu mengangkat tangan yang memegang busur. String ditarik sedikit supaya posisi tangan yang memegang busur lebih stabil dan tidak berubah lagi posisi sikunya. Siku harus lurus, jadi, string bisa melewati dengan lurus. Tariklah string sampai menyentuh hidung sembari mempertahankan posisi tangan yang memegang busur tetap lurus. Kepala juga tetap diam, bahu kiri dan kanan tetap sejajar.

Supaya tangan tidak banyak bergerak, perlu ditempel di anchor point. Anchor memiliki banyak contoh, misalkan diletakkan di bawah dagu jika untuk recurve/standard bow. Supaya anchor point ini bisa diulang terus menerus dengan konsisten, kamu harus punya beberapa titik referensi.

Lalu ada teknik transfer, yaitu memindahkan otot yang menarik string dari otot lengan ke otot punggung. Setelah anchor, string terus ditarik (tidak berhenti) tapi dalam kecepatan yang sangat sangat pelan. Kalau sampe berhenti terlebih dahulu ketika anchor, biasanya susah ketika mulai menarik lagi.

Proses menarik string sampai melepaskan rata-rata kurang dari 5 detik. Otot punggung tetep terus menarik string, tidak berhenti, tetapi dalam kecepatan yang sangat lambat. Lalu lemaskan otot jari yang megang string. Semua ini akan berpengaruh ke akurasi.

Yang terkahir adalah gerak lanjutan, yaitu indikasi dari proses sebelumnya. Ciri gerak lanjutan yang bagus adalah tangan kanan tidak terlalu jauh dengan leher. Tetapi bukan juga dead release atau plucking. Tangan yang memegang busur tidak boleh diturunkan dan diubah posisinya terlebih dahulu. Sampai posisi anak panah menancap pada target atau tanah.

Kenn berhasil melakukannya dengan baik. Pemuda itu gampang mengerti atas apa yang aku jelaskan. Kenn berhasil menancapkan anak panah ke batang pohon yang telah ditargetkan. Setelah itu, aku langsung menantang Kenn untuk memanah seekor kerbau kecil yang sedang melintas ke sana-kemari.

Kenn mengiyakan tantanganku ini. Dengan pelan, ia melaksanakan selangkah demi selangkah cara yang sempat kuajarkan tadi. Kenn berjalan mendekati kerbau tanpa suara sedikitpun, lalu menerapkan ajaranku.

Bersamaan dengan jeritan kerbau akibat panah dari Kenn, seekor ular dengan kepala sembilan muncul di sela-sela pepohonan yang rapat, desisannya lebih keras lagi dari pada Basilisk. Mata merahnya dari salah satu kepala ular itu menatap tajam ke arahku, membuat aku mematung. Kenn langsung berlari menyeret diriku tanpa peduli dengan kerbau yang baru ia panah.

"Kenn, itu hewan apa?" tanyaku sembari terus berlari menjauhi hutan.

"Itulah Hydra, ular dengan sembilan kepala, dia juga mengeluarkan racun pada setiap tarikan napasnya. Kita harus hati-hati. Menurut pendapatku, aroma demigod dalam dirimu sedang kuat-kuatnya. Kau masih berusia 12 tahun, usia inilah merupakan usia yang tepat bagi para monster untuk menyantap demigod. Sebab, demigod memiliki aroma tersendiri dalam tarikan napas mereka."

DELPHI: The Magic Crossbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang