Kenn terus mengajakku untuk berlari. Sampai pada ruangan pribadi Nyonya Dynn, pemuda ini menceritakan kejadian barusan. Tentu saja, Nyonya Dynn langsung terkejut. Wanita itu bergegas menyuruhku untuk duduk, ia lalu masuk mengambil sesuatu.
"Energiku sudah tidak sekuat beberapa tahun yang lalu. Kata Ibumu, kau hampir tidak percaya tentang adanya monster, ya? Asal kau tahu, monster-monster itu betul-betul ada. Aku tidak bisa membantu banyak untuk menyelamatkanmu, selain dirimu sendiri. Aku hanya bisa memberimu kalung bulan sabit ini, jika sewaktu-waktu kau membutuhkannya," ucap Nyonya Dynn, ia menyerahkan kalung berwarna perak dengan pendulum berbentuk bulan sabit dengan ukuran mini. Aku menerimanya, dan meminta bantuan Kenn untuk memakaikan kalung ini.
"Bulan sabit adalah Artemis, dia amatlah dipuja oleh kami. Aku bisa menjamin, Artemis akan membantu dirimu. Selain itu, kalung sabit melindungi dirimu. Aroma demigod dalam tubuhmu akan tersamarkan ketika kau memakainya. Tidak ada cara lain, selain terus berlatih agar kau dapat mengalahkan monster-monster yang sekiranya membahayakan. Kau harus meminta ramalan kepada Delphi — karena lebih dekat dari sini, agar kau bisa berjaga-jaga setelah mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari dalam hidupmu," imbuhnya. Kenn melirik diriku, selanjutnya kita hanya bisa membisu, menunggu apa yang akan dikatakan lagi oleh Nyonya Dynn.
"Kapan kiranya aku harus pergi ke Delphi, Nyonya?" tanyaku, sebab Nyonya Dynn tak kunjung membuka suara. Raut keriputnya dipenuhi kedukaan, membuatku merasa tak enak hati.
"Saranku, jangan pergi sekarang. Sekarang kau harus melatih diri semaksimal mungkin. Jangan pula kau pergi ke sana hanya sendirian. Kalau kau mati, bagaimana? Kenn, tolong temani perjalanan dia, ya!" Mendengar perintah itu, Kenn seketika mengangguk.
Nyonya Dynn mempersilakan kita untuk bersiap. Aku hampir frustrasi karena rupanya menjadi demigod tidak semenyenangkan yang dibayangkan. Kupikir, aku hanya bisa menyombongkan diri karena memiliki kemampuan yang jarang dimiliki manusia lain. Rupanya, aku juga wajib mendapatkan tantangan? Terkutuklah, Monster-monster Sialan!
Kenn terus mengajakku untuk melatih keunggulan. Keunggulan apa selain memanah? Ya, itu saja. Aku terus memanah sampai beberapa waktu, selanjutnya melatih fisik dengan cara berlari. Kenn juga memaksa diriku untuk bertarung melawan Eloise — demigod keturunan Ares yang amatlah kuat. Eloise bisa memunculkan "kekuatan" dari tangannya.
Aku yang tidak memiliki kekuatan super seperti Eloise, hanya melawan ala kadarnya saja. Aku tidak bisa berbuat lebih. Namun, Eloise yang sebelumnya terkenal garang dan suka membekukan demigod lain (biar kuceritakan bagian ini!). Eloise bisa mengeluarkan api atau asap dingin — es, dari tangannya. Jika sedang iseng — karena dia memang suka usil, dia sering membekukan teman-temannya dengan cara melemparkan kepulan asap es ke arah yang dituju. Kini, Eloise berubah menjadi cair, sehangat api yang keluar dari tangannya. Dia mau mengajariku cara bertahan ketika didera musuh, dia juga mengajarkanku agar memiliki kekuatan tinju yang kuat — meski dia sendiri tidak yakin, apa kekuatan ini akan berguna bagiku.
Setelah berlatih seharian penuh, Nyonya Dynn menyuruh kami beristirahat. Aku dan Kenn akan menjalankan misi kedua ini pada esok hari.
Kali ini, yang harus dipersiapkan bukan hanya senjata saja, tetapi banyak. Aku mulai memakai baju zirah yang sebelumnya dibelikan oleh Ibu di tempat temannya — siapa? Ayahnya Brissha? Atau siapalah. Kenn juga lebih terlatih pada misi keduaku ini. Aku amat kasihan dan sangatlah meminta maaf kepada Kenn. Aku merasa bahwa diriku banyak membebani Kenn, dia harus ikut bertarung meski tugas ini bukan ditujukan untuknya. Namun, dengan amat baiknya dia, Kenn tidak masalah jika aku merepotkannya seperti itu.
Pada pagi ini, kita berdua sudah siap dengan senjata lengkap. Tujuan utama kita adalah Oracle Delphi. Aku sekalian ingin menjalankan amanat dari Ibu, yaitu mengambil busur panah miliknya yang tertinggal di Oracle Delphi itu. Tentu saja, aku mulai dapat berpikir bahwa senjata milik Ibu amatlah berharga — setelah kemarin diintai oleh Hydra.

KAMU SEDANG MEMBACA
DELPHI: The Magic Crossbow
FantastikDelphi adalah area suci milik Apollo yang biasanya digunakan masyarakat untuk menerima ramalan yang dituturkan langsung oleh Pythia. Selayaknya tempat suci yang lain, Delphi juga sangat dijaga ketat oleh manusia, nymph dan satir, serta para Olympian...