Musuh Terbesar Apollo

9 2 0
                                    

Aku berteriak histeris ketika Kenn juga melakukannya. Dia berteriak tetapi suaranya tercekat. Air mata perlahan muncul membasahi pipi penuh darahnya. Mulut Kenn terbuka lebar, tak kuasa menahan sakit bekas tusukan yang baru dilakukan oleh Ibundanya sendiri. Luka tusuk di tangan dan di kakinya belum sempat kering, harus ditambah tusukan di bagian punggung belakang yang efeknya juga menusuk hati.

Aku berlari cepat, niatnya ingin menghentikan aksi keji yang dilakukan oleh Demeter terhadap putranya sendiri. Ketika akan berlari menuju arah Kenn, Demeter mengacungkan jari telunjuknya ke arahku, membuat diriku terpental menabrak tembok goa.

Demeter tak kalah sedunya, dia juga menitikkan air mata tatkala melihat darah mengalir di samping ranting tajam yang menusuk Kenn sampai tak berdaya. Sekali lagi, aku benar-benar dibuat trauma dengan kejadian ini. Melihat Kenn yang mati secara perlahan, membuat diriku rasanya ingin ikut mati bersamanya.

Selama sepuluh detik terakhir, tubuh Kenn yang semula tegak dalam posisi duduk harus merosot tanpa nyawa. Aku sungguh takut dengan semua ini. Aku juga merasa bersalah kepada Kenn dan semua orang. Karena masalahku, Kenn harus sampai meregang nyawa begini.

Ataukah, ini yang dimaksud oleh Pythia? "Rintihan larat didekap Pendosa
Mengiba pada yang sedang meregang nyawa."

Nyatanya, Demeter benar-benar menangis, bahkan tangannya gemetar setelah ia melakukan aksi yang begitu keji ini. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Aku juga sudah tidak percaya lagi, jika Dewi di hadapanku adalah Ibunda dari Kenneth.

Dia menatapku dengan raut kekecewaannya. Pipi mulusnya sudah kembali basah oleh air mata, seperti ketika mendengar kabar bahwa Persephone diculik oleh Hades. Namun, kasusnya pada kali ini lebih sulit. Di mana, Demeter yang gila dengan gagah dan berani langsung menusukkan ranting tajam penuh mantra ke punggung putranya sendiri.

"Kau jahat!" hardikku di hadapannya. Aku tidka peduli seandainya dia akan marah padaku. Aku lebih rela mati, dari pada Kenn yang harus menanggung semua ini.

"Kerusakan di bumiku ... ini bukanlah apa-apa. Aku hanya meminta pertanggung jawabannya, Nak. Nyawanya belum seberapa dibandingkan kerusakan yang ia lakukan seumur hidupnya. Aku berani menanggung kematiannya. Aku ini Ibunya ... mungkin memang jahat, tetapi ini yang terbaik. Aku lebih mengetahui tentang apapun ketimbang dirimu!" balas Demeter dengan suara yang semakin bergetar penuh isakan. Dia terduduk lemas sembari memeluk tubuh Kenn yang sudah lemah tak bernyawa.

"Kau gila! Kau ini Dewi. Aku bahkan sempat berpikir, jangan-jangan kau bukan Ibu kandung dari Kenn? Aku benci padamu! Kerusakan alam tak bisa dibayar dengan nyawa! Itu tidak adi—"

"Bisa. Semua bisa saja dibayar dengan nyawa. Kenn tidak mati seutuhnya. Jiwanya akan selalu hidup dalam memori yang pernah terekam dalam benak semua orang yang mengenalnya. Aku akan mengabadikan roh Kenn sebagai roh berbagai pohon. Dia pantas menerimanya. Jika dia sudah mati, tidak akan ada lagi kerusakan yang bisa dia lakukan! Dan kau ... terima kasih karena telah menemani Kenn di detik-detik terakhir dalam hidupnya." Demeter mencabut ranting pohon itu. Tampaklah tubuh bolong Kenn yang dipenuhi darah kental yang sampai keluar setelah Demeter mengambil rantingnya.

"Tapi bukan seperti itu caranya, Yang Mulia Dewi Demeter! Kau bisa menghukumnya dengan sesuatu yang lebih ringan, tanpa harus melibatkan nyawa. Kalau dia diberi waktu hidup yang lebih lama lagi, aku yakin dia pasti bisa mengatasi segala kerusakan ini!"

"Tidak bisa, wahai anak muda! Tidak bisa. Karena Kenn sudah mengeluarkan energinya cukup banyak, hujan deras dan berbagai hal lainnya membutuhkan tenaga ekstra. Untuk pemulihan, pasti dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Dan asal kau tahu ... selamanya Kenn takkan pernah bisa mengatasi segala kerusakan yang telah dia buat. Akibat api dari mulut Griffin, semua pohon yang disentuh oleh Kenn akan berduri atau minimalnya menjadi mati. Itu semua akan menyakiti dirinya, jika dia bertahan lebih lama lagi!" Demeter membaringkan tubuh Kenn menghadap terlentang.

DELPHI: The Magic Crossbow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang