5

98 12 1
                                    

     Di dalam kamar yang temaram, suasana terasa berat dengan keheningan yang menyesakkan. Cahaya lampu meja menerangi sudut ruangan dengan lembut, menciptakan bayangan yang bergerak perlahan di dinding.

Neo duduk di sofa sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan. Terdiam, tenggelam dalam lautan pikiran yang menggelora.

Sebelumnya dia bertemu dengan Jonas di depan kamar, berbicara sebentar. Neo hanya memastikan apakah Jonas yang hampir menabraknya.

Itu benar. Aku yang melakukannya. Aku berniat membunuh mu. Jangan membuat ku marah untuk membuat keputusan yang salah.

Neo menghela nafas lembut. Wajahnya menunjukkan kelelahan yang tak hanya fisik, tetapi juga emosional.

Tirai bergoyang perlahan oleh angin malam, buku yang terbuka di meja, dan suara samar dari luar kamar hanya menambah keheningan yang membungkusnya.

"Kau tidak tidur?" Suara Deve memecah keheningan. Neo menatap nya sejenak.

"Aku akan tidur saat mengantuk."

"Apa karena ibu inang mu?" Terka Deve. "Jika kau mengkhawatirkannya, kau bisa pergi menjenguknya besok. Aku akan memberi tahu sekretaris ku."

Neo menggelang. "Tidak. Kau tidak perlu melakukan itu. Jangan khawatir."

Deve menatapnya dengan tatapan datar walaupun sebenarnya dia penasaran dengan apa yang ada di kepala Neo pada saat ini.

"Kalau begitu, kau seharusnya tidak perlu membuatku khawatir." Katanya sembari fokus kembali pada kertas-kertas kerjanya.

Keduanya terdiam sejenak. "Berdoa untuk seseorang, terluka untuk seseorang dan menangis untuk mereka, bahwa ada orang seperti itu untukmu..." Deve mendengus senyum, antara sedih dan senang.

"Aku iri..." Neo menatapnya. Ekspresi yang belum pernah ia lihat. Setelahnya Deve tertegun.

"Tidak, maksudku adalah... Alasan ku mengatakan itu..." Tiba-tiba gugup. "Yah, dimalam hari perasaan ku agak sensitif. Itulah sebabnya aku bicara omong kosong. Tidak sengaja dan tanpa sadar." Alibinya. Dia buru-buru mengemasi berkas-berkasnya.

"Kemana kau pergi?"

"Aku tidak bisa berkonsentrasi karena mu. Apa kau tahu seberapa besar nilai proyek ini?"

Kenapa aku yang di salahkan?

Disaat suasana kamar hening, Jonas disisi lain merencanakan hal jahat untuk menjebak Deve. Dia juga lah telah membocorkan hasil rapat pada pedagang. Memporak-porandakan rencana Deve untuk mendapatkan posisi di Monarch Grup.

   Pagi itu, sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai, menerangi kamar dengan cahaya lembut yang hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Pagi itu, sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai, menerangi kamar dengan cahaya lembut yang hangat. Udara segar masuk dari jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma embun dan kicauan burung yang bersahutan. Suasana kamar yang semula gelap perlahan-lahan berubah, diselimuti oleh kehangatan dan kedamaian pagi.

[BL] Not Me [DewNani]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang