7

103 7 0
                                    

    Suara musik orkestra yang megah mengisi udara di aula besar tempat pesta perayaan ulang tahun Marjo berlangsung. Lampu-lampu kristal menggantung tinggi di langit-langit, memancarkan cahaya gemerlap yang menciptakan suasana elegan dan meriah. Para tamu berdiri dalam kelompok-kelompok kecil, berbicara dan tertawa dengan riang, sementara pelayan-pelayan berseragam rapi mondar-mandir membawa nampan berisi minuman dan makanan lezat.

Di tengah keramaian itu, Neo merasa sedikit gugup. Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia merapikan stelannya dan menarik napas dalam-dalam sebelum melangkahkan kaki menuju Deve. Deve berdiri di dekat panggung, berbicara dengan beberapa kerabat dekat dan teman-teman lama.

Setiap langkah yang diambilnya terasa seperti gerakan lambat dalam sebuah mimpi. Neo bisa merasakan mata beberapa tamu yang tertuju padanya, menambah beban rasa gugup yang sudah ada.

Saat dia mendekat, Deve melihat ke arahnya. "Ada apa? Apakah masih kurang rapi?" Neo bertanya sembari menyusuri kancing blusnya, barang kali masih ada yang tidak terkancing.

Deve merespon dengan mengangkat alis sekilas sembari matanya bergerak-gerak agak goyah.

"Maaf karena sudah tidur diatas tempat tidur tadi malam. Aku pasti kelalahan hingga tanpa kusadari aku naik ke tempat tidur. Aku minta maaf." Neo tersenyum malu. Dia berpikir bahwa dia kelelahan dan tidur berjalan hingga berakhir di ranjang. Dia tidak pernah tahu bahwa Deve lah yang diam-diam menggendongnya ke kasur tadi malam.

"Kalau begitu, jangan melakukan kesalahan yang sama lagi." Wajah Deve datar, aku membuat kesalahan tadi malam. Kenapa aku bisa memindahkannya ke kasur?

Nyatanya, Deve tidak tahu kenapa dia bisa memindahkan Neo ke kasur. Tadi malam dia keluar dari karakter biasanya; tidak suka dengan kehadiran orang lain di tempatnya—kasur, tapi dia memindahkan Neo ke kasur dan tanpa penolakan dia tidur di sampingnya. Satu lagi, Deve tidak akan mau mengakui hal itu pada Neo, biarkan dia berpikir itu salahnya. Harga diri Deve senilai harga 10 pulau, gengsi setinggi langit.

"Kau benar-benar sudah berusaha keras, Saudara Ipar. Apa ada seseorang yang perlu kau buat terkesan?" Nigella dari sisi lain menghampiri kedunya bersama Jonas.

"Lalu, bagaimana dengan mu kak? Melihat apa yang kau kenakan, sepertinya tidak ada seseorang yang ingin kau buat terkesan." Deve menjawab dengan wajah datar, perang dingin. Neo di sampingnya tersenyum canggung, agak malu. Padahal dress yang dikenakan Nigella sangat cantik hanya saja agak polos untuk acara hari ini. Jonas tak jauh berbeda, dia hanya tersenyum, khas—agak dingin tapi lembut. Tipe antagonis.

Nigella ingin menyambut perseteruan yang baru di mulai, tapi Pandu datang untuk berbisik pada Deve.

"Wali kota sudah datang," begitu. Deve mengangguk menepuk lembut pinggang belakang Neo untuk berpamitan setelah berpikir hampir puluhan kali, ada banyak orang—dia harus bersandiwara bersama Neo, memamerkan kemesraan pengantin baru. Neo juga berkedip kaget. Sesaat matanya mengikuti gerak-gerik Deve yang menghampiri Wali kota sampai Jonas angkat bicara.

"Saudara ipar, kau tampak cantik hari ini. Aku harap kau bisa terus tampak anggun," Jonas tersenyum. Wajahnya ramah, kalimat itu di ucapkan sebelum dia pergi menggandeng Nigella untuk mengambil tempat duduk. Neo tahu bahwa kalimat Jonas bukanlah pujian belaka, ada makna di dalamnya, seperti; seharusnya kau bersikap anggun bukan gegabah dan liar, lihat siapa yang seharusnya kau turuti. Neo menghela nafas lembut.

Acaranya akan segera di mulai, ulang tahun Marjo sekaligus peringatan 12 tahun Monarch Grup Shopping Mall. Perusahan pusat perbelanjaan dengan rumah mode baru di Asia. Perayaan ini dilaksanakan di Monarch hotel, properti pribadi milik perusahaan.

Musik lembut mengalun, menciptakan suasana yang mewah nan hangat. Para tamu, yang terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan keluarga besar, hadir dengan senyuman di wajah mereka, siap untuk merayakan pencapaian perusahaan yang telah berjalan selama lebih dari satu dekade.

[BL] Not Me [DewNani]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang