3. Rantai

2K 298 30
                                    

Jaemin menatap sekeliling kamar yang kata Haechan akan menjadi kamarnya. Satu kasur di tengah, dua sofa lengkap dengan meja kaca di dekat jendela, satu televisi dan bahkan meja belajar lengkap dengan beberapa buku, juga satu lemari dua pintu di sudut kamar.

Baiklah, haruskah Jaemin bersyukur karena dia di berikan tempat layak? Bahkan amat sangat layak.

Meski dia tak tau tujuan Haechan sih..

Cklekk

"Keluar, ada yang mau gue bicarain."

Jaemin segera melangkah keluar, ia masih memakai seragam sekolah nya dari kemarin, uh tak nyaman..

Jaemin dengan ragu duduk di kursi meja makan, tepat di hadapan Haechan yang menatapnya lekat.

"Lo kelas 2 SMA, kan?"

Jaemin mengangguk, mengalihkan pandangan tak berani menatap Haechan yang jelas jelas menatapnya.

"Liat gue, mata lo beneran gak berguna ya?"

Jaemin meringis ngeri dalam hati, lagi lagi terpaksa menatap Hachan dengan takut.

"Lo gak gue izinin keluar dari sini, otomatis--lo gak bakal bisa sekolah. Gue bakal suruh orang buat urus surat izin sakit parah, gimana?"

--Haechan benar benar punya kuasa..

Jaemin kembali mengangguk, "Iya, gue paham."

"Butuh guru buat ngajarin lo di sini?"

Eh?

Jaemin mengerjap, apa--Haechan baru saja menawari home schooling?

"Gue bakal panggil guru buat ngajarin lo disini, tiap hari sesuai jadwal sekolah. Guru nya juga bawahan gue, dia kerja sama gue, jadi jangan pikir buat minta tolong atau apapun itu."

Jaemin menghela nafas pelan, "Gue gak bakal kabur, gue nepatin ucapan gue."

Haechan mengangguk puas, "Bagus, lo emang harus nurut."

"Berarti gue bakal bilang ke pihak sekolah lo mutusin buat home schooling."

Ting!

Handphone Haechan berdenting, lelaki itu segera mengambil hp di saku celana nya, membaca pesan masuk sekilas sebelum melirik Jaemin yang menunduk.

"Gue harus pergi, lo bisa masak?"

"Bisa."

"Di kulkas ada bahan masakan kalau lo laper, gue pergi dulu," Haechan segera beranjak bangun dan berlalu pergi dengan seringai lebar.

"Waah Jeno, berani banget lo datang langsung ke markas."

Untung dia sudah membawa Jaemin pergi..

____________________________

Jaemin duduk termenung di dekat jendela, ia sudah mandi dan berganti baju yang tersedia di lemari, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun Jaemin sama sekali tak berniat memasak walau perutnya perih.

Pikirannya terlalu kacau..

Cklekk

Suara pintu utama terdengar, apa Haechan kembali? Jaemin beranjak bangun dan memilih keluar kamar.

"Chan--lo siapa?!"

Jaemin tersentak kaget, menatap lelaki yang kini menatapnya bingung, padahal Jaemin juga tak kalah bingung nya, bingung juga harus menjawab dia siapa..

"Lo siapa?" Ulang lelaki itu, melangkah mendekat membuat Jaemin mundur dengan waspada, raut wajah takutnya berhasil di tangkap lelaki tersebut.

"Okay gue bukan orang jahat, gue temen Haechan, gak perlu takut."

Let Me GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang