10. Takut

1.8K 355 47
                                    

Haechan menatap Jaemin yang kini tertidur di kasurnya, leher lelaki itu memerah karena Jaemin terus meracau seraya mencengkram lehernya erat, bahkan ada sedikit bekas cakaran yang di sebabkan saat Jaemin terus berusaha seolah sedang melepas sesuatu walau nyatanya tak ada apapun di leher nya.

"Rantai?" Haechan bergumam bingung.

Jangan bilang--Jaemin bermimpi buruk soal ancaman Haechan dulu?

Haechan meraup wajah nya kasar, "Ck, apa gue kelewatan ya ngancam dia waktu itu?"

"..tapi kan dia gue sandera? Kenapa harus baik?"

..Baiklah, Haechan baru menyadari ada yang aneh, kenapa dia memperlakukan Jaemin dengan baik?

"Ah udahlah, mending tidur," Haechan dengan santai naik ke kasur dan ikut merebahkan diri di samping Jaemin.

Biarkan saja Jaemin tidur di kamarnya malam ini.

Haechan berbalik menghadap Jaemin, tangannya terangkat, menghapus jejak air mata di pipi Jaemin dengan perlahan, "Jaemin, gue gak bakal lepasin lo. Kalau lo kabur, gue bakal ngerantai lo walaupun lo ketakutan kayak tadi."

"Kebaikan gue cuma sebatas ini kalau lo berani pergi."

____________________________

"Jaemin."

Ini keempat kalinya Ten menegur Jaemin yang tampak tak fokus mendengar penjelasannya.

"Huh? A-apa kak?" Jaemin mengerjap, menghela nafas kasar sebelum mencoba tenang dan fokus pada buku di hadapannya.

"Lo ada masalah? Jeda aja dulu bentar, lo gak bisa belajar kalau lagi banyak pikiran, kenapa?" Ten menutup buku di hadapan Jaemin, memberi seluruh atensinya untuk lelaki itu.

Jaemin tersenyum tipis dengan bibir pucat nya, "Enggak, cuma kurang tidur doang kok."

"Kak, kakak pernah ketemu Jeno?"

"Jeno? Belum sih, kenapa emang nya? Kamu--mau ketemu Jeno?"

Jaemin menggeleng cepat, jika benar begitu, Ten juga dalam bahaya, lagipula lelaki itu tak mungkin mau membantu nya.

"Kalau kakak nemuin dia, aku boleh nitip sesuatu, gak?"

Ten berpikir sesaat, menatap wajah pucat Jaemin yang terlihat rumit dan seolah memiliki banyak pikiran, ia dengan ragu mengangguk, "Cuma satu, itupun barang dan bukan surat atau kamu coba minta pertolongan."

"No, cuma surat kecil," Jaemin dengan cepat merobek selembar kertas buku dan menulis beberapa kalimat di atasnya.

Tak sadar, kini Ten melirik cctv di sudut ruangan juga laptop yang ia letakkan di depan Jaemin.

________________________

"Ma, maaf ya Jeno telat bilang. Jaemin lagi sibuk sama kegiatan pramuka sama osis sama belajar bahasa asing, dia bener bener sibuk banget, dan hp nya juga di matiin, ini aja Jeno belum liat mukanya udah 2 hari, dia nginap di rumah temen supaya lebih mudah pas pergi atau belajar nanti," Jeno memberi alasan asal yang terlintas di benak nya pada sang ibu.

Hendery mengerjap, "Pramuka, osis, belajar bahasa asing, cakep, alasannya gak ngotak mas bro."

"Ahaha gapapa, tumben adik 4 menit kamu itu mau ikut banyak kegiatan. Jeno gimana? Ada lomba basket sayang?"

Jeno tersenyum, "Enggak, tapi Jeno mau ikut olimpiade."

"Ah hebat banget anak mama, mama doain yang terbaik buat Jeno. Jaemin juga itu jangan lupa di jagain, tau sendiri kan kamu ceroboh nya dia gimana."

Let Me GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang