komennya ga nyampe ratusan up nya bulan depan:)
___________________________
Haechan terdiam, menatap Jaemin yang kini terlelap di kasurnya, di kasurnya, kasur Haechan!
"Ini--tunggu, ini Lee Jaemin, kan?"
"Huh? Kau mengenal nya?" Haechan yang tadi sibuk menatap Jaemin menoleh pada dokter tersebut yang kini mengangguk.
"Tuan muda, apa Jaemin teman anda?"
Ah sial, Haechan harus menutup mulut pria ini lagi..
"Apa yang terjadi pada Jaemin? Dia pasien mu?"
"Ah maaf, kondisi pasien hanya bisa di beritahu pada keluarga--"
"Kau pikir kau siapa? Kau berani menentang ku?" Haechan menatap dokter tersebut tajam.
"Jaemin kenapa? Jangan sampai kau kehilangan nyawa mu hari ini," desis Haechan tajam, deru nafas Jaemin yang terdengar tak teratur memenuhi kamar yang kini terasa amat mencekam tersebut.
"Pasien Lee Jaemin menderita ptsd sejak usia 14 tahun."
___________________________
"Ah goblok, lo ngerokok mulu, mau mati ya?"
Jeno tersentak kala rokok di tangannya di tarik, menoleh, menemukan Renjun kini menginjak rokok tersebut dengan raut santai seolah tak merasa bersalah.
"Heh cina sebagian, lo ada dimana mana perasaan--"
"Lo tuh cina sebagian, liat mata lo kagak ada kalau senyum, gede juga nyali lo ngatain gue," sela Renjun geram.
Dalam beberapa hari keduanya bisa dekat, lebih ke Renjun yang hobi mengomeli kebiasaan buruk Jeno sih..
"Udah habis berapa bungkus rokok?"
Jeno mendengus, "Suudzon, gue baru aja ngerokok tadi ya. Lo ngapain ke sini?"
"Lo pikir ini taman punya bapak lo?"
Ah, Renjun kenapa sensian sekali sih..
"Njun."
Renjun mengambil permen di saku nya, "Apa?"
"Adek gue di culik."
"Ohh gitu--APA?!"
Jeno memejamkan mata mendengar suara melengking Renjun, untung nya ini nyaris malam, jadi taman tersebut sepi.
"Udah lapor polisi? Siapa yang culik? Buat di ambil organnya? Kapan di culik?" tanya Renjun beruntun dengan heboh, bahkan memegang kedua bahu Jeno.
Jeno terkekeh miris, "Belum, belum ketemu."
"Waah, bajingan tuh yang nyulik. Lo yang sabar ya, adek lo pasti ketemu kok. Mau makan? Gue traktir deh."
Jujur saja, Renjun tak pandai menghibur orang..
"Yang nyulik entar juga pasti dapat karma, tenang aja, Jen."
___________________________
Jaemin membuka matanya dengan perlahan, mengerang pelan saat merasa kepalanya begitu nyeri dan terasa berdenyut.
"Gak apa, jangan buka mata dulu kalau pusing."
Suara Haechan terdengar di susul suara decitan kursi, lantas Jaemin dapat merasa dahinya yang mengernyit kini di usap lembut.
Haechan menatap tangan Jaemin yang gemetaran, sebelum kemudian ia dengan ragu menggenggam tangan dingin lelaki itu.
"Jeno.." Jaemin melirih pelan, menggenggam erat tangan Haechan.