Singularity

12 2 1
                                    

Malam itu, hujan turun dengan deras, menciptakan irama menenangkan di luar jendela kamarku. Aku duduk sendirian di ruang tamu, menonton televisi yang sudah mulai menampilkan saluran yang tak dikenal.

"Apa-apaan ini?" gumamku sambil mengganti-ganti saluran dengan remote.

Tiba-tiba, layar televisi berkedip, menampilkan sosok seorang pria tua dengan wajah penuh ketakutan.

"Jika kamu melihat ini, tolong bantu kami," katanya putus asa. Sebelum aku sempat bereaksi, layar kembali normal, menampilkan acara komedi yang sedang tayang.

Aku terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja kulihat.

'Apakah tadi itu nyata?' pikirku, merasa bingung.

Tanpa sadar, aku mendekatkan wajah ke layar, mencoba melihat lebih jelas. Namun, televisi tiba-tiba berkedip lagi, kali ini lebih intens.

Sebelum aku bisa menarik diri, aku merasakan tubuhku ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat. Sekejap, aku terlempar ke dalam kegelapan.

Ketika aku membuka mata, aku berada di tempat yang asing. Langitnya berwarna ungu pekat, dan di sekitarku terdapat bangunan-bangunan aneh yang terlihat seperti kombinasi antara masa lalu dan masa depan. Orang-orang berkeliaran, namun mereka tampak tidak sadar akan kehadiranku.

"Di mana aku?" tanyaku pada diri sendiri.

Saat itu, seorang pria mendekat, wajahnya sangat familiar. Dia adalah pria tua yang kulihat di televisi.

"Kamu pasti kebingungan," katanya lembut. "Selamat datang di dunia di dalam televisi. Namaku adalah Eldric. Kami semua terjebak di sini."

"Apa maksudmu tuan? Bagaimana aku bisa keluar dari sini?" tanyaku panik.

"Tenang, anak muda. Dunia ini adalah hasil dari eksperimen teknologi yang gagal. Kami semua adalah orang-orang yang terjebak dalam transmisi digital, terisolasi dari dunia nyata," jawabnya dengan nada sedih.

"Apakah tidak ada cara untuk keluar?" tanyaku, berharap ada jalan keluar.

"Ada, tapi sangat sulit. Kita harus menemukan inti pusat kendali dari dunia ini, yang tersembunyi di dalam labirin kota," jawab Eldric.

Tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk membantu Eldric dan penduduk lainnya. Kami berdua berjalan menyusuri jalan-jalan kota yang berliku, setiap sudut terasa seperti jebakan yang dibuat untuk membuat kami tersesat. Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan berbagai karakter aneh, mulai dari robot penjaga hingga makhluk misterius yang seolah-olah berasal dari program televisi lain.

"Tuan Eldric, bagaimana tuan bisa bertahan di sini begitu lama?" tanyaku saat kami beristirahat sejenak.

"Aku belajar beradaptasi, dan selalu mencari cara untuk keluar. Namun, aku tahu bahwa aku tidak bisa melakukannya sendiri. Aku butuh bantuan orang dari luar, seperti dirimu," jawabnya sambil tersenyum lemah.

Setelah perjalanan yang panjang dan penuh bahaya, kami akhirnya menemukan inti pusat kendali. Itu adalah sebuah perangkat besar dengan layar yang menampilkan kode-kode digital yang rumit. Eldric bekerja dengan cepat, memanipulasi kode-kode itu dengan keahliannya.

"Aku berhasil," katanya dengan mata berbinar. "Tapi kamu harus pergi sekarang. Sistem ini hanya bisa membawa satu orang keluar."

"Apa? Tapi bagaimana denganmu, tuan?" tanyaku.

"Aku sudah tua. Biarkan aku di sini dan terus mencari cara untuk menyelamatkan yang lain. Kamu harus kembali dan memberitahu dunia tentang kami," jawab Eldric tegas.

Dengan hati berat, aku masuk ke dalam portal yang muncul. Cahaya terang mengelilingiku, dan dalam sekejap, aku kembali ke ruang tamu rumahku. Televisi itu mati, dan hujan masih turun di luar.

Aku menatap televisi itu dengan perasaan campur aduk. "Aku harus memberitahu dunia," pikirku. Eldric dan yang lain layak mendapatkan kebebasan mereka.

***

ONE SHOT : Whispers Of TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang