Mountain

3 1 0
                                    


Di depan rumahku, danau kecil berkilauan diterpa sinar matahari. Airnya tenang, memantulkan langit biru dan awan-awan putih yang bergerak perlahan. Di kejauhan, sebelah kanan rumahku, sebuah jembatan panjang terbentang, menghubungkan desa kami dengan desa seberang. Pemandangan ini sudah familiar bagi kami, penduduk desa. Namun, hari ini, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang meresahkan.

Di sebelah kiri jembatan, sebuah gunung besar menjulang tinggi. Gunung itu selalu berada di sana, kokoh dan megah, menambah keindahan panorama alam desa kami. Aku bisa melihat dengan jelas pohon-pohon di lerengnya, dedaunan yang hijau segar melambai ditiup angin. Pemandangan ini biasanya menenangkan, namun tidak untuk hari ini. Langit di atas gunung tampak lebih gelap, lebih suram. Ada sesuatu yang membuat dadaku terasa sesak.











Gunung itu...
































mulai hidup.





















Perlahan-lahan, dari puncak gunung yang tinggi, asap hitam pekat mulai membubung ke angkasa. Awan gelap berkumpul dengan cepat, seolah-olah menyelimuti puncaknya. Aku menatap ngeri saat kilatan-kilatan cahaya merah muncul di antara asap, tanda bahwa sesuatu yang lebih berbahaya sedang terjadi di dalam sana. Warga desa, yang biasanya tenang, mulai berkerumun, wajah mereka dipenuhi ketakutan yang sama. Kami semua tahu apa arti dari pemandangan ini—gunung itu mulai aktif.

Aku merasa panik. Pikiran pertamaku melompat pada keluargaku.

Di mana mereka?
Di mana ibu, ayah, kakakku, adikku, kakak ipar, dan keponakanku?

Mereka harus tahu apa yang sedang terjadi. Aku berlari keluar dari rumah, mendekati orang-orang yang berkumpul, berharap ada yang tahu di mana keluargaku berada.

"Di mana keluargaku? Ada yang melihat mereka?" tanyaku dengan suara gemetar.

Namun, belum ada yang bisa memberikan jawaban. Semua orang sibuk dengan kekhawatiran masing-masing, mata mereka terpaku pada gunung yang semakin ganas.

Tiba-tiba, bumi berguncang. Sebuah ledakan keras terdengar dari puncak gunung. Lava merah menyala menyembur ke langit, disertai debu vulkanik yang tebal dan berputar-putar. Aku terpaku di tempatku, menyaksikan dengan horor saat letusan besar itu terjadi. Lava mulai mengalir turun, perlahan tapi pasti, mendekati desa kami.

Kengerian merambat di seluruh tubuhku. Ini bukan hanya sekadar pemandangan yang indah lagi, ini adalah bencana. Sebuah kenyataan yang tak bisa ditolak

gunung ini akan menghancurkan semuanya jika kami tidak bertindak cepat.








ONE SHOT : Whispers Of TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang