Pemimpin dari Mimpi

1 1 0
                                    

Aku terbangun di sebuah tempat yang asing, dipimpin oleh makhluk yang jahat dan kejam. Masyarakat hidup susah, dan tidak ada yang berani melawan. Hatiku terasa sakit melihat penderitaan mereka.

Rumah-rumah reyot berdiri di bawah langit yang selalu mendung, dan bau busuk dari parit-parit kotor menyelimuti udara. Aku menyusup ke dalam masyarakat, mencoba mencari tahu cara untuk membuat perubahan.

Hari demi hari, aku mendengarkan cerita mereka, merasakan ketakutan dan keputusasaan yang mengelilingi setiap sudut. Seorang ibu dengan mata cekung bercerita tentang anaknya yang hilang setelah dibawa oleh penjaga malam, seorang lelaki tua meratapi kebun kecilnya yang dirusak oleh para prajurit. Aku tahu, untuk memberontak, butuh rencana yang matang dan dukungan yang kuat. Tetapi setiap kali aku mendekati seseorang yang bisa menjadi pemimpin pemberontakan, mereka segera diambil oleh pemimpin yang kejam itu.

Aku melakukannya perlahan, berusaha tetap tersembunyi. Beberapa kali hampir ketahuan, namun selalu ada yang membantuku, merelakan diri mereka untuk dihukum demi melindungiku. Seorang gadis muda menutupi keberadaanku dengan tubuhnya ketika prajurit datang, dan seorang pria tua dengan senyum penuh pengertian menunjukkan tempat persembunyian aman. Aku terharu oleh keberanian mereka, dan tekadku semakin kuat.

Bulan berganti bulan, dan akhirnya aku berhasil membentuk pasukan kecil. Kami memilih bergerak diam-diam, berharap menghindari pertumpahan darah. Tapi meski dengan segala kehati-hatian, konflik tetap tak terelakkan. Pertempuran pecah di tengah malam, suara pedang beradu dan teriakan orang-orang yang terluka memenuhi udara. Meski banyak yang terluka, kami akhirnya menang. Pemimpin itu tumbang, dan masyarakat mulai merasakan kedamaian.

Namun, kebahagiaan itu hanya sekejap. Pemimpin yang kukira sudah mati ternyata masih hidup. Dengan sisa kekuatannya, dia melemparkan belati ke arah salah satu temanku. Tanpa pikir panjang, aku melompat, menahan belati itu dengan tubuhku. Rasa sakit itu menusuk, tapi yang lebih sakit adalah melihat wajah teman-temanku saat aku jatuh. Mereka menatapku dengan mata penuh kekhawatiran dan air mata. Dan kemudian, segalanya menjadi gelap.

***

Aku terbangun di tempat yang berbeda. Dunia yang sama, tapi kini begitu indah. Peternakan lebah yang damai, taman bunga yang penuh warna, dan bayi kecil yang tertawa ceria di pangkuan ibunya. Masyarakat bersorak gembira saat melihatku.

"Pahlawan telah kembali," kata mereka dengan senyum lebar.

Aku bingung, 'bagaimana mereka tahu siapa aku?'

Beberapa warga mendekat, mengatakan bahwa aku selalu mengenakan pakaian yang berbeda dari yang lain—pakaian berlengan panjang berwarna putih dengan tali hijau yang diikat di leher, dan celana panjang lebar berwarna hitam.

Pesta besar diadakan di gedung tinggi dengan dinding kaca dan gorden merah yang megah. Di bawah, aku bermain dengan anak-anak, ditemani para sahabat dari masa pemberontakan. Kami tertawa, namun di balik semua itu, aku merasa ada ancaman yang mendekat. Sambil menggendong bayi kecil, aku memperingatkan semua orang untuk selalu waspada.

Sore itu, makhluk-makhluk aneh menyerang. Mereka datang dengan senjata aneh dan kekuatan luar biasa. Kami bertempur habis-habisan. Aku dan sahabatku melawan sepuluh musuh bersenjata lengkap. Kami menang, tapi mereka melakukan trik licik, melemparkan senjata ke arah seorang anak. Sekali lagi, aku melindungi mereka dengan tubuhku.

Sekali lagi, aku mati.

***

Aku terbangun di tempat yang sudah tidak asing lagi. Gedung tinggi dengan dinding kaca dan gorden merah. Kali ini, serangan datang lebih besar. Sekitar lima puluh makhluk bersenjata menyerang. Aku sendirian, hanya dengan sebuah pedang. Aku menggunakan segala cara untuk bertahan, bahkan melompat keluar gedung dan berayun di gorden. Namun, pertarungan ini lebih berat dari sebelumnya. Darah mengalir di tanganku, dan setiap detik terasa seperti akhir.

***

Ketika aku terbangun, aku berada di taman yang dulu indah, sekarang dipenuhi tanaman liar. Aku berdiri di pagar, menikmati hembusan angin. Perasaan bersalah mengalir dalam diriku. Aku selalu meninggalkan mereka, membuat mereka menderita.

'Kenapa para makhluk itu begitu bersikeras menguasai tempat ini?
Mengapa mereka tidak bisa memimpin dengan bijaksana?'

Tiba-tiba, terdengar suara menggerutu tentang pemimpin. Aku mengintip dan melihat salah satu makhluk datang dengan wajah kesal.

"Kenapa si pahlawan itu selalu menghilang? Kenapa dia yang menjadi pemimpin?" katanya sambil menendang batu kecil di depannya.

Aku terkejut, ternyata ada yang tidak menyukai apa yang dilakukan sebangsanya. Aku bersembunyi di balik tanaman liar, namun tiba-tiba salah satu makhluk yang menjadi tangan kanan pemimpin itu melihatku. Aku semakin merapatkan diri dan hampir tenggelam di tanaman liar.

***

Ketika aku terbangun lagi, aku berada di teras bangunan seperti kos-kosan. Menyapukan pandangan ke depan, terlihat bangunan-bangunan tinggi dan jalanan yang cukup sepi. Aku melihat sebuah keluarga mengadakan pesta, namun sekelompok makhluk menargetkan mereka.

Tanpa berpikir panjang, aku melompat melewati penghalang, mendarat di atap rumah, dan berkamuflase di dinding. Tiba-tiba seseorang menemukanku, dia muncul di hadapan setelah keluar di balik tembok dan berseru,

"Pemimpin!" pemuda itu memanggil dengan lengkungan indah tercipta di bibirnya.

Aku bingung, "kenapa kamu tahu siapa aku?"

Bukannya pemuda di hadapanku yang menjawab, namun pria yang berada di bawah yang menghampiri kami.

"Anda selalu mengenakan pakaian berlengan panjang berwarna putih, dengan tali hijau yang diikat di leher, lalu celana panjang lebar berwarna hitam. Yang merupakan ciri khas pemimpin kami."

Ternyata pria itu adalah ayah dari pemuda tadi dan keluarga yang aku perhatikan. Dia bisa mengenaliku dari pakaian yang aku kenakan.

Dengan bantuan mereka, kami melawan makhluk-makhluk itu.

***

Akhirnya, mimpi ini selesai, meninggalkan banyak pertanyaan.

'Mengapa makhluk-makhluk itu begitu kejam?
Apa yang mereka hadapi sebelum aku datang?
Mengapa mereka memanggilku pemimpin sementara aku selalu meninggalkan mereka sebelum semuanya selesai?'

***

Aku terbangun dari mimpi ini dengan hati yang berat, tapi juga dengan tekad baru. Mungkin, dalam setiap mimpi, aku belajar bahwa tanggung jawab seorang pemimpin tidak pernah benar-benar selesai. Dan di dunia nyata, aku harus menghadapi tanggung jawabku dengan keberanian yang sama.


ONE SHOT : Whispers Of TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang