Pelarian di Kolam Terlarang

4 2 0
                                    


"Ketakutan adalah ujian, dan hanya mereka yang berani menghadapinya yang akan menemukan keberanian di dalam diri mereka."


Selamat membaca✨
selamat menikmati petualangan ini.

==========

Rina berdiri di tepi sebuah tempat yang luas dan misterius, di mana kolam-kolam besar terhampar di depannya, airnya berkilau dalam keheningan yang menakutkan. Setiap kolam seolah menyimpan kedalaman yang tidak hanya fisik tetapi juga psikologis, menunggu untuk mengungkapkan misteri yang tersembunyi di dalamnya. Jalan setapak yang sempit yang membelah area tersebut tampak sebagai satu-satunya jalur yang aman, memaksa Rina untuk melangkah dengan penuh kehati-hatian.

Dia menguatkan diri dan mulai berjalan, merasa hawa dingin dari air kolam menyentuh kulitnya, seolah tangan dingin yang tak terlihat mencoba merengkuhnya. Setiap langkahnya disertai dengan gemuruh di dalam dadanya, suara bisikan angin yang menyapu wajahnya tidak cukup untuk menenangkan kegelisahan yang semakin meningkat.

"Aku harus berhati-hati," gumam Rina, suaranya serak dan penuh ketegangan. Kisah-kisah mengerikan tentang hewan-hewan buas yang mengintai di kedalaman air masih terngiang di kepalanya, membuat setiap langkahnya semakin berat.

Ketika dia melangkah lebih jauh, angin sepoi-sepoi yang semula menyegarkan kini terasa seperti ancaman yang menambah ketidaknyamanan. Tiba-tiba, ketenangan itu pecah dalam sekejap. Air kolam di depannya mulai bergolak, seolah-olah sebuah kekuatan yang tidak terlihat sedang mengaduk-aduk permukaannya.

"Ap... apa itu?" Rina bergumam, panik mulai merayapi suaranya. Dengan langkah mundur yang cepat, dia merasa jantungnya berdetak kencang, hampir keluar dari dada.

Dari dalam kolam, muncul seekor buaya besar dengan mata tajam dan rahang yang menganga, siap menelan apapun yang ada di dekatnya. Bersamaan dengan itu, ular-ular air dengan gerakan silangnya dan ikan piranha yang tajam giginya mulai muncul, bergerak menuju tepi kolam dengan cepat. Suara gemericik air dan gesekan tubuh mereka menciptakan simfoni yang mencekam, menambah rasa tercekik di tenggorokan Rina.

"Ini buruk... sangat buruk," bisik Rina, matanya terbuka lebar, seolah berusaha menelan semua ketakutan yang menyergapnya. Hatinya bergetar hebat, setiap detak terasa seperti ancaman yang semakin dekat.

Tanpa berpikir panjang, Rina berbalik dan berlari sekuat tenaga. Suara gemericik air dan geraman hewan-hewan buas di belakangnya seperti terompet peringatan, semakin memacu adrenalin dalam tubuhnya. Jalan setapak yang sempit memaksa dia untuk berhati-hati agar tidak terjatuh ke dalam kolam yang siap menunggu di bawah.

"Harus fokus... harus tetap tenang," pikirnya, berusaha keras mengontrol napasnya yang semakin cepat dan tak teratur. Keringat dingin membasahi dahinya, dan kepanikan mulai mengaburkan pandangannya.

Sambil berlari, Rina melihat sebuah ular besar meluncur cepat di atas tanah menuju arahnya. Rasa ngeri menyergap ketika dia melompat untuk menghindar, nyaris kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Rasa panik mendorongnya untuk berteriak dalam hati, merasakan setiap serat ototnya tegang dalam perjuangan melawan ketidakpastian.

"Sialan! Jangan jatuh, Rina. Kau harus bertahan," katanya pada dirinya sendiri, berusaha menenangkan diri di tengah gelombang ketakutan.

Langkah-langkahnya terasa seperti pertempuran hidup dan mati, setiap detik merupakan perjuangan untuk bertahan. Di kejauhan, dia melihat sebuah pintu keluar, harapan kecil di tengah bencana yang mengerikan. Namun, buaya yang mengejarnya semakin mendekat, dengan rahangnya yang menganga menunggu kesempatan untuk menangkap mangsa.

Dengan napas yang terengah-engah, Rina berlari lebih cepat. Setiap kali dia hampir tersandung, dia mengingatkan dirinya untuk tetap fokus, untuk tidak menyerah pada rasa takut yang menyelimuti. Setiap teriakan hati yang menjerit di dalam dirinya adalah dorongan untuk terus melangkah.

"Aku bisa melakukannya. Aku pasti bisa," bisiknya, memberikan semangat pada dirinya sendiri, mencoba menyemangati diri di tengah-tengah kepanikan yang melumpuhkan.

Saat buaya hampir mencapainya, Rina melihat sebuah batang pohon yang jatuh, membentang di atas kolam. Tanpa ragu, dia melompat ke atas batang pohon itu, berlari dengan keseimbangan yang menakjubkan. Bagian bawahnya penuh dengan hewan-hewan buas yang menggelora, berusaha menjangkau dirinya dengan keganasan yang tak tertahan.

"Ayo, Rina, sedikit lagi!" dia memotivasi dirinya, matanya terkunci pada pintu keluar yang semakin mendekat, menggambarkan satu-satunya jalan menuju keselamatan.

Akhirnya, Rina berhasil melompati ujung batang pohon dan jatuh ke tanah kering di sisi lain. Dia berlari ke pintu keluar, menutupnya dengan cepat, mendengar suara hewan-hewan buas yang marah dan kecewa di baliknya, merasakan perasaan lega yang mengalir dalam dirinya.

"Selamat," bisiknya pada dirinya sendiri, merasa lega dan kelelahan setelah pelarian yang menegangkan. Dia terjatuh ke tanah, napasnya masih terengah-engah, tubuhnya gemetar akibat adrenalin yang belum sepenuhnya surut. Suara di balik pintu perlahan-lahan menghilang, memberikan sedikit ketenangan setelah badai ketegangan yang mengancam nyawanya.

Tiba-tiba, suara teman baiknya, Lina, terdengar dari radio komunikasi, membangunkan Rina dari kelelahan fisik dan mentalnya.

"Rina, kau baik-baik saja?" Suara Lina yang penuh kekhawatiran menyentuh hatinya, membuat rasa lega dan rasa bersalah bercampur menjadi satu.

Rina menekan tombol di headset-nya, mencoba menenangkan suaranya. "Aku selamat, Lina. Tapi, itu sangat dekat. Hewan-hewan itu hampir menangkapku."

"Syukurlah. Aku sudah khawatir," jawab Lina dengan nada lega yang menenangkan.

"Sekarang, kembali ke basis. Kami akan mengirim tim untuk membantumu."

Rina bangkit perlahan, tubuhnya masih menggigil akibat adrenalin yang masih mengalir. 

"Terima kasih, Lina. Aku akan segera kembali."



==========


ONE SHOT : Whispers Of TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang