ARUNA | 4 : Lebih Dekat

429 40 2
                                    

Catatan : Kalimat yang diberi garis miring itu masa sekarang ya ..

Jangan lupa vote & komen ..

***

BAB 4 : Lebih Dekat

***

"Kak, sewaktu aku tahu Kakak mau dijodohkan sama wanita lain, aku justru merasa bahagia. Kakak tahu kenapa?"

Melihat kediaman pria dihadapannya, wanita itu pun kembali berkata. "Karena itu artinya Kak Arkan sudah mulai mengikhlaskan apa yang terjadi di masa lalu. Aku bahagia akhirnya Kakak mau membuka hati lagi dan bersiap menyambut masa depan yang lebih indah." Ucapnya tulus.

"Setelah ini, tolong hidup dengan bahagia bersama wanita pilihan Kakak."

***

"Huh.. hah.. huh.. hah.."

Arkan terbangun dari tidur siangnya dengan wajah yang dipenuhi oleh keringat.

Lelaki itu menatap sekeliling dan mendesah lega saat mendapati keberadaannya di kamar miliknya.

"Alhamdulillah, ternyata cuma mimpi," desahnya lega sebelum kemudian meraih gelas air putih di atas nakas lalu meneguknya hingga habis.

Setelah dirasa tenang, Arkan pun menurunkan kaki ke atas lantai sembari mengingat-ingat mimpinya barusan.

Ia mencoba menyentuh dadanya, lalu tiba-tiba saja ia merasakan kesedihan yang mendalam.

Semua terasa begitu nyata.

Barusan dia kembali memimpikan Runa Syahqueena. Gadis dingin yang telah dikenalnya selama satu bulan terakhir. Setelah momen dimana dia mengantar gadis itu pulang, hubungan mereka masih belum ada perkembangan signifikan. Namun setidaknya, dia beberapa kali berkesempatan mengantar Runa pulang meski selalu diawali dengan penolakan gadis itu.

Terhitung dua kali sudah, dia memimpikan Runa dalam minggu ini. Jika beberapa hari lalu ia bermimpi hal indah dimana mendapati Runa tersenyum manis padanya. Maka lain halnya dengan mimpi yang ia alami beberapa saat lalu.

Di mimpi itu, ia melihat Runa mengalami kecelakaan yang sangat parah namun tidak dijelaskan secara rinci apa penyebab kecelakaan yang membuat Runa sampai berlumuran darah. Tidak jauh dari keberadaan gadis itu, dia melihat dirinya sendiri sedang menangis histeris.

Demi apapun, semua terasa begitu nyata. Bahkan kakinya saja masih terasa lemas. Begitu juga dengan detak jantungnya yang masih tak karuan.

"Runa, Runa, Runa,"

Arkan menggumamkan nama itu berkali-kali.

"Kenapa kamu selalu hadir di mimpiku, Run?" Gumamnya bingung.

"Apakah ini hanya bunga tidur semata, atau justru petunjuk dari semesta?"

Tak ingin berlarut-larut dalam kebingungan, ia putuskan untuk mencuci wajah sebelum beranjak turun dari kamarnya yang berada di lantai atas.

"Kak Runa mau cokelat, nggak? Ini enak banget loh Kak. Dikasih sama Uti kemarin."

Langkah kaki Arkan memelan saat lelaki itu mendengar celotehan Arsen.

"Enak punyaku Kak Runa. Nih, buat Kak Runa."

Dia tidak salah dengar. Barusan dia juga mendengar Arasya menyebut nama Runa.

"Ih, enggak Kak. Enak punya Arsen. Ambil punya Arsen aja ya, Kak?"

Celotehan kedua adiknya semakin meyakinkan Arkan bahwa keberadaan Runa di rumahnya memang nyata. Bukan hanya khayalan belaka.

ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang