ARUNA | 3 : Hars Resto

614 48 0
                                    

BAB 3 : Hars Resto

***

Hars Resto selalu menjadi tempat favorite bagi Arkan dan keempat teman laki-laki itu. Bagaimana tidak, setiap mereka nongkrong disana, selalu ada potongan harga yang akan mereka dapatkan. Walaupun terlahir dari keluarga berkecukupan, tetap saja mereka penyuka diskon sejati.

Pemilik Hars Resto sendiri adalah Haris dan Sarah. Sahabat dekat dari orang tua Arkan yang sudah berteman semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Telah mengganggap anak-anak Sena dan Sera layaknya anak sendiri, membuat Arkan diperlakukan secara istimewa oleh Om Haris.

Bahkan di lantai teratas yang mana memiliki atap terbuka, Arkan dan kawan-kawan diberi tempat khusus untuk nongkrong.

"Ayra jadi kesini, Ar?"

Arkan yang sedang menghisap rokok, lantas menganggukkan kepala.

"Bentar lagi dia nyampe. Katanya sih mau jemput temennya dulu."

Berhubung malam ini malam minggu, Arkan dibebaskan nongkrong bersama teman-temannya. Tambahan Ayra yang katanya ingin mengajak Runa Syahqueena. Adiknya sedang tidak mood begadang drama korea, karena itu Ayra ingin menyusul dia ke Hars.

"Adik lo kayaknya seneng banget ya, sama temen barunya yang ini," Darrel memberi komentar yang disambut kekehan oleh Arkan.

"Ayra bilang, dia bisa merasakan aura ketulusan dalam diri Runa. Lebih dari teman-temannya yang dia miliki sebelumnya."

"Ah, pantes aja, mereka kayaknya deket banget. Ya, walaupun teman Ayra agak sedikit kaku sih," Darrel memberi tanda kutip.

"Bukan sedikit kaku lagi, tapi kayak patung berjalan." Komentar Omar menohok. "Tapi herannya, dua tahun kita satu sekolah, gue baru kenal yang namanya Runa Syahqueena setelah Ayra gabung ke sekolah kita." Ucapnya yang diangguki teman-temannya yang lain.

"Katanya sih, sebelum berteman sama Ayra, Runa hampir nggak pernah keluar kelas saat jam istirahat. Wajar kalau kita nggak kenal dia, 'kan?" Arkan berujar santai.

"Pantesan gue kayak nggak pernah liat tuh cewek."

"Ck, ini Adam kemana sih? Ke toilet tapi lama bener." Gerutu Davin sambil mengetuk-ngetuk meja.

"Kayak lo nggak tahu aja tuh anak, paling juga nyamperin gebetan." Kekeh Darrel.

"Noh, orangnya muncul," Omar menunjuk ke arah anak tangga dimana ia lihat Adam sedang membawa nampan berisi makanan pesanan mereka.

"Nggak sekalian lo minta Om Haris buat terima Adam jadi karyawan disini, Ar? Biar tuh anak bisa puas-puasin ketemu gebetan tersayang," ledek Davin.

Pasalnya Adam bukan hanya sekadar membawakan pesanan mereka, melainkan sedang melakukan modus pada salah satu karyawan part-time Hars.

Namanya Kala. Usia gadis itu baru 16 tahun. Namun sudah bekerja kesana-kemari demi mencari rupiah untuk melanjutkan sekolah. Salah satu alasan mengapa Om Haris terpaksa menerima gadis di bawah umur itu bekerja di restonya.

"Tadi aku udah izin sama Om Haris, dia bilang kamu boleh istirahat sebentar,"

Bersama senyum lembutnya, Adam menarik kursi untuk Kala setelah lelaki itu menaruh nampan ke atas meja. Perlakuan manisnya tak luput dari perhatian keempat temannya yang lain.

"Ayo duduk, La. Kamu pasti capek, 'kan?"

"Sebenarnya aku pengin banget duduk sambil ngobrol sama Kak Adam, tapi masalahnya malam ini resto lagi rame-ramenya. Aku nggak enak sama karyawan yang lain, Kak."

ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang