BAB 27 : Tragedi
***
Sendirian di rumah membuat Kaluna merasa bebas menangis sepanjang waktu. Malam ini Reano menginap di rumah Grandma-nya, sementara Bi Ning baru bisa kembali besok pagi.
Berada di pinggiran kolam renang, wanita dua puluh tujuh tahun itu mencelupkan kaki ke dalam air sambil terisak bak bocah lima tahun. Di sampingnya ada dua botol alkohol yang dibelinya sepulang dari rumah sakit usai menjenguk sang ibu.
Belasan tahun menjadi anak terbuang yang harus bekerja keras demi menghidupi diri sendiri, Kaluna pikir ayahnya akan menyesal setelah mereka kembali bertemu.
Namun alih-alih menunjukkan penyesalan, ayahnya justru datang ke rumah suaminya hanya untuk membuat permintaan konyol di saat ia berpikir ayahnya sengaja mencari tahu tempat tinggalnya untuk meminta maaf secara tulus.
"Luna,"
Kaluna yang baru tiba di rumah dikejutkan dengan kedatangan Sadewa yang tengah menunggunya di depan gerbang.
Dia tidak perlu bertanya bagaimana ayahnya bisa mengetahui alamat rumah Arkan. Jelas hal itu sangat mudah bagi ayahnya.
"Ada urusan apa Anda datang kesini Pak Sadewa?"
Setelah dibuang, dia rasa panggilan papa sudah tak layak ia sematkan pada pria paruh baya dihadapannya.
"Papa minta maaf atas apa yang terjadi di masa lalu, Papa harap kamu bisa melupakan apa yang terjadi, Kaluna."
Kaluna tertawa mencemooh.
"Gampang sekali Anda meminta saya untuk melupakan perlakuan buruk Anda di masa lalu. Asal Anda tahu, saya kehilangan banyak hal berharga gara-gara ulah Anda."
Ibunya kehilangan kewarasan, sementara kakaknya menderita secara mental, begitu juga dengan dirinya. Lalu tiba-tiba saja ayahnya datang dan meminta ia untuk melupakan semuanya?
"Kamu tahu 'kan, Luna, perusahaan Papa dulu hampir bangkrut. Keluarga Mama Anya yang bantu Papa buat bangkit. Bukannya Papa udah minta kamu sama Gavin buat ikut Papa? Tapi kalian sendiri yang menolaknya."
"Kebetulan sekali saya sudah terlalu muak membahas masa lalu. Cepat katakan tujuan Anda datang kemari Pak Sadewa."
Apapun alasan yang ayahnya katakan, tidak akan pernah bisa membenarkan perlakuan buruk ayahnya di masa lalu. Terutama soal perselingkuhan.
"Papa benar-benar minta maaf, Kaluna."
Sadewa mengambil kartu dari balik dompet, lalu menyerahkannya pada sang putri.
"Disini ada tabungan buat kamu dan Gavin. Ambillah,"
"Maaf, saya tidak butuh. Begitu pula Kakak saya. Kami tidak membutuhkan uang Anda."
"Ayolah, Kaluna. Papa tahu kamu butuh uang untuk membiayai pengobatan ibu kamu. Begitu juga Gavindra. Kamu bisa bawa dia ke rumah sakit besar untuk mulai melakukan pengobatan kakinya."
Kaluna mengepalkan tangan disisi tubuh.
"Sejauh apa Anda mengetahui kondisi keluarga saya?"
Sadewa mendesah panjang. "Bagaimana pun juga kamu sama Gavindra anak Papa, Luna. Papa nggak mungkin nggak tahu soal kalian."
"Sayangnya, kami tidak membutuhkan uang Anda, Pak Sadewa. Soal Gavindra, sekarang dia sedang menjalani terapi dan Alhamdulillah, saya masih mampu membiayai. Jadi sebaiknya Anda pulang sekarang juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNA
Chick-LitMereka bertahan bukan karena rasa, melainkan paksa. Masa muda yang seharusnya menjadi perjalanan menyenangkan, justru berjalan dengan penuh kerumitan. Di usianya yang belum genap 18 tahun, Arkana Narenda Akbar tiba-tiba saja menjadi seorang ayah dar...