Berhari-hari Koji menunggu waktu yang tepat untuk mencuri surat itu, namun Sayangnya ia tak kunjung dapat kesempatan. Waktu pengembalian sudah sampai pada harinya, Koji mulai ketakutan tentang kondisi nyawanya, Karena di dalam surat yang ia tandatangani tercantum bahwa "Jika tidak mengembalikan uang tepat pada waktunya, pemilik uang berhak melakukan apa saja pada si peminjam uang". Koji pergi ke kampusnya, di tengah jalan ia dihadang oleh beberapa orang yang berpenampilan seperti gangster. "Kau, ikut kami" ucap salah satu gangster itu. Koji dengan rasa ketakutannya bukan malah mengikuti, tapi melarikan diri dari mereka. Dengan demikian, para gangster juga ikut mengejar Koji dari belakang. Dengan tubuh Koji yang terbilang ramping, ia dengan cepat bisa kabur dari kejaran para gangster. "Mati gw, mereka udah gerak" gumam Koji dalam hati dengan rasa ketakutan yang kuat.
Akhirnya Koji sampai di kampus dengan selamat. Dengan wajah yang sedikit pucat, Desim bertanya padanya. "Koji sahabat gw, apa kabar? loh... muka lu kok pucet? ada apa?" Koji tak bisa membalas pertanyaan itu, ia hanya diam tertunduk menuju ke bangkunya. Eshal yang sudah sampai di kelas lebih dulu melihat gelagat aneh dari Koji, Eshal merasa ada yang tidak beres dari dirinya. Eshal hanya menatap Koji dari jauh tanpa mendekati dan bertanya sedikitpun padanya. Tak lama kemudian, Dosen yang mengajar di kelas mereka telah tiba.
Setelah kelas selesai, Koji didekati oleh Desim. "Lu kenapa? ada apa?" tanya Desim. Koji hanya diam membatu tak bisa menjawab pertanyaan dari Desim. "Woi, lu kenapa? kaga denger kah?" Tanya Desim sekali lagi. Dengan secara tidak sadar, Koji berdiri langsung memukul Desim tepat di wajah, "Berisik B**G**T" ucap Koji dingin pergi meninggalkan ruang kelas. Desim hanya bisa terdiam dan terkejut dengan perilaku Koji. Ia sedikitpun tak mengerti apa yang terjadi pada Koji. Dan tetap saja, Eshal melihat semua kejadian itu tadi, begitu juga dengan Lee. Tapi, tak satupun dari mereka yang membantu Desim juga tak mendekati dan bertanya pada Koji. Mereka hanya memperhatikan itu semua dari bangku mereka.
Terlihat Koji sudah berada di kantin kampus, ia duduk terdiam di situ. Tak sadar samar samar Koji melihat gangster yang mengejarnya tadi pagi. Koji langsung terkejut bukan main, ia langsung menundukkan kepalanya dan bergumam dalam hati, "Mereka kok bisa masuk sih B**G**T". Koji memberanikan diri untuk melihat nya sekali lagi, ternyata ia salah lihat. Itu hanya sekumpulan geng cowo Eca yang berjalan menuju kantin, "Gw udah mulai halu, bahaya" Ucap Koji sambil menghela nafas. Tak memesan apapun di kantin kampusnya, Koji beranjak dari situ untuk kembali ke kelas.
Sampai di kelas, tak satupun lagi ada yang bertanya pada Koji perihal kesehatan atau tingkah lakunya. Ia juga tidak perduli, ia hanya diam dan kembali ke bangkunya. Kembali, Eshal dan Lee hanya melihatnya saja.
Perkuliahan sudah selesai, Koji keluar dari kelas dengan rasa lemas yang sangat berat. Ia juga merasakan takut yang sama persis dengan yang ia alami tadi pagi. Ia takut bertemu dengan para gangster itu lagi, ia mengkhawatirkan tentang nyawanya. Tiba-tiba Lee dan Eshal mendatanginya, Eshal berkata "Lu pulang sama Lee aja, jangan jalan sendirian" sambil menyodorkan helm pertanda ia akan pulang dengan Lee naik motor. "Ayok" jawab Lee dengan memakai helmnya mengajak Koji menaiki motornya. Koji hanya bisa terdiam, tak menjawab apapun. Ia mengikuti Lee dari belakang, "Kami duluan ya cuk" ucap Lee pada Eshal. Eshal hanya mengangguk mengiyakan ucapan Lee padanya. Eshal juga kemudian pulang ke rumahnya dan meninggalkan kampus.
Koji diantarkan Lee tepat di depan rumahnya. Koji turun, membuka helm dan memberikannya pada Lee, serta mengucapkan terima kasih pada Lee. Lee juga pergi meninggalkan Koji. Koji masuk ke dalam rumahnya, ia memasuki kamar nya yang masih berantakan dan ia rebahan di atas kasurnya. Tak lama, ia mendapat pesan singkat dari Ibunya yang berisi "Koji, kami pulang agak larut malam ini. Kamu bisa makan malam sendirian nanti kan?". Koji yang terperanjat mendapat pesan itu langsung berlari menuju kamar kedua orang tuanya. Ia dengan buru-buru mencari surat tanah dan rumah yang disimpan Ayahnya. Ia mencari kesana kemari, selama setengah jam akhirnya ia menemukan surat itu dengan susah payah. Kemudian telponnya berdering, nomor asing menelpon ke hp nya. Koji mengangkat telpon itu, "Halo?" ucap Koji dengan sedikit pelan dan takut. "Bagaimana Koji? ini adalah hari terakhir kamu mengembalikan uang saya. Saya tunggu paling lama jam 6 sore ini. Jika tidak, kamu akan tau akibatnya." Ucap seseorang dalam telpon dengan suara yang berat, ia tak lain adalah Pak Leo yang meminjamkan uang pada Koji.
Koji menutup telpon itu, ia buru-buru membawa surat itu ke pegadaian. Ia tak sadar ada seseorang yang membuntutinya dari belakang. Saat sampai di pegadaian, Customer Service tidak menerima surat itu, karena yang membawa adalah Koji dan surat itu bukan atas nama Koji. Koji yang tidak terima keputusas CS di situ, mengobrak-abrik seluruh ruangan pegadaian. Ia diamankan petugas di situ, lalu dicampakkan dari dalam ruangan itu. Sudah lama Koji menunggu kesempatan ini, tapi hasilnya malah ditolak mentah-mentah. Koji yang masih emosi seketika hilang emosinya melihat para kumpulan gangster sudah berada di dekat rumahnya. Ia kemudian bersembunyi, berharap agar para gangster itu pergi dari depan rumahnya. "Koji, lu ngapain?" ucap teman sekelas Koji, Koji yang kaget dengan sapaan temannya langsung berlari membawa temannya ke tempat yang jauh.
"Kenapa lu ngajak gw kesini?" tanya temannya. "Gapapa, gw lagi joging tadi. Dan kebetulan lu muncul, ya gw ajak sekalian" jawab Koji nyeleneh. "Lu mau ikut lagi ayok, kalo ga gw sendiri aja" sambung Koji meninggalkan temannya. Koji kembali ke rumahnya, berharap para gangster sudah pergi. Dan benar, para gangster sudah tidak lagi ada di depan rumahnya. Koji merasa lega, ia mulai mendekati pintu depannya. "Loh, gw lupa ngunci karena buru-buru ke pegadaian tadi ya?" ucap Koji heran melihat pintu depan rumahnya sedikit terbuka. Koji masuk ke kamarnya, mulai membereskan kekacauan yang ada di kamarnya. Koji mulai merasa lelah dengan semua ini, ia yang sedang membersihkan kamarnya tersebit dalam pikirannya untuk bunuh diri. Tapi Koji langsung menggelengkan kepalanya sekuat mungkin agar pikiran itu hilang.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Orang tua Koji sedang dalam perjalanan pulang, sesampainya di rumah... Orang tua Koji masuk ke rumah tanpa pintu yang terkunci. Ibu memanggil Koji selama beberapa kali, tapi Koji tak menjawab panggilan itu. Ibunya merasa Koji sudah terlelap tidur mengingat ini sudah larut malam. Kedua orang tua Koji pun mulai berkemas untuk beristirahat atas pekerjaan mereka yang sangat melelahkan sepanjang hari ini.
Esok paginya, Koji terlambat bangun untuk ke kampus. Ibu yang memanggil Koji pun tak kunjung menjawab, Ibu mulai mengecek kenapa Koji bisa seterlambat ini bangun. Karena Koji bukan orang yang seperti itu. Di ruang tengah saat Ayah Koji menyeruput Kopi, terdengar teriakan sang Ibu. Ayah Koji yang terkejut langsung berlari menuju teriakan itu, Ayah Koji sudah melihat Ibunya terduduk lemas di depan pintu kamar Koji. "Ada apa Sayang? kamu kenapa?" tanya Ayah Koji, tapi Ibu Koji tak menjawab. Ayah Koji mencoba mendekati istrinya dan betapa terkejutnya Ayah Koji melihat isi kamar anak tunggalnya, mereka mendapati Koji yang sudah gantung diri di atas tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHINE
Teen FictionIni adalah kisah tentang seorang lelaki bernama Eshal, dan berbagai konflik yang dihadapinya dalam hidup. Ingin membaca bagaimana perjalanan hidup Eshal? Silahkan dibaca dengan semangat !!!! RILIS SETIAP HARI JUM'AT YAAAA 🫶🫶🫶🫶🫶🫶