#16 Tidak bisa...

85 4 0
                                    

"Dasar lu bodoh!" Teriak orang tersebut kepada satu orang lainnya yang hanya menangis sambil membungkuk memohon ampun kepada orang yang berada di hadapannya.

"M-maaf aku g-gak bi-sa nge-lakuin itu bang..." Jelasnya.

Mendengar jawaban itu, orang yang tengah berdiri dihadapan laki-laki yang dimana itu adalah adiknya sendiri hanya tertawa dan langsung menendang sang adik hingga tersungkur.

"Gua udah bilang sama lu buat kasih pelajaran sama mereka! Tapi lu gak ngedengerin perkataan gua hah!" Teriak orang tersebut dan melempar barang yang ada di dalam ruangan tersebut kepada adiknya sendiri.

Mereka kini sedang berada disebuah gudang milik mereka sendiri, gudang yang sangat kotor dengan banyaknya barang-barang bekas yang berserakan, gudang sudah tidak terpakai dan pencahayaan lampu yang kurang.

Laki-laki itu hanya bisa menangis ketika sang kakak menyiksanya, walau sakit ia hanya bisa menerima siksaan yang diberi sang kakak.

"Abang..aku g-ak bisa lakuin itu...mereka gak salah"

"Apa lu bilang? Mereka gak salah?" Laki-laki itu mendekati dan menjambak rambut sang adik.

"Tio Tio seharusnya dari awal gua gak ngebiarin lu deket sama mereka kalau tau lu jadi lemah dan naif kek gini, seharusnya gua nyuruh lu dari awal buat balas dendam keluarga kita ke mereka sialan." ucap Yovandra yang masih menjambak rambut sang adik dan tangan kanannya memegang kuat kerah baju sang adik.

"Dan apa tadi lu bilang? Mereka gak salah, huhmmm hahaha adek gua ini lucu banget ya, apa dia gak inget siapa yang udah bikin ayahnya mati kalau bukan keluarga itu. DAN LU MASIH BILANG MEREKA GAK SALAH!" bentak Yovandra secara mendadak membuat Tio semakin ketakutan.

"A-abang, mereka me-mang gak salah... Me-mereka gak tau apa-apa soal kematian ayah ki-ta bang...yang salah orang tua me-reka ke-kenapa abang nyuruh aku buat nya-kitin mereka jug-"

*PLAK!

Satu tamparan keras melayang dipipi Tio. Yovandra melihat sang adik dengan tatapan jijik, setelah mendengar ucapan yang baru saja dikeluarkan sang adik.

"Hehm, lu udah berani ngelawan ya ternyata...lu gak inget hah? Ibu juga sakit gara-gara mereka dan lu gak inget sampai sekarang ibu masih terbaring dirumah sakit semenjak kematian ayah? Lu gak lupakan?" Tanyanya.

Tio hanya menggeleng lemah, tak kuasa untuk berbicara.

"asal lu tau..." ucapnya sambil mencekik leher sang adik.

"A-abang le-pas akhh"

"Hehmm lu mau lepas? Gak akan pernah gua lepas sampai lu sadar kalau mereka itu orang-orang brengsek yang harus dapat pelajaran, tapi dengan mudah lu bilang mereka gak salah huhft hahaha" Yoavandra tiba-tiba tertawa masih dengan tangannya mencekik sang adik.

"A-ab-abang to-long le-pasin a-ku bang...sa-kit bang.."

"ASAL LU TAU TIO! GUA PENGEN BALAS DENDAM KE MEREKA BIAR MEREKA NGERASAIN RASANYA KEHILANGAN LU TAU GAK! HAH! GUA GAK AKAN BERHENTI SAMPAI KELUARGA ITU MENDERITA KAYAK APA YANG UDAH MEREKA PERBUAT DAN APA YANG UDAH KITA ALAMIN! LU TAU GAK! ARGHHH" Yovandra melepas tangannya yang tadi mencekik Tio, dan kini sudah kehilangan kendali oleh amarahnya sendiri, mengacak semua barang yang ada digudang tersebut.

Tio melihat itu hanya menutup telinga nya rapat-rapat kejadian ini bukan sekali dua kali ia alami, sudah sejak lama sang kakak terus seperti ini semenjak kematian ayah mereka.

"BAJINGAN KELUARGA ASWARA SIALAN! LU SEMUA HARUS MATI! ARGHHHH SIALAN!" Yovandra sudah hilang kendali ia terus memukul tembok hingga membuat tangannya terluka.

STAY TOGETHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang