Happy Reading.
"Aku ke temen aku dulu ya, hm.." Nachia mengedarkan pandangannya dari ujung kantin hingga bertemu ujung kantin kembali, mencari dimana tempat duduk teman-temannya berada. "Oh, disitu!" "Aku kesitu!" Sorak keduanya bersamaan, pandangan mereka bertemu, tertawa akan aksi keduanya. Mereka baru menyadari satu hal, arah yang ditunjuk mereka sama.
"Loh? Kamu kenal Lily juga?" Tanya Nachia heran. Erine menggeleng, "aku mau ke Delynn, Lily itu yang mana?" Tanya Erine balik.
"Itu, yang di sampingnya Delynn. Tuh, yang Delynn senderin kepalanya ke Lily" jawab Nachia. Erine mengangguk, menandakan ka paham akan maksud Nachia.
Erine mengamati satu persatu wajah yang ada dimeja tersebut, memastikan ada orang yang ia kenal selain Delynn disana. Ah! Ada Kimmy dan Fritzy, "ayo Rin" ajak Nachia. Erine mengangguk, kembali melanjutkan perjalanan mereka ke meja dipojokkan kantin.
"Bucin aja terus, buCEN!" Ledek Nachia ketika sampai dimeja tempat teman-temannya berada. "Nachia, confess sana" balas Lily.
Seketika semua tertawa mendengar balasan Lily, yang langsung jleb terkena ulu hati Nachia. "Diem deh!" Jawab Nachia.
"Eh, Rin. Sini duduk" ajak Fritzy, ia menepuk-nepuk bangku kosong yang berada di sampingnya. Erine mengangguk, dan segera membawa dirinya untuk duduk di samping Fritzy.
"Yang lain mana?" Tanya Nachia, melihat hanya ada beberapa orang disini. "Ekhem! Koreksi, Nala mana?" Seorang gadis bertubuh jangkung, bermata sipit yang duduk di samping Nachia bersuara. "Apasih? Aku nanya yang lain. Oline, Aralie, Nala mana?" Jelas Nachia.
"Tapi masih tetap ada Nalanya kan?" Goda gadis itu lagi, yang berada dimeja tersebut sontak tertawa akan keributan Nachia dan gadis tersebut.
"Sudah-sudah. Oline ke perpus, Nala ke ruang ekskul, Aralie ke ruang guru" jelas Lily, menjawab pertanyaan Nachia barusan. "Eh, kamu siapa? Anak baru ya?" Gadis di samping Nachia kembali bersuara, menatap asing Erine.
Erine mengangguk, "By, ini yang kemarin aku bilang. Dia temen sebangku aku" Delynn bersuara, walaupun ia berbicara pada Lily, teman-temannya masih bisa mendengar. "Oh, cantik ya..." Lily memajukan badannya, menatap Erine yang berada didepannya.
Erine bergerak menjauhkan badannya, tersenyum canggung ke arah Lily. "Ekhem! Kamu kalo mau muji orang minimal jangan didepan aku lah, eh! Jangan! Jangan muji orang lain! Boleh nya ke aku aja" Delynn menggenggam posesif tangan Lily, menarik dagu Lily menatap ke arahnya.
Lily membalasnya dengan senyuman manis, merasa lucu akan aksi pacarnya. "EKHEM! DUH PERASAAN KESINI UNTUK MAKAN, KOK MALAH JADI NYAMUK YA" Levi, gadis yang berada di samping Nachia kembali bersuara. Sengaja mengeraskan suaranya, dan malah diikuti Nachia.
"Hahaha, udah-udah. Mendingan, kamu kenalin diri kamu" Lily kembali menatap Erine. Erine yang ditatap pun, menggaruk tengkuknya dengan canggung. "Kamu kebiasaan deh kalo ketemu orang baru kayak mau introspeksi mereka" celetuk Delynn.
"Eh... Aku Erine" ucap Erine singkat. Mereka kembali melanjutkan perbincangan ringan, dan berusaha mengajak Erine masuk ke dalam obrolan agar Erine merasa nyaman. Canda tawa terdengar menggelegar dari meja mereka, obrolan yang terus berlanjut mau apapun itu pembahasannya.
*brak
Tiba-tiba ada seseorang yang menggebrak meja mereka, sontak semuanya menatap orang tersebut. Tenang... bukan mau mengajak ribut kok, "Et dah Lin, santai napa. Kenapa dah?" Tanya Nachia.
Yup! Orang yang baru saja datang tersebut adalah Oline. "Cape aku, mana diperpus rame banget. Padahal mau istirahat disana" Lenguh Oline.
Baru saja ingin berjalan mendekati Nachia, "Et, jangan duduk disebelah Nachia. Itu untuk Nala, mending kamu duduk di ujung sana. Di samping Erine" sang kapten basket pun bersuara, menunjuk tempat duduk Oline. Nachia menatap sengit Regie.
"Erine?" Heran Oline.
Erine yang merasa terpanggil pun menoleh, menyimpan handphone nya dan memutuskan untuk kembali bergabung ke percakapan teman-teman mereka. Oline yang melihat gadis asing dipojokkan yang baru saja menoleh dan menunjukkan ekspresi terkejutnya, menebak-nebak apakah itu Erine atau bukan. "Kenapa?" Tanya Erine keheranan.
Setelah mengetahui sang pemilik nama, Oline bergegas duduk di samping Erine. Menidurkan kepalanya dimeja, dan mulai menutup matanya kembali. "Hahaha, maaf ya Rin. Oline lagi kecapean urus tugas osis nya semaleman, makanya langsung tidur gitu tanpa lihat sekitar" Fritzy bersuara, menjelaskan kejadian yang baru saja Erine lihat.
Erine mengangguk pelan, tubuhnya masih saja membatu. Perasan tegang apa yang ia rasakan sekarang, tak berani menatap gadis jangkung di sampingnya ini. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, merasakan suasana kantin yang berubah menjadi tegang.
"Kamu kenapa Rin?" Tanya Fritzy, keheranan akan reaksi Erine sekarang. Erine menggeleng kuat, meyakinkan tak terjadi apa-apa pada dirinya.
"Kalian udah pesan makan belum?" Tanya Lily. Nachia menggeleng, ia baru saja ingat... sedari tadi belum memesan apapun. "Rin, kamu belum pesan apa-apa kan?" Tanya Nachia.
Erine menggeleng "belum, kan tadi aku datang barengan sama kamu" jawab Erine. "Mau pesan apa? Biar sekalian aku pesanin" tawar Nachia.
"Aku masih belum tau makanan dikantin ini sih, samain aja sama kamu deh" putus Erine, ia ingin mencoba lebih banyak makanan dikantin sekolahnya. "Lin, lin... mau pesan apa oi" panggil Nachia.
"Rin! Rin! Bangunin Oline gih" suruh Delynn, hatinya bersorak ria.. sengaja mendorong Erine agar lebih dekat dengan Oline. Erine menggeleng kecil, "tepuk aja kuat-kuat punggungnya" Regie, sang kapten basket. Mengusulkan cara agar membuat Oline cepat bangun dari mimpi indahnya. Regina Wilian, anak kelas 11 IPA 2... teman sekelas Oline, Nachia, Lily, dan Levi.
Setelah mendapatkan dorongan dari beberapa temannya, akhirnya Erine mengiyakan usulan para teman-temannya. Erine mengelus lembut pundak Oline, "O-Oline" panggil Erine lembut. "Mana kerasa kalo gitu mah" kesal Nachia. Memutuskan berjalan memutar meja kantin dan menepuk keras punggung Oline.
Erine tersentak kaget, "uhuk uhuk.. kalian kalo bangunin baik-baik dong" kesal Oline. "Ya tadi Erine udah bangunin kamu baik-baik! Oline~ gitu! Ga bangun-bangun juga" ucap Nachia meniru cara Erine membangunkan Oline, dari suara hingga elusan Erine.
Oline melihat sekilas ke arah Erine, "kenapa sih?" Tanya Oline, mengalihkan pembicaraan. "Mau pesan apa? Biar sekalian aku pesanin" tawar Nachia.
"Samain aja" jawab Oline singkat.
Setelah kepergian Nachia, Oline kembali menatap Erine. Yang ditatap pun hanya bisa diam, mematung. Tak berani membalas tatapan Oline, 'kenapa natapnya gitu sih?' batin Erine. Bukan merasa risih, lebih tepatnya Erine merasa gugup. Pasalnya, Oline menatap dirinya dengan tatapan dalam.
.
.
.
.
.
CIYEEEEEEEEEEEE...
AUTHOR DOUBLE UP~
Uhuyyy~HALO HALO HALO SEMUANYA...
Kembali lagi bersama si... AUTHOR KECINTAAN PARA READERS JIRO~~
Muah muah~Untuk permintaan maaf author, author double up. Cieklahhh... seneng ga? Seneng ga????
Agar seimbang, momen Orine di rl dan wp tetap ada. Tuh, dah mulai tuh. Duh Lin, natap dalam amat Lin, ga takut tenggelam sesak nafas?
Udah deh, segitu aja dulu. BABAY PARA KESAYANGAN AUTHOR JIRO~
jangan lupa tinggalin jejak alias vote dan komennya ya seng...1065.
06/06/24.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight || ORINE
Romance"Lynn, itu siapa?" "Oh, itu. Oline namanya" Pandangan yang terfokus pada seorang gadis cantik yang sedang membawa beberapa tumpuk buku, 'cantik' itu lah kata pertama yang keluar dari mulutnya. Catherina Vallencia Natio, dia sedang memperhatikan Olin...