Mr. Policeman [spe.fangsol]

789 40 3
                                    

            

               Sebuah seni pertunjukan dunia, dimana dalam naskah takdir kehidupan telah dijelaskan tanpa kita mengetahui bagaimanakah takdir yang sebenarnya akan terjadi. Dalam negara yang berisikan orang kaya dan orang miskin, bersanding bagaikan dua dunia yang berbeda. Para politikus negara berkumpul pada setiap pertemuan untuk menyelesaikan permasalah negara bermasyarakat, saling mengusulkan ide busuk dan licik mereka. Kesengsaraan bagi orang miskin semakin merajalela dengan disahkannya undang-undang tak berperikemanusiaan, memiskinkan yang miskin dan memperkaya yang kaya.   

Seperti sebuah pertemuan para petinggi negara dan investor asing yang kini tengah mengadakan rapat terbuka yang dapat disaksikan oleh seluruh warga negara. Salah seorang pria berkedudukan berdiri dengan agung diatas panggung megah di hadapan banyak orang. Ia berpidato dengan  percaya diri dan gagah, begitu agung bak seorang manusia utusan Tuhan yang berpikir jika apa yang ia khotbahkan adalah suatu hal yang terbaik bagi seluruh manusia.     Pria tersebut berbicara dengan lantang dan pantang menyerah. Musyrik, licik, dan sombong. Menyuarakan sebuah keputusan yang dipikirkannya adil untuk semua orang. Sebuah pidato tentang proyek besarnya 'Makan gratis' yang berhasil menggaet para kelompok masyarakat miskin di negara itu. Memang benar jika sebagaian besar masyarakat yang bodoh akan terlena dengan pembungkaman mulut dengan makanan. Dan para petinggi negara yang agung lagi bijaksana itu tahu, tahu cara seperti apa yang harus dipergunakan mereka untuk menyumpal mulut busuk para penghambat dalam melancarkan projek kehancuran negara yang lebih besar mereka.   

Seorang pengacara muda itu terdiam ketika suara gemuruh tepuk tangan dan sorai teriak kebanggaan mengaum dalam gedung yang penuh dengan aura kebodohan.  Ia menatap dingin dan tak berperasaan pada pria tua yang sayangnya adalah presiden di negaranya, presiden terburuk yang menjabat sejak masa kemerdekaan negaranya dimasa lampau. 

Tepukan pada bahu kanan sang pengacara membuatnya menoleh kesamping, seorang pemuda dengan pakaian hitam dan hijau itu menginterupsinya. "Pengacara solar, jika boleh saya tahu apa anda setuju dengan wacana bapak presiden? bukankah menurut anda ia sedikit munafik?" tanya sang pemuda. 

Solar tersenyum dengan tenang, cukup tenang dan damai sampai membuat pemuda itu berfikir jika Solar setuju akan projek besar-besaran itu. "Menurutmu sendiri bagaimana? munafik? ya, itu bukanlah sebuah penilaian yang salah terhadap beliau." Solar memberi jeda, ia bersandar pada kursinya dan melanjutkan. "Tak ada sebuah pekerjaan yang bersih, tak ada pula pekerjaan yang benar-benar kotor, akan tetapi nilai kebusukannya lah yang dapat kita nilai. Entah apa yang dipikirkan oleh para penjabat yang tengah duduk bagaikan raja pada singgah sana mereka di depan sana, akan tetapi mereka memiliki maksud tertentu. Tidak baik atau pun buruk. Tidak gila atau pun waras. Mereka memiliki tujuan, tujuan yang hanya orang-orang seperti mereka saja yang tahu, sebuah tujuan tak tertulis dan sudah mendarah daging pada syaraf dan otak mereka. Aku tak bisa menilai, karena aku sendiri bisa menjadi seperti mereka.". Ucapnya, dan diakhiri dengan senyum yang menawan.

Alis menukik tak mengerti itu terpatri pada wajah kebingungan pemuda itu, solar tertawa kecil. "Tak paham maksudku?" tanyanya dan pemuda di hadapannya itu mengangguk kemudian menggeleng. 

"Bukan, bukan tak paham, mungkin saya pikir anda bukanlah orang yang akan mengatakan hal semacam itu..." 

"Ya entahlah..."

Kemudian keduanya pun berdiam diri, tak ada lagi topik yang bisa mereka bahas. Selain diam dan terus mendengarkan ocehan ahli dari sang presiden di atas panggung di depan.  

Lama berdiam diri, si pemuda tadi kembali membuka suara. "Pengacara solar, menurut anda... apakah pihak asosiasi daerah setuju dengan adanya projek ini?".

Love and Hate RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang