20. Mengungkapkan

1.6K 156 17
                                    

Suasana malam itu penuh dengan gemuruh tawa dan sorak-sorai, diiringi musik tarian yang dimainkan untuk menghibur para londo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana malam itu penuh dengan gemuruh tawa dan sorak-sorai, diiringi musik tarian yang dimainkan untuk menghibur para londo. Namun, di antara keramaian, Sekar mendapati pandangannya tertuju pada satu sosok yang tampak berbeda. Pria itu mencolok—kulitnya hitam legam, berdiri di antara para londo yang berkulit pucat. Gumaman pelan terdengar di sekelilingnya.

"Kenapa ada londo ireng? Biasanya mereka tidak pernah muncul di tempat ini."

"Mungkin dia baru saja mendapat jabatan."

"Siapa gadis londo yang digodanya untuk bisa mendapatkan jabatan itu?"

Sekar mendengarkan tanpa benar-benar ingin peduli. Matanya sekali lagi melirik pria yang menjadi bahan bisik-bisik. '𝙻𝚘𝚗𝚍𝚘 𝚒𝚛𝚎𝚗𝚐', begitu sebutan bagi para budak Afrika yang dibawa ke tanah jajahan oleh tentara Belanda. Mereka sering kali meniti nasib melalui rayuan pada gadis-gadis londo, mencari posisi atau keuntungan dalam hirarki kolonial. Namun, tidak semua dari mereka budak dari Afrika—beberapa di antaranya pribumi yang memilih bergabung dengan pasukan Belanda demi perbaikan nasib. Malam ini, tampaknya pria itu telah berhasil mendapatkan yang diinginkannya.

Sekar menggelengkan kepala, berusaha untuk tidak terlibat dalam urusan politik kaum penjajah. Baginya, hidup sudah cukup rumit tanpa harus memikirkan dinamika kekuasaan yang ada di sekitar mereka.

"Kamu tahu?"

Sekar tersentak ketika mendengar suara Kusuma yang mendekat dari belakang. Gadis itu, yang biasanya paling aktif dalam melayani para londo, belakangan ini tampak berbeda. Dia jarang lagi menginap dengan mereka, dan Sekar penasaran alasan di balik perubahan itu.

"Apa?" tanya Sekar, sedikit waspada.

Kusuma mendekat, wajahnya serius, lalu membisikkan sesuatu di telinga Sekar. "Katanya, dia menjalin hubungan dengan istri Tuan Lart."

Mata Sekar melebar mendengar kabar itu. "Benarkah?" tanyanya, setengah tak percaya.

Kusuma hanya mengangkat bahu. "Aku tidak tahu pasti, itu hanya desas-desus yang kudengar."

Mereka terdiam, membiarkan denting musik mengisi keheningan di antara mereka. Tarian hiburan telah selesai, dan para londo kembali ke tempat duduknya masing-masing, seolah tak ada yang berubah. Namun, bagi Sekar, malam itu terasa berbeda.

Dia memikirkan londo ireng itu—bagaimana orang-orang seperti dia berjuang untuk meraih tempat dalam tatanan kolonial yang kejam, seringkali dengan cara yang menyimpang. Ada perasaan campur aduk dalam hatinya. Di satu sisi, dia memahami bahwa di dunia yang keras ini, semua orang berusaha bertahan dengan caranya masing-masing. Di sisi lain, kisah seperti ini selalu menyimpan bayang-bayang pengkhianatan dan pengorbanan.

Sekar tak bisa tidak memikirkan bagaimana rumor ini, entah benar atau salah, bisa menghancurkan hidup seseorang. Cinta yang terlarang, permainan kekuasaan, dan ambisi pribadi bercampur menjadi jalinan rumit yang hanya bisa disaksikan oleh mereka yang terjebak di pinggiran sejarah. Malam itu, Sekar merasa bahwa di tengah sorak-sorai dan tawa, ada cerita-cerita yang lebih dalam—tentang pengkhianatan, kekuasaan, dan harga diri yang sering kali dilupakan dalam buku sejarah, namun meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di hati mereka yang hidup di masa itu.
____

BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang