Pulang dalam keadaan berantakan bersama sisa-sisa tanah yang masih menempel dirambut dan baju, ketiga gadis itu hanya memasang senyum polos di hadapan Mbak Asri yang sudah menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Menghela napas kasar, Mbak Asri hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ketiga gadis yang biasanya berpenampilan bak putri kerajaan kini berdiri di depannya tanpa berani menatap matanya.
Memijat pangkal hidungnya pening, Mbak Asri tak bisa memarahi mereka yang merupakan aset tempat ini.
"Bersihkan diri kalian! Terutama kamu, Widari. Persiapkan diri atau minta bantuan pada yang lain untuk membantumu menyiapkan penampilan malam ini. Bagaimanapun kesan pertamamu harus terlihat memukau," katanya lalu berjalan masuk meninggalkan mereka bertiga yang saling pandang sebelum akhirnya mengikuti Mbak Asri dari belakang.
Selesai membersihkan diri, mereka bersiap untuk malam ini.
Namun diantara semua gadis, ada satu yang tidak bersiap dan hanya duduk dipojok ruangan dengan wajah pucat pasi.
Widari berniat menemuinya, namun Kusuma menahan pundaknya.
"Lestari kenapa?" tanya Widari pelan.
Kusuma menggeleng sebagai balasan lalu mengajaknya keluar sebentar.
"Sum--"
"Dia ceroboh"
Widari mengatupkan kembali bibirnya. Nafasnya tercekat saat menyadari sesuatu.
"Lalu?" lirihnya menatap Kusuma meminta kejelasan.
"Apalagi? Tentu saja dia menggugurkannya. Beruntung kandungannya belum terlalu besar. Itulah kenapa Mbak Asri menekankan agar kita berjaga-jaga. Terkadang meski sudah berusaha dicegah saja masih tetap bisa gagal, tapi dia justru ceroboh dengan tidak melakukan pencegahan"
Meneguk kasar ludahnya. Perasaan tak tenang dan takut kembali menghantuinya yang belum siap membuka bagian privasinya pada pria asing.
"Bukankah Londo tidak akan menolak kehadiran seorang anak?" lirihnya mengingat bahwa kaum berkulit putih pucat itu menganggap berharga darah dagingnya, tak peduli dilahirkan oleh perempuan manapun.
Kusuma mengangguk membenarkan sebelum menimpali perkataan Widari. "Masalahnya Lestari juga tak tahu itu hasil dari pria yang mana. Lagipula hamil anak Londo tak semudah itu. Setelah melahirkan, pribumi yang melahirkan keturunannya hanya akan dianggap budak atau Istri kesekian yang tak dipedulikan. Dan tentu, kita sebagai penghibur tak sesederhana itu karena harus melepaskan tempat ini untuk menjadi budaknya"
Mengerti kekhawatiran Widari, Kusuma tersenyum sambil menepuk pelan pundak gadis itu beberapa kali.
"Yakinlah, semua akan baik-baik saja setelah kau melaluinya. Hanya perlu menaati peraturan yang berlaku, maka hidupmu tak akan ada masalah," ujarnya menularkan senyuman pada Widari, meski hatinya tetap tak bisa tenang.
___
KAMU SEDANG MEMBACA
BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ|
Ficção HistóricaPelacur, wanita penghibur, murahan, atau apapun yang orang lain sematkan padanya tak membuat gadis itu menyesali keputusannya. Awalnya seperti itu, sampai dimana dirinya bertemu dengan sosoknya yang bagai hutan luas. Memberikan kesan tenang diawal...