Kejadian sebelumnya...
Tengah malam yang dingin dan angin laut yang berhembus pelan, Lart berdiri mengawasi barang-barang yang akan diangkut ke kapal. Di antara riuh para pelaut dan pekerja, matanya tertemu dengan sekelompok pria pribumi yang tampak tergesa-gesa berjalan menuju kapal besar di ujung dermaga. Wajah salah seorang dari mereka tampak tak asing baginya. Sekejap, Lart mencoba mengabaikan rasa penasaran itu dan kembali berfokus pada pekerjaan, namun bayangan pria tersebut terus mengganggu pikirannya. Ketika akhirnya tersadar, ia kembali menoleh dan memperhatikan lebih seksama—benar saja, salah satu dari pria itu adalah Pangestu, tukang kebunnya.
Di sampingnya, Koen, mengikuti ke arah yang sama, merasa penasaran melihat perubahan raut wajah Lart yang tak biasanya terusik pada hal kecil. "Siapa mereka?" tanya Koen, dengan tatapan penasaran.
Lart mendesah pelan, "Salah satunya pekerja di rumahku. Namanya Pangestu"
Koen terdiam sejenak. Nama itu menggali ingatannya. Ia ingat pernah mendengar nama tersebut. Ah! Nama itu adalah nama yang disebutkan Widari, gadis yang menjadi bahan cerita dan perdebatan antara dirinya dan Lart. “Hei! Apa Widari ikut bersama pria itu?” serunya tiba-tiba, nyaris berteriak diantara banyaknya orang.
Lart menatapnya dengan sorot mata datar, tapi ada keresahan di dalamnya. Mengapa sahabatnya menghubungkan gadis itu dengan pria rendahan yang baru saja ia kenali?
Koen hanya menghela napas panjang, Lart tak akan mengerti sebelum dia jelaskan. "Widari hamil, Lart. Anakmu. Dan Pangestu itulah yang hendak membawanya pergi darimu! Dia'lah pria yang ku maksud sebelumnya," ujar Koen, kesal dan penuh peringatan.
Mendengarnya, darah Lart mendidih. Dalam sekejap, ia memberi perintah tegas, "Kosongkan kapal itu! Tidak ada yang berangkat malam ini"
Lart berjalan cepat menuju kapal, mencari Pangestu dan sekumpulan pria pribumi. Dengan langkah lebar berkat bantuan kaki panjangnya, akhirnya Lart menemukan mereka sedang tertawa sambil berbincang merencanakan sesuatu. Secara perlahan, Lart mendekat tanpa suara, mendengarkan setiap percakapan penuh kebusukan yang semakin memancing amarahnya.
"Tiga orang cukup untuk rencana ini. Jika berhasil, kita akan kaya. Gadis itu sedikit bodoh, meski ku akui kecantikannya tak dapat dibohongi," ujar Pangestu penuh kesombongan.
"Sayang sekali, padahal jika tak sedang hamil aku akan menikmati tubuhnya seumur hidup, tapi karena menyimpan terlalu lama mengundang resiko dengan keadaannya sekarang, lebih baik kita nikmati bersama lalu membuangnya"
Ucapan itu bagai menginjak harga diri Lart. Rasa jijik dan amarah tak terkendali lagi. Tanpa banyak bicara, ia keluar dari persembunyian, menarik kerah Pangestu, melayangkan pukulan bertubi-tubi hingga wajahnya remuk berdarah. Di antara teriakan dan jeritan para penumpang, Koen segera datang dengan beberapa pasukan penjaga, mengosongkan kapal sambil mengawasi Lart yang telah lepas kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ|
Ficción históricaPelacur, wanita penghibur, murahan, atau apapun yang orang lain sematkan padanya tak membuat gadis itu menyesali keputusannya. Awalnya seperti itu, sampai dimana dirinya bertemu dengan sosoknya yang bagai hutan luas. Memberikan kesan tenang diawal...