8. Pemberontak

3K 173 2
                                    

"Ungkapan masa lalu hanya masa lalu nyatanya tak benar. Sebab masa lalu dari seseorang akan mempengaruhi masa depan yang akan dihadapinya"

"Tak akan ada benda yang hangus tanpa adanya api. Tak akan ada api berkobar tanpa adanya orang yang menyalakan api tersebut. Dan, tak akan ada akibat jika tidak ada sebab.
Itulah hidup...."

~Sekar Nareswari~

"Ini uangnya dan ini biaya antarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini uangnya dan ini biaya antarnya. Antarkan ke rumah penghibur tanpa kurang sedikitpun," kata Sekar pada penjual minuman.

"Tenang, aman," balas pria itu yakin.

Sekar mengintip ke belakang, melihat beberapa pria pribumi dengan penghasilan tinggi, tengah minum-minum di siang hari.

Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat kegiatan mereka. Cuaca sepanas ini dihantam dengan minuman penghangat tubuh. Sudah begitu, uangnya berasal dari menipu petani miskin.

Melihat tatapan Sekar, pria yang memperjualbelikan minuman sepanjang hari itu mengikuti arah pandangnya.

"Kamu tertarik?"

Sekar mengalihkan tatapannya. "Apa?"

"Melayani pribumi. Bukankah kamu tidak terlalu diminati di tempat itu? Para londo tidak menyukai gadis pendek dan kecil sepertimu. Jika menjadi pelayan di sini kamu akan lebih diminati, sebab mereka menyukai gadis kecil dan terlihat lugu serta penurut sepertimu"

Gadis itu tertawa pelan mendengar tawarannya. "Ah maaf, aku tak berminat"

Meski sedikit tersinggung, pria itu kembali bertanya, tak lupa dengan senyuman. "Kenapa?"

Sekar menggigit ujung bibir bawahnya, pandangannya ke atas, tengah memikirkan jawaban nakal apa yang akan dia berikan.

"Sebenarnya aku malu--" Sekar menjeda perkataannya. Dia mengulum bibir dan tertunduk malu sebelum melanjutkannya.

"Tapi aku menyukai yang besar..." lanjutnya kemudian mengedipkan satu matanya saat mengangkat kembali wajahnya. Tentu saja pria itu terkejut bukan main atas jawaban yang dia berikan.

"Ahaha... Aku bercanda," bahak Sekar menepuk pundak pria itu beberapa kali.

"Kalau begitu aku pamit dulu. Pekerjaan kami sangat banyak, jadi tak bisa berlama-lama," pamitnya lalu pergi.

Sampai di perjalanan, Sekar tak sengaja menyenggol bahu seorang pria pribumi.

Sekar meneguk kasar ludahnya saat menatap wajah pria itu. Beberapa teman pria itu juga kini tengah melihat ke arahnya.

BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang