Di sini aku tak punya cerita apa-apa. Jadi kuharap kau tak berharap lantas kecewa seperti dulu; saat kau terlalu terpukau dengan keindahannya dan kau berakhir terpaksa menahan perihnya menggugurkan kandungan. Kuharap kau tak lagi mudah berharap pada manusia. Lagi.
Lalu mengapa kau masih tetap setia memperhatikan huruf-huruf yang ada di sini? Mengapa kau masih tetap membacanya? Apakah kau masih berharap akan mendapatkan sebuah cerita yang menarik? Yang mungkin saja dapat menghiburmu pada hari-hari kosongmu yang benar-benar terasa kosong. Rasa kosong yang mulai memenuhi seluruh rongga tubuhmu sejak kau kelelahan setelah menangis begitu histeris, berteriak, lalu mulai sedikit reda setelah ribuan teriakan kau muntahkan, pada suatu malam dengan rintik hujan, ketika purnama penuh seutuhnya. Menangisi dia yang ternyata hanya singgah tapi tak sungguh. Menangisi dia yang kau kira rumah.
Sekali lagi kukatakan, di sini aku tak punya cerita apa-apa. Karena memang seluruh stok ceritaku telah kuberikan kepadamu, setiap kali kau datang setelah lama menghilang. Yah, bukan menghilang sih, karena nyatanya aku memang sekadar terminal bagimu. Terminal yang kau tinggali untuk beberapa saat sampai sebuah bus melintas dan menawarkan tujuan baru, hidup baru, dan bahkan mungkin Iphone baru.
Silahkan saja kau mau menganggapku apa, memperlakukanku seperti apa. Toh aku juga tidak pernah merasa bermasalah dengan itu. Mungkin. Atau setidaknya untuk sekarang aku sudah tidak merasa seperti itu lagi. Karena percuma saja berharap lebih kepada manusia; sebuah kesalahan, ketika kita berharap akan mendapatkan timbal balik yang setara, atau lebih.
Dan sepertinya sudah tak perlu kujelaskan lebih panjang lagi memang. Karena aku paham bahwa kau sudah lebih dari paham tentang itu. Bahkan lebih dari aku, yang seperti biasa, berusaha terlihat sebagai filsuf paling bijak di depanmu.
Sebagai penutup mungkin aku hanya ingin menegaskan bahwa di sini aku tak punya cerita apa-apa. Jadi mungkin kau memang tidak akan menemukan cerita apapun di sini. Selain kekosongan lain, dari orang lain.
Dan karena memang aku tak punya cerita apa-apa di sini. Seharusnya huruf-huruf ini tidak perlu sebanyak ini. Karena seharusnya huruf yang ada di sini mungkin hanya sebanyak apa kalimat pertama disusun darinya. Bahkan mungkin seharusnya aku tak perlu menulisnya. Sehingga kau tak perlu membuang waktu sebanyak ini hanya untuk membacanya. Membaca sesuatu yang sebenarnya tak perlu dibaca.
Yah, aku tau kau akan membacanya sampai sini. Walaupun mungkin saja kau hanya memindai, bukan membaca. Karena orang gila mana yang bersedia membaca ini dengan sungguh-sungguh?
Dan sekali lagi kuharap kau tidak menyesal setelah membaca ini. Walaupun mungkin kau tidak akan pernah meninggalkan jejak. Tapi kalau kau memang menyesal, kau selalu bisa komplain kepadaku, seperti biasa, saat aku berusaha menaik-turunkan emosimu ketika kau singgah.
......
sc gambar: https://www.freepik.com/free-vector/night-starry-sky-background_3799982.htm?log-in=google#query=night&position=4&from_view=keyword&track=sph&uuid=06343fc4-041a-4960-ac3d-39cee60fb03a
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Surat Yang Aku Tulis Bertele-tele
ContoKumpulan Cerpen dengan genre acak, tapi mungkin yang jadi mayoritas bakal Agama, Bucin, dan Kritik Sosial. Enjoy Bacanya!!