Nisa tiba di kota besar dengan perasaan campur aduk. Gedung-gedung tinggi dan jalanan yang ramai begitu kontras dengan suasana tenang di kota kecilnya. Meski gugup, Nisa merasa bersemangat untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Di kampus, Nisa segera tenggelam dalam kesibukan kuliah dan berbagai aktivitas mahasiswa. Ia bertemu teman-teman baru dan merasakan atmosfer yang sangat berbeda dari yang biasa ia kenal.
Hari-hari awal di kota besar terasa seperti angin segar bagi Nisa. Namun, di balik kesibukannya, ia merindukan Wildan dengan sangat. Mereka berdua mencoba tetap berkomunikasi melalui telepon dan pesan singkat, namun kesibukan sering kali membuat komunikasi mereka terputus-putus. Meski demikian, Nisa percaya pada cinta mereka.
Suatu sore, saat Nisa sedang belajar di perpustakaan, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Dina, sahabatnya yang tinggal di kota kecil, masuk ke layar. Dengan cepat, Nisa membuka pesan itu dan melihat sebuah foto yang membuat hatinya terhenti sejenak. Foto itu menunjukkan Wildan sedang duduk di sebuah kafe bersama seorang wanita. Keduanya tampak akrab, dengan senyum lebar di wajah masing-masing.
Nisa merasa dadanya sesak. Ia berusaha menenangkan diri, mencoba mencari penjelasan logis di balik foto itu. Namun, perasaan cemburu dan takut kehilangan membuat pikirannya kacau. Dalam kebingungannya, ia memutuskan untuk menghubungi Wildan.
Telepon diangkat setelah beberapa kali nada sambung. "Halo, Nisa," suara Wildan terdengar di ujung sana, hangat seperti biasa.
"Hai, Wildan," Nisa mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Apa kabar?"
"Baik, aku merindukanmu. Kamu sendiri bagaimana?" tanya Wildan.
"Aku... juga merindukanmu," Nisa menarik napas dalam-dalam, mencoba menata kata-katanya. "Wildan, tadi Dina mengirimiku sebuah foto. Kamu sedang bersama seorang wanita di kafe. Siapa dia?
"Ada keheningan sejenak di ujung telepon. Wildan terdengar menarik napas. "Oh, itu sepupuku, Farah. Dia baru pindah ke sini dan aku hanya membantunya menyesuaikan diri.
"Penjelasan Wildan terdengar masuk akal, namun keraguan masih menyelimuti hati Nisa. "Kenapa kamu tidak cerita sebelumnya?" tanyanya, suaranya bergetar.
"Maaf, aku pikir itu tidak terlalu penting untuk diceritakan. Lagipula, aku tidak ingin membuatmu khawatir tanpa alasan," jawab Wildan.
Nisa hanya mengangguk pelan, meski Wildan tak bisa melihatnya. "Baiklah, aku mengerti. Aku hanya... khawatir," katanya pelan.
Malam itu, Nisa sulit memejamkan mata. Meski penjelasan Wildan terdengar masuk akal, bayangan foto itu terus menghantui pikirannya. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa Wildan tidak mungkin mengkhianatinya, namun benih keraguan telah tertanam.
Hari-hari berikutnya, komunikasi antara Nisa dan Wildan menjadi semakin jarang. Kesibukan kuliah dan kegiatan kampus membuat Nisa semakin sulit menyempatkan waktu untuk berbicara dengan Wildan. Di sisi lain, Wildan juga tampak semakin sibuk dengan pekerjaannya dan membantu sepupunya yang baru pindah.
Sampai suatu hari, Nisa menerima pesan lain dari Dina. Kali ini, Dina mengatakan bahwa Wildan sering terlihat bersama Farah, dan mereka tampak sangat akrab. Hati Nisa kembali hancur. Ia merasa seolah-olah seluruh dunia berkonspirasi melawan cintanya.
Dalam kebingungannya, Nisa memutuskan untuk fokus sepenuhnya pada studinya. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dari Wildan dan semua kekhawatirannya. Namun, rasa sakit itu terus menghantuinya, membuatnya merasa terasing di tengah keramaian kota besar.
Sementara itu, Wildan merasa bingung dengan perubahan sikap Nisa. Ia mencoba menghubungi Nisa beberapa kali, namun Nisa selalu memberi alasan untuk tidak berbicara lama. Wildan merasa ada sesuatu yang salah, namun ia tidak tahu harus berbuat apa.
Keadaan semakin memburuk ketika Nisa memutuskan untuk berhenti menghubungi Wildan sepenuhnya. Ia merasa bahwa hubungan mereka mungkin sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Dengan hati yang berat, Nisa mencoba melupakan Wildan dan fokus pada masa depannya.
Namun, cinta sejati tidak pernah hilang begitu saja. Meskipun jarak dan kesalahpahaman memisahkan mereka, di dalam hati mereka, Nisa dan Wildan masih saling merindukan satu sama lain. Mereka hanya perlu menemukan jalan kembali satu sama lain, sebelum semuanya benar-benar terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Nisa, Si Gadis Jauh"
Romance"Nisa, Si Gadis Jauh" adalah kisah yang menggugah hati tentang cinta, perpisahan, dan keberanian untuk mengejar impian. Diceritakan di sebuah kota kecil yang terpencil, Nisa, seorang gadis yang cerdas dan berbakat, menemukan cinta sejatinya dalam so...