Berbulan-bulan telah berlalu sejak Nisa terakhir kali berbicara dengan Wildan. Kehidupan kampus yang penuh dengan tugas dan aktivitas membuat Nisa semakin sibuk, namun kesepian tetap menghantui hatinya. Ia berusaha mengalihkan perasaan dengan berfokus pada prestasi akademik dan menjalin persahabatan baru. Meski demikian, bayangan Wildan dan kenangan indah mereka selalu hadir di benaknya, terutama saat malam tiba dan kesunyian mulai merayap.
Sementara itu, Wildan merasa semakin terasing. Tanpa kehadiran Nisa, hidupnya terasa hampa. Ia sering kali memikirkan kesalahpahaman yang terjadi dan merasa frustasi karena tidak bisa menjelaskan semuanya dengan baik kepada Nisa. Ia merasa ada dinding tak terlihat yang menghalangi mereka. Meski begitu, Wildan tetap berusaha melanjutkan kehidupannya, bekerja keras dan mendukung sepupunya, Farah, yang semakin nyaman di kota kecil mereka.
Suatu hari, ketika Nisa sedang sibuk di perpustakaan, ia menerima pesan dari Dina. Dina mengabarkan bahwa ada sebuah acara reuni kecil-kecilan yang akan diadakan di kota kecil mereka. Dina mengundang Nisa untuk datang, berharap reuni itu bisa menjadi momen yang tepat untuk memperbaiki hubungan mereka.
Nisa merasa ragu. Di satu sisi, ia sangat ingin bertemu dengan teman-temannya dan mengenang masa-masa indah di kota kecil. Di sisi lain, ia takut bertemu dengan Wildan dan menghadapi kenyataan bahwa hubungan mereka mungkin benar-benar sudah berakhir. Namun, setelah berpikir panjang, Nisa memutuskan untuk datang ke acara reuni itu. Ia merasa ini adalah kesempatan untuk mencari kejelasan dan, mungkin, menutup lembaran lama.
Hari reuni tiba, dan Nisa kembali ke kota kecilnya dengan perasaan yang campur aduk. Di acara itu, ia bertemu dengan teman-temannya yang lama tidak ia jumpai. Tawa dan cerita nostalgia mengisi ruangan, membuat Nisa sejenak melupakan kegelisahannya. Namun, saat ia melihat Wildan berdiri di sudut ruangan, hatinya kembali berdebar keras.
Wildan terlihat sedikit berbeda, lebih dewasa dan tenang. Ketika pandangan mereka bertemu, ada perasaan yang sulit dijelaskan. Wildan mendekati Nisa dengan senyum canggung di wajahnya. "Hai, Nisa. Lama tidak bertemu," katanya, mencoba memulai percakapan.
"Hai, Wildan," jawab Nisa, berusaha tersenyum meski hatinya terasa berat. "Bagaimana kabarmu?
"Wildan menghela napas. "Aku baik. Aku merindukanmu, Nisa. Banyak hal yang ingin aku bicarakan.
"Nisa merasa hatinya kembali bergetar. "Aku juga merindukanmu, Wildan. Tapi, ada banyak hal yang tidak kumengerti. Mengapa kita bisa sampai seperti ini?
"Mereka memutuskan untuk keluar dari keramaian dan berbicara di taman, tempat kenangan mereka. Dengan suasana yang lebih tenang, Wildan mulai menjelaskan semuanya, tentang Farah dan bagaimana ia tidak pernah bermaksud membuat Nisa merasa ditinggalkan. Ia menceritakan betapa sulitnya hidup tanpa Nisa, dan bagaimana ia selalu mencoba untuk menjelaskan, namun merasa tidak cukup mampu untuk meredakan kekhawatiran Nisa.
Nisa mendengarkan dengan seksama, air mata mengalir di pipinya. Ia merasa bersalah atas kesalahpahaman yang terjadi dan betapa cepatnya ia berasumsi yang buruk tentang Wildan. "Maafkan aku, Wildan. Aku terlalu cepat menilai dan tidak memberikanmu kesempatan untuk menjelaskan.
"Wildan meraih tangan Nisa, memegangnya dengan lembut. "Tidak apa-apa, Nisa. Kita semua bisa salah paham. Yang penting sekarang, kita ada di sini, bersama, dan kita bisa memperbaiki semuanya.
"Mereka berdua merasa beban di hati mereka perlahan menghilang. Di bawah langit malam yang cerah, mereka berbicara panjang lebar, mengurai kesalahpahaman yang selama ini memisahkan mereka. Wildan mengajak Nisa untuk mencoba kembali, memberi kesempatan kedua bagi cinta mereka yang telah teruji oleh jarak dan waktu.
Nisa merasa hatinya kembali dipenuhi harapan. Ia menyadari bahwa cinta mereka masih kuat, meski diterpa badai kesalahpahaman. Dengan senyum dan air mata kebahagiaan, mereka memutuskan untuk memulai kembali, berjanji untuk selalu berkomunikasi dengan jujur dan terbuka agar kesalahpahaman seperti ini tidak terulang lagi.
Nisa dan Wildan kini lebih berhati-hati dalam menjaga hubungan mereka. Meski masih menjalani kehidupan terpisah, mereka berdua lebih sering berbicara dan berbagi cerita, memastikan tidak ada ruang untuk kesalahpahaman lagi. Nisa merasa lebih kuat dan yakin dengan pilihan-pilihannya. Ia fokus pada studinya, sementara Wildan tetap mendukungnya dari kejauhan.
Hubungan mereka perlahan-lahan kembali seperti semula, namun dengan kedewasaan yang baru. Wildan sering berkunjung ke kota besar untuk menghabiskan waktu bersama Nisa. Mereka menikmati setiap momen bersama, membuat kenangan baru yang lebih indah.
Suatu hari, Wildan datang ke kota besar dengan sebuah kejutan. Mereka pergi ke taman kota yang sering mereka kunjungi saat Nisa pertama kali tiba di sana. Dengan suasana yang romantis, Wildan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Ia berlutut di depan Nisa, memandangnya dengan penuh cinta.
"Nisa, kamu adalah bagian terpenting dalam hidupku. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Maukah kamu menikah denganku?" tanya Wildan, membuka kotak itu dan memperlihatkan cincin cantik di dalamnya.
Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Nisa. Ia merasa hatinya meluap dengan cinta dan kebahagiaan. "Ya, Wildan. Aku mau menikah denganmu," jawab Nisa dengan suara bergetar.
Mereka berdua berpelukan erat, menyadari bahwa semua rintangan yang mereka hadapi telah menguatkan cinta mereka. Mereka tahu bahwa dengan cinta, kepercayaan, dan komunikasi yang baik, mereka mampu menghadapi segala tantangan di masa depan.
Setelah lulus dengan prestasi gemilang, Nisa kembali ke kota kecilnya bersama Wildan. Mereka mempersiapkan pernikahan dengan penuh kebahagiaan dan dukungan dari keluarga serta teman-teman. Pernikahan mereka menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan oleh semua orang di kota kecil.
Hari pernikahan tiba, dan Nisa berjalan di altar dengan gaun putih yang indah. Wildan menunggunya di ujung sana, dengan senyum yang tak pernah pudar. Mereka mengucapkan janji suci di hadapan keluarga dan teman-teman, berjanji untuk saling mencintai dan menjaga satu sama lain seumur hidup.
Nisa dan Wildan memulai babak baru dalam hidup mereka dengan penuh cinta dan harapan. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan selalu mudah, namun mereka siap menghadapi segala tantangan bersama. Cinta mereka yang telah teruji oleh waktu dan kesalahpahaman kini lebih kuat dari sebelumnya.
Apakah ini berakhir? oh tentu tidak!
ini baru permulaan sesungguhnya, nantikan keseruan lainnya dengan sabar dan jangan lupa up vote ya guys
![](https://img.wattpad.com/cover/370464357-288-k704728.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"Nisa, Si Gadis Jauh"
Romance"Nisa, Si Gadis Jauh" adalah kisah yang menggugah hati tentang cinta, perpisahan, dan keberanian untuk mengejar impian. Diceritakan di sebuah kota kecil yang terpencil, Nisa, seorang gadis yang cerdas dan berbakat, menemukan cinta sejatinya dalam so...