AHR 9

430 59 5
                                    

Suara tangisan dan jeritan mengganggu indra pendengaran Kaiser. Kaiser dapat melihat ganasnya kobaran api yang melahap bangunan kecil dihadapannya. Kakinya ia bawa mundur menjauhi banggunan tersebut, dengan sesekali matanya bergerak liar mencoba memahami apa yang telah terjadi. Tubuh Kaiser terdorong jatuh kedepan, seseorang telah menabrak diri nya dengan kuat.

"Manyingkir dari jalan ku! Apa yang kalian lihat? cepat padam kan api itu!" 

Suara itu langsung membuat tubuh Kaiser berdiri dari duduk nya, langkah nya ia bawa maju kedepan ingin menggapai sosok yang ada dihadapannya. Jemari nya sedikit lagi menggapai jubah keemasan tersebut, namun sosok itu tiba-tiba menghilang dan kini ia malah berdiri disebuah halaman yang luas.

Sebuah suara membuat atensi Kaiser teralihkan. Kini fokusnya tertuju pada sosok anak kecil yang sedang menangis meringkuk dibalik dinding, dihadapan anak tersebut berdiri pula sosok anak kecil lain yang sedang tertawa kecil. Tangan anak itu terangkat dan saat itu juga bola mata Kaiser membola, tanpa sadar tangan nya ia bawa menuju atas pelipis nya yang terdapat bekas luka.

"B-berhenti, aku mohon Kak Orion" Simpuh anak itu bersujud dihadap sosok tersebut.

Tangis anak itu semakin kencang ketika rambut keemasan nya ditarik kencang. Darah segar dari pelipis mengalir menuju kelopak mata dan mengalir kepipi, setelahnya hanya ada suara tawa yang kencang membuat Kaiser tanpa sadar mundur dengan tubuh yang bergetar.

"Ingin lari kemana manis? Apa kamu tidak merindukan ku lagi?" Kaki Kaiser seakan dipaku, tubuhnya terasa sulit digerakkan.

"Kaiser, apakah kamu tau bahwa kehadiran mu hanya sebuah kesialan? Lahir dari seorang pelayan rasa nya tidak membuat mu malu." Kekehan kecil terdengar ditelinga Kaiser.

"Kamu hanya anak haram"

"Kamu tidak layak bahagia!"

"Kaiser, kelahiran mu membuat ibu mu mati"

"Kamu tidak pantas hidup!"

Ah! Suara-suara itu lagi, Kaiser sudah muak mendengar kalimat tersebut. Tubuhnya jatuh lemas, sembari telinga nya berusaha ia tutup untuk menghalau suara-suara tersebut. Mimpi buruk Kaiser yang selama ini selalu menghantui dirinya, rasa sakit dihati dan kepalanya membuat pandangan Kaiser memburam setelahnya semua gelap.

**************

Suara batukan keras disertai keluar air dari mulut Kaiser membuat Julian bisa sedikit bernafas lega. Tangan kanan nya ia bawa untuk menumpu kepala Kaiser, sesekali tangan kiri nya mengusap tetesan air yang ada diwajah Kaiser melupakan wajah nya yang sudah berderai air mata.

"Pangeran, Saya mohon untuk tetap bersama saya"

Samar Kaiser dapat mendengar suara seseorang, ah! Suara itu milik Julian, namun tubuh nya sangat lemas untuk bereaksi bahkan untuk menarik nafas saja rasa nya sangat sulit.

Tubuh nya terasa diangkat, sedikit tergoncang mungkin karena berlari. Terakhir yang ia rasakan hanya sesuatu yang yang empuk dan semuanya hilang.

Tapi sebelum itu..

"Kaiser? Anak ku" sentuhan hangat terasa dipipi dingin Kaiser, membuat dirinya reflek membuka mata.

"Ah! Siapa?" Kaiser reflek menyingkirkan tangan orang tersebut.

Dia tidak bisa melihat apapun, masih gelap seperti biasanya, namun jelas ia bisa mendengar suara tangisan kecil dari arah depannya. Apakah orang tersebut menangis?.

"Maafkan saya, saya tidak sengaja"

Namun sebelum balasan ia dapatkan, nafasnya terasa tercekat membuat Kaiser terhuyung kebelakang sembari memegang dadanya.

Tarikan nafas panjang membuat semua orang disana kembali bernafas seperti biasanya. Tubuh Kaiser yang tadinya sempat kejang dan henti nafas membuat semua yang ada disana kalang kabut, bahkan Tabib yang mengobati Kaiser sudah menangis karena mereka yakin jika Kaiser tidak selamat maka mereka juga akan menyusul.

"Oh demi Dewa yang agung, terima kasih" Julian bersujud sembari menangis, berterima kasih kepada Dewa karena sudah memberi Kaiser kehidupan lagi.

Kaiser sempat tidak bernafas selama 1 menit, bahkan tubuhnya sudah dingin dan kaku. Itu mimpi buruk bagi Julian, karena ia bersumpah baru kali ini seluruh tubuh nya bergetar hebat karena ketakutan akan kehilangan seseorang.

"Julian, tolong beri tahu Raja bahwa Pangeran sudah melewati masa kritis nya" Julian langsung bangkit dari duduk nya dan beranjak keluar menemu sang Raja.

                       **************

Suara siulan burung dipagi hari membuat semua orang terbangun, udara hangat yang masuk membuat tubuh mereka makin semakin semangat bangun pagi dan beraktifitas. Namun tidak untuk Kaiser, sosok yang sudah tertidur hampir 2 bulan lebih, bagai Pangeran tidur yang sedang menunggu ciuman seorang Putri.

"Selamat pagi, Pangeran" Sapa Julian seperti hari-hari sebelumnya.

Suara tirai jendela yang dibuka Julian mengisi seluruh kamar Kaiser. Langkah kaki nya ia bawa menuju pada Kaiser, ia gerakkan tubuh Kaiser perlahan agar setiap persendiannya tidak kaku dan dapat berfungsi normal, dimulai dari ujung kaki sampai ujung jari tangan.

"Bagaimana anda begitu nyanyak sekali tidur, apakah anda tidak merindukan saya? Ah saya sangat merindukan anda, Pangeran" Julian berceloteh sembari mengurut pelan kaki Kaiser.

"Apakah anda tau, saya sangat takut sekali kehilangan anda waktu itu. Tiga kali saya hampir kehilangan anda, Pangeran." Keluh Julian dengan bibirnya yang cemberut.

Suasana kembali sepi, masih dengan suara Julian yang sesekali berceloteh sedangkan dialam mimpi Kaiser malah sibuk bengong kenapa dia gabisa balik kealamnya.

"Hah, ya udah kalau gitu! Yaelah!" Keluh Kaiser dongkol.

Entah pada siapa ia berbicara, semuanya masih gelap tapi indra pendengaran nya cukup tajam disini jadinya ia bisa mendengar suara yang bahkan jauhnya bisa berkilo-kilo meter, emejing.

Kaiser mah mana tau kenapa dia disini, setiap hari ia bisa mendenger suara Julian yang berceloteh bahkan pernah mendenger curhatan Julian tentang seberapa alainya dia waktu kecil ketika mencoba menggodai para pelayan wanita. huek!.

"Julian aneh, ngomong kok sama orang tidur kayak orang stres aja" Kaiser berceloteh dengan biadab nya.

"Ngomong-ngomong mimpi kemaren-kemaren nyata banget ya, apa jangan-jangan ini kisahnya Kaiser? Tapi kok ga pernah liat ya?" Kaiser bingung, ga bingung kalau udah masuk surga.

Kaiser hanya bisa berharap semoga ada keajaiban yang membantu nya keluar dari sini, soalnya maju ga ada ujungnya kalau mundur apalagi. Kaiser kan jadi kangen meluk Julian, ngusilin Julian dan bikin Julian jantungan.

"Kaiser, kapan kamu akan bangun?"

Eh? Suara itu? Itu Raja, sang Ayah! Ayah selamatkan aku dari sini. Kaiser langsung berdiri, kaki nya ia bawa maju mendekati suara tersebut.

"A-ayah sangat menyesal tidak bisa menjaga mu, Ayah minta maaf" Angelo menatap wajah pucat sang anak.

Tangannya terulur mengusap surai keemasan yang mirip dengannya. Kepala tertunduk lesu, menandakan seberapa menyesal nya ia.

"Ayah berharap kamu lekas bangun, Ayah dan saudara-saudara mu yang lain sangat merindukan mu" ucap Angelo kembali.

Kaiser hanya bisa menahan rasa ingin muntah mendengar kalimat tersebut, tapi kok tubuh Kaiser malah terasa ringan dan tiba-tiba tertarik menuju sesuatu.






"A-ayah"




Hi, aku back! Maaf ya aku tinggal lama, aku sibuk banget rl nya jadi yang gitu terus aku juga bingung mau lanjutin cerita ini gimana. Sekiranya kalau gaje maaf aja ya, jangan lupa vote dan komen❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANAK HARAM RAJA - TRANSMIGRASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang