22 | H-1

10 2 0
                                    

Sania mengerjapkan matanya yang semula terpejam. Hal pertama yang menyapa peglihatannya adalah langit-langit kamar yang asing. Dia mendudukan dirinya memerhatikan suasana ruangan yang bukan miliknya ini. Ah, dia baru ingat bahwa semalam nebeng istirahat di apartment Mahen. Tapi dia tidak ingat apa yang terjadi sampai dia malah menginap di sini, padahal awalnya tidak niat.

Seingatnya, setelah mengobrol dan mengetahui apa yang terjadi di masa lalu tentang pribadi masing-masing, mereka lanjut mengobrol, tapi entah apa setelahnya, Sania malah ketiduran di kamar lelaki itu.

Ia merasakan sakit kepala yang luar biasa dan tubuhnya yang terasa remuk kala dirinya bangkit dari posisi tidur dan mendudukan diri. Sebetulnya dari saat kemarin ia mengobrol dengan Mahen, Sania sudah merasakan gejala bahwa dirinya akan sakit. Makanya tanpa sadar dia malah ketiduran di sini dan benar saja hari ini sakit itu beneran kerasa. Sepertinya ini karena kemarin dia yang telat makan dan sorenya malah kehujanan, akibatnya virus jahat itu menjangkit dirinya. Sania jarang mengalami sakit seperti ini namun hari ini sepertinya adalah gilirannnya.

Sebetulnya tidak apa-apa kalau dia merasakan ini di rumah, tapi kenapa dia merasakan ini saat ada di kediaman orang? Sania jadi bingung harus bagaimana. Lanjut molor, kan, nggak mungkin. Apalagi ini masih weekday dan Sania sudah pasti harus bekerja, tapi keadaan nggak mendukungnya banget.

Mahen juga tidak terlihat eksistensinya. Entah dia ke mana, tapi ini masih jam enam pagi pasti Mahen belum berangkat kerja, kan. Mengingat Sania yang tidur di kamarnya, Mahen tidur di mana semalam? Aduh, Sania jadi kepikiran. Apakah keduanya tidur di ranjang yang sama atau justru Mahen tidur di sofa, di lantai atau di tempat lain? Tidak tahu, lah. Yang pasti untuk saat ini dia harus ke kamar mandi dulu sekedar mencuci mukanya. Meski kepala dan tubuhnya seperti tidak mau mendukung niatnya, tapi Sania harus memaksakan.

Tiba-tiba perutnya merasakan sensasi yang terasa menyakitkan dan membuatnya tidak nyaman. Perasaan Sania nggak enak apalagi setelah dia mulai menyadari bahwa sedari tadi bagian bawahnya tidak terasa 'kering'. Kekhawatiran mulai melandanya saat ini. Dengan hati-hati dia meraba kasur yang dia duduki lalu menyingkap selimut dan melihatnya. Sesuai dugaannya, di sana sudah terjiplak bendera Jepang. Oh, tidak! Tiba-tiba Sania punya keinginan untuk memasukan diri ke dalam mulut ikan paus.

Belum sempat kebingungannya tentang kondisi tubuhnya saat ini, malah dibikin pusing lagi dengan periode bulanannya yang datang tiba-tiba. Sania memang memiliki jadwal menstruasi yang tidak menentu, mungkin disebabkan karena kelainan rahin yang dialaminya, karena setahunya kelainan seperti ini memang memengaruhi menstruasi perempuan. Akibatnya, terkadang jarak menstruasi pertama ke kedua tuh suka lama dan tidak menetap ditanggal yang sama seperti kebanyakan perempuan, atau bahkan tidak menstruasi sama sekali di satu bulannya. Maka dari itu, dia tidak memiliki persiapan apapun kalau mau haid, termasuk kali ini.

Sania bingung sekali. Mana ini merembes ke ranjang milik Mahen lagi, alamat dia harus membersihkan ini dan meminta maaf karena mengotori ranjang itu.

Sania menghembuskan nafasnya secara frustasi. Karena suhu tubuhnya yang tinggi, nafasnya pun terasa panas. Aduh, Sania jadi kebingungan. Pasalnya kalau mens hari pertama, Sania kerapkali merasakan sakit yang benar-benar sakit dan menyiksa ditambah sekarang dia lagi sakit demam. Sania nggak tahu apa yang bakal terjadi padanya nanti di siang hari.

Hal yang harus dia lakukan sekarang adalah membersihkan bed cover ini lalu pulang dan istirahat di rumah. Tidak mungkin Sania terus berada di sini dan malah merepotkan cowok itu. Masalah pekerjaan dia bisa izin ke kantor.

Ketukan di luar pintu terdengar.

"Sania, kamu udah bangun?" Suara Mahen menyapa setelahnya.

"Iya. Masuk aja," sahut Sania.

DECISION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang