Bagian 7

1.7K 111 14
                                    

Kedua kaki jenjang Itachi memasuki perusahaan milik ayahnya dengan angkuh. Wajahnya terlihat sombong dan dingin. Para pemuda pemudi yang berada di dalam perusahaan tersebut menatapnya tanpa berkedip. Mereka semua terpesona akan ketampanan yang dimiliki sulung Uchiha itu. Setelah menghilangnya Itachi dari pandangan mereka, mereka pun berbisik.

"Hey, aku dengar beliau adalah anak sulung tuan Fugaku yang baru kembali dari Indonesia."

"Benarkah? Tampan sekali, ya."

"Benar. Bahkan beliau lebih tampan dari adiknya."

"Waaa waaa waaa.."

Mereka terus membicarakan ketampanan Itachi. Setelah bosan, mereka pun segera kembali ke tempat masing-masing.

𝐊𝐧𝐨𝐜𝐤 𝐊𝐧𝐨𝐜𝐤

Itachi mengetuk pintu ruangan ayahnya. Lalu terdengar suara ayahnya dari dalam dan ia segera membuka pintu tersebut.

"Itachi, kenapa kau ke sini?" Tanya Fugaku dingin.

Itachi tidak menjawab pertanyaan ayahnya. Ia malah duduk dengan santainya di kursi dan mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celananya. Fugaku yang melihat ketidak sopanan anaknya pun menatap marah.

"Apa begini sikapmu setelah tujuh tahun merantau?"

Itachi menatap ayahnya dingin.

"Memangnya salah jika aku berkunjung ke sini, 𝐚𝐲𝐚𝐡?"

Fugaku terdiam. Ia tidak menyangka anak yang ia banggakan sejak dulu berubah drastis. Dulu Itachi mempunyai sopan santun dan selalu tersenyum. Semenjak saat itu, ia terlihat berbeda. Ia bukanlah Itachi yang dulu.

"Ayah, apa kau tahu? Aku sangat tertarik dengan istri Sasuke. Harusnya ia menjadi milikku." Terang Itachi tiba-tiba.

𝐁𝐫𝐚𝐤!!

Fugaku menggebrak mejanya dan berdiri dari duduknya.

"Jangan coba-coba kau mengganggu kehidupan mereka, Itachi."

Itachi tersenyum miring.

"Dia memang seharusnya jadi milikku."

"Kau!!"

"Hmm.. Kalau begitu aku permisi dulu, ayah."

Itachi pun segera bangkit dan meninggalkan Fugaku. Rasa was-was dirasakan oleh pria paruh baya tersebut. Ia takut akan terjadi sesuatu pada Sasuke dan Naruto.

"Apa yang harus aku lakukan.." Gumamnya dengan kedua tangan yang mengepal erat.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"H-hamil??"

Naruto terkejut dengan pernyataan sang dokter. Ternyata yang dikhawatirkan benar-benar terjadi. Ia pun hanya bisa pasrah dengan kehamilan kelimanya. Ryu masih begitu kecil dan akan menjadi seorang kakak. Mengasuh anak yang jarak kelahirannya begitu dekat sangat merepotkan. Seperti ia mengasuh Boruto dan Ryu. Berbeda dengan Kawaki dan Menma. Boruto dan Ryu membutuhkan banyak perhatiannya dan sangat manja. Sedangkan Kawaki dan Menma sangat pendiam dan tidak pernah menyusahkan dirinya.

Naruto menghela nafasnya pasrah. Dan Sasuke membawa tangan Naruto kegenggamannya untuk memberikan kehangatan. Kedua bola mata safir itu melirik sekilas manik kelam Sasuke. Lalu ia menatap genggaman tangan suaminya.

"Pulang." Pinta Naruto.

Sasuke menganggukkan kepalanya. Lalu mereka pamit kepada sang dokter dan pergi meninggalkan rumah sakit tersebut.

Sesampainya di rumah, Naruto tidak langsung mengunjungi anak-anaknya. Ia langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia memijit pelipisnya karena pusing. Sasuke hanya diam menatap istrinya. Ia tahu bahwa istrinya membutuhkan ketenangan mengingat hal yang dikhawatirkan muncul di dalam rahimnya.

ISTRIKU YANG DINGIN (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang